LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
Unit 7 (Echinodermata)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Echinodermata merupakan hewan invertebrata laut, yang memiliki ciri khusus berupa
kulit yang berduri. Kelompok hewan ini ditemukan di hampir semua kedalaman laut.
Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Maidah/5: 96 yang berbunyi:
Terjemahnya:
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan
makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi
orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang
buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah
kamu akan dikumpulkan” (Kementerian Agama RI, 2009).
Menurut tafsir Al-Misbah Allah swt.
menjelaskan bahwa dihalalkan bagi kamu berburu binatang buruan laut juga sungai
dan danau atau tambak, dan makanannya yang berasal dari laut seperti ikan,
udang, atau apa pun yang hidup di sana dan tidak dapat hidup di darat walau
telah mati dan mengapung, adalah makanan lezat bagi kamu, baik bagi yang
bertempat tinggal tetap di satu tempat tertentu, dan juga bagi orang-orang yang
dalam perjalanan (Shihab,
2002).
Berdasarkan ayat dan tafsir di atas dapat diketahui bahwa Allah telah
menciptakan beraneka macam hewan laut, yang diantaranya adalah dari filum Echinodermata, yang dihalalkan untuk
dimakan dagingnya. Banyak dari hewan Echinodermata
seperti teripang (Stichopus variegatus)
dan telur bulu babi (Diadema setosum)
dapat dikonsumsi dan mengandung protein hewani yang baik untuk metabolisme
tubuh.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa secara umum spesies dari
Echinodermata umumnya hidup di
perairan dan beberapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, maka dari itu dilakukanlah praktikum
ini untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi organisme yang tergolong Echinodermata.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur
morfologi dan anatomi dari spesies-spesies yang mewakili Echinodermata serta mendeskripsikan dan menyusun klasifikasikannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Ayat yang Relevan
Anggota dari Echinodermata adalah filum hewan
terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar atau darat.
Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya, kebanyakan memiliki simetri
radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Banyak hewan Echinodermata
yang dagingnya dapat dimakan, sehingga dapat difungsikan sebagai sumber protein hewani. Kerang
mutiara menghasilkan butiran mutiara yang bernilai ekonomi tinggi. Allah swt. berfirman dalam QS. An-Nahl /16: 14 yang
berbunyi :
Terjemahnya:
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan
(untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan
kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat
bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur (Kementrian Agama RI, 2009).
Menurut tafsir Al-Misbah Allah swt. yang menundukan lautan dan sungai
serta menjadikannya arena hidup binatang dan tempatnya tumbuh berkembang serta
pembentukan aneka perhiasan. Itu dijadikan demikian agar kamu dapat menangkap
hidup-hidup atau yang mengapung dari ikan-ikan dan sebangsanya yang berdiam di
sana shingga kamu dapat memakan darinya daging yang segar, yakni
binatang-binatang laut itu, dan kamu dapat mengeluarkan, yakni mengupayakan
dengan cara bersungguh-sungguh untuk mendapatkan darinya, yakni dari laut dan
sungai itu perhiasan yang kamu pakai, seperti permata, mutiara, merjan dan
semacamnya (Shihab, 2002).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah swt. memperlihatkan kekuasaannya
yang mencakup segala aspek baik di darat maupun di laut dan dalam penciptaan
segala jenis makhluk hidup yang ada di lautan, yang beberapa diantaranya dapat
dimanfaatkan manusia sebagai daging untuk dikonsumsi dan sebagai perhiasan
untuk dipakai, semua itu agar kita dapat mencari keuntungan dari karunia-Nya
dan supaya kita bersyukur. Beberapa jenis hewan yang dagingnya dapat dikonsumsi
termasuk dalam filum Echinodermata
yang berada di bawah dasar laut. Spesies tersebut mempunyai protein tinggi yang
baik untuk metabolisme tubuh. Sungguh luar biasa segala apa yang telah
diciptakan Allah swt. sehingga sudah sepatutnya kita mensyukuri nikmat itu.
B. Tinjauan Umum tentang Echinodermata
Echinodermata
berasal dari bahasa latin echi yang
berarti berduri dan derma yang
berarti kulit. Anggota dari filum ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Echinodermata adalah filum hewan
terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar atau darat.
Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya kebanyakan memiliki simetri
radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Sedangkan pada
bagian larvanya mempunyai tubuh yang simeteri bilateral, yaitu bagian tubuh
yang satu berdampingan dengan bagian tubuh yang lain, dan jika ditarik garis
dari depan ke belakang terlihat bagian tubuh sama antara kiri dan kanan. Larva Echinodermata merupakan hewan
mikroskopis, transparan, bersilia, dan umumnya berenang bebas di laut. Echinodermata mempunyai kulit keras yang
tersusun dari zat kapur dengan lima lengan berbentuk seperti jari, dan
organ-organ tubuh yang berjumlah/kelipatan lima. Pada umumnya hewan ini
bertubuh kasar karena terdapat tonjolan kerangka dan duri di tubuhnya. Bentuk
tubuh Echinodermata umumnya seperti
bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan seperti tumbuhan. Echinodermata
tidak mempunyai otak dan memiliki Ambulakral
yang berfungsi dalam mengatur pergerakan (Suwignyo, 2005).
Filum Echinodermata dibagi
menjadi 5 kelas yaitu Asteroidea, Echinoidea, Ophiuroidea, Holothuroidea,
dan Crinoidea.
Asteroidea merupakan kelompok hewan
invertebrata yang sering disebut sebagai bintang laut. Kata Asteroidea berasal kata Yunani, yaitu aster yang berarti bintang dan eiodes yang berarti bentuk. Contoh hewan
dari kelas Asteroidea ini
adalah bintang laut biru (Linckia sp.), Astropecten diplicatus, Archaster
sp., bintang laut merah (Asterias sp.), dan Culcita sp. Echinoidea adalah hewan invertebrata
yang sering disebut juga landak laut. Echinoidea
berasal dari kata Yunani yaitu echinos
yang berati landak dan eiodes yang
berarti bentuk. Contoh hewan dari kelas Echinoidea
adalah landak laut (Echinus sp.), bulu babi (Diadema sp.), dan
dolar pasir (Echinarachinus sp.). Ophiuroidea
adalah hewan invertebrata yang sering disebut juga bintang ular. Ophiuroidea berasal dari kata Yunani
yaitu ophis yang berarti ular, oura yang berarti ekor dan eidos yang berarti bentuk. Contoh hewan
dari kelas Ophiuroidea adalah Gorgonocephalus sp., Ophiopholis
sp., dan Opiotrix fragilis. Holothuroidea
adalah hewan invertebrata yang sering disebut juga ketimun laut. Holothuroidea berasal dari kata Yunani
yaitu holothurion yang berarti
ketimun laut dan eidos yang berarti
bentuk. Contoh hewan dari kelas Holothuroidea
adalah Cucumaria sp., Elapidia sp., dan teripang (Holothuria
sp.). Crinoida adalah hewan
invertebrata yang memiliki tubuh yang menyerupai tumbuhan, sehingga sering
disebut sebagai lilia laut. Contoh hewan dari kelas Crinoidea adalah Holopus sp. (lilia laut tidak bertangkai), Ptilocrinus
pinnatus (lilia laut bertangkai), Metaricanus intereptus (lilia laut
tidak bertangkai), dan Antendon sp. (lilia laut tidak bertangkai) (Levine, 1995).
Echinodermata memiliki sistem peredaran darah yang masih belum lengkap. Jika digambarkan
secara sederhana, pembuluh darah berawal dari yang mengelilingi mulut, setelah
itu bercabang pada setiap kaki tabung. Sistem pernapasan, Echinodermata
dilakukan dengan menggunakan insang atau pupula
(tonjolan pada rongga tubuh). Sistem
persarafan Echinodermata
terdiri atas saraf yang berbentuk lingkaran (cincin) yang mempersarafi mulut,
dan saraf radial yang mirip tali mempersarafi pada bagian lengan atau kaki
tabung. Sistem pencernaan berupa
mulut (oris), kerongkongan (esofagus), lambung (ventriculus), usus (intestine),
dan anus. Dapat dikatakan, sistem
pencernaannya sudah sempurna. Tetapi tidak terdapat sistem ekskresi pada hewan Echinodermata. Echinodermata
berkembang biak secara seksual, yaitu hewan jantan dan betina yang melepaskan
sel gametnya ke air laut, dan proses fertilisasi yang berlangsung secara
eksternal (di dalam air laut) (Hala, 2007).
Echinodermata
memiliki sistem ambulakral atau
vaskular air yang unik, terdiri dari kanal cincin pusat dan kanal radial yang
memperpanjang sepanjang masing-masing lengan. Air bersirkulasi melalui struktur
dan memfasilitasi pertukaran gas serta nutrisi, predasi, dan gerak. Sistem vaskular air juga memproyeksikan dari
lubang di kerangka dalam bentuk kaki tabung. Kaki tabung ini dapat mengembang
atau mengerut berdasarkan volume air (tekanan hidrostatik) hadir dalam sistem
lengan itu. Madreporite adalah,
pembukaan berkapur berwarna terang yang digunakan untuk menyaring air ke dalam
sistem vaskular air Echinodermata.
Bertindak sebagai katup tekanan-pemerataan, itu terlihat sebagai struktur kecil
merah atau kuning seperti tombol (mirip dengan kutil kecil) pada permukaan
aboral dari piringan pusat bintang laut. Dari dekat, itu tampak terstruktur,
menyerupai koloni “madrepore” (induk
pori-pori). Dari ini, mendapatkan namanya. Air masuk madreporite di sisi aboral
dari Echinodermata tersebut. Dari
sana, ia masuk ke dalam kanal batu, yang bergerak air ke dalam saluran cincin.
Kanal cincin menghubungkan kanal radial (ada lima dalam hewan pentaradial), dan
kanal-kanal radial memindahkan air ke disembut ampullae, yang memiliki tabung
kaki melalui mana air bergerak. Dengan memindahkan air melalui sistem vaskular
air yang unik, Echinodermata dapat
bergerak dan memaksa kerang molluska
terbuka selama makan (Levine, 1995).
Echinodermata
memainkan berbagai peran ekologi. Pasir dolar dan teripang menggali ke dalam
pasir, menyediakan lebih banyak oksigen pada kedalaman lebih besar dari dasar
laut. Hal ini memungkinkan organisme lebih banyak untuk tinggal di sana. Selain
itu, bintang laut mencegah pertumbuhan alga pada terumbu karang. Hal ini
memungkinkan karang untuk menyaring-makan lebih mudah. Dan banyak teripang
menyediakan habitat bagi parasit seperti kepiting, cacing, dan siput. Echinodermata juga merupakan langkah
penting dalam rantai makanan laut. Echinodermata
adalah makanan pokok dari banyak hewan, termasuk berang-berang laut. Di sisi
lain, Echinodermata memakan rumput
laut dan menjaga pertumbuhan terkendali (Sthor,
2012).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Lokasi Praktikum
Adapun waktu dan lokasi praktikum dilaksanakan
yaitu pada hari Jumat, 25 November 2016 pukul 08.00-09.40 WITA di Laboratorium Zoologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata-Gowa.
B. Instrumen Praktikum
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu alat bedah, papan seksi, kamera dan alat tulis menulis.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu Bintang Laut (Asterias vulgaris)
Bintang Ular (Ophiotrix sp.) dan Bulu Babi (Diadema setosum).
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja
yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu, untuk
pengamatan morfologi, diambil bahan pengamatan dengan menggunakan pinset.
Diletakkan diatas papan seksi yang telah disediakan. Diamati struktur
morfologinya lalu catat bagian-bagiannya dan diambil gambar dari masing-masing spesies
yang diamati. Untuk pengamatan anatomi, diambil bahan pengamatan dengan
menggunakan pinset, diletakkan di atas papan seksi yang telah disediakan, bedah
perlahan-lahan bahan, kemudian diamati struktur anatominya lalu dicatat
bagian-bagiannya dan ambil gambar dari masing-masing spesies.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Bintang
Laut (Asterias vulgaris)
a.
Morfologi
1)
|
|
|
Gambar 4.1.a1 Morfologi Dorsal Bintang Laut (Suwignyo, 2005)
2)
|
|
|
Gambar 4.1.a2 Mofologi Ventral Bintang Laut (Suwignyo, 2005)
b.
Anatomi
|
|
|
2. Bintang Ular (Ophioutrix
tragilis)
a.
Morfologi
1)
|
|
|
|
Gambar 4.1.a1 Morfologi Dorsal Bintang Laut (Suwignyo,
2005)
|
|
2)
|
|
|
Gambar 4.2.a2 Mofologi Ventral Bintang Ular (Suwignyo, 2005)
c.
|
|
|
Gambar 4.1.b Anatomi Bintang Ular (Suwignyo,
2005)
3.
Bulu babi (Diadema setosum)
a.
Morfologi
1)
|
|
|
|
||||||||
|
||||||||
|
||||||||
|
||||||||
Gambar
4.3.a1 Morfologi Dorsal Bulu Babi (Suwignyo, 2005)
2) Ventral
|
|
|
Gambar
4.3.a2 Morfologi ventral Bulu Babi (Suwignyo, 2005)
b. Anatomi
Gambar 4.3.b Anatomi Bulu Babi (Suwignyo,
2005)
|
B. Pembahasan
Adapun pembahasan dari hasil pengataman adalah sebagai berikut:
1.
Bintang laut (Asterias vulgaris)
Bintang laut (Asterias vulgaris)
secara morfologi umumnya berbentuk simetris radial (cakram) dan mempunya 4-5
lengan (Branchium).
Kulit atas bintang laut (Asterias vulgaris) umumnya kasar, keras dan ada yang memiliki duri (spina) yang berfungsi untuk
mempertahankan diri. Mulut (Oral) bintang laut (Asterias vulgaris) terletak di tengah
cakram pada sisi bawah tubuh yang berfungsi sebagai tempat masuk makanan. Di
bawah lengan bintang laut (Asterias vulgaris) terdapat alur yang dalam
mulai dari mulut hingga ujung lengan yang disebut ambulakral (Ambulakral canal). Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian
yang menjulur keluar tubuh, di dalam ambulakral (ambulakral canal) bintang laut (Asterias vulgaris) terdapat kaki tabung (Tube feet) dengan ujung yang lengket berfungsi
sebagai alat untuk bergerak. Di sisi
atas (daerah aboral) bintang laut terdapat saluran pembuangan (anus) yang berfungsi sebagai saluran
tempat keluarnya sisa metabolisme.
Bintang laut (Asterias
vulgaris) secara anatomi memiliki lambung (Ventriculus) yang berfungsi sebagai tempatt pencernaan makanan.
Kelenjar pencernaan (Digestive gland)
yang berfungsi menghasilkan enzim untuk pencernaan makanan. Saluran pembuangan
(anus) yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan sisa metabolisme. Bintang laut (Asterias vulgaris) memiliki
kelenjar reproduksi (Gonad) yang
berfungsi menghasilkan hormon-hormon reproduksi pada bintang laut (Asterias
vulgaris). Memiliki saraf radial (Radial
nerve) yang berfungsi untuk mengatur dan memelihara sistem tubuh. Pada
keping utama (Central disk) terdapat
sistem saluran air (Ambulakral canal)
yang terdiri atas saluran cincin (Ring
canal) pusat dan saluran radial (Radial
canal) yang memperpanjang sepanjang masing-masing lengan. Air bersirkulasi
melalui struktur dan memfasilitasi pertukaran gas serta nutrisi, predasi, dan
gerak. Sistem vaskular air (Ambulakral canal) juga memproyeksikan dari lubang di kerangka
dalam bentuk kaki tabung (tube feet).
Kaki tabung (tube feet) ini dapat
mengembang atau mengerut berdasarkan volume air (tekanan hidrostatik). Madreporite adalah, pembukaan berkapur
berwarna terang yang digunakan untuk menyaring air ke dalam sistem vaskular air bintang laut (Asterias
vulgaris). Bertindak sebagai katup tekanan-pemerataan, strukturnya kecil merah
atau kuning seperti tombol pada permukaan aboral dari piringan pusat. Air masuk
ke madreporite di sisi aboral dari bintang
laut (Asterias vulgaris) tersebut. kemudian, air masuk ke dalam saluran
batu (Stone canal), lalu bergerak ke
dalam saluran cincin (Ring canal). Saluran cincin (Ring canal) menghubungkan saluran radial (Radial canal) dan saluran-saluran radial yang lain, yang berfungsi memindahkan
air ke gelembung otot (ampulla), yang
terdapat di kaki tabung (tube feet).
Dengan memindahkan air melalui sistem vaskular air yang unik, bintang laut (Asterias
vulgaris).
Sistem reproduksi
bintang laut (Asterias vulgaris) terdiri atas organ reproduksi yang
terpisah antara jantan dan betina. Alat reproduksi strukturnya bercabang-cabang
yang berada dibagian dasar permukaan lengan. Pada hewan betina alat
reproduksinya dapat melepaskan 2,5 juta telur tiap dua jam. Telur tertuangkan dan mengalir terus menerus dari beberapa gonopora ke
dalam air dan langsung disebar oleh arus air. Dalam 10 menit hewan jantan mulai
membuahi sel telur. Proses ini bisa menyebabkan air di sekitarnya berwarna
putih seperti susu. Hasil pembuahannya akan tumbuh menjadi larva mikroskopis
yang lengannya bersillia, disebut pluteus. Pleteus kemudian mengalami
metamorfosis menjadi bentuk seperti bintang laut
Sistem pencernaan
bintang laut (Asterias vulgaris) terdiri dari mulut (oral)
yang terletak di pusat tubuh, kerongkongan (esofagus), lambung (ventriculus) yang berbentuk kantong
dan berhubungan dengan pangkal pyloric
caecum pada masing-masing tangan (Branchium),
dan usus (intestine),
alat-alat pencernaan makanan ini terdapat dalam bola cakram,. Di sekeliling
mulut terdapat rahang yang berupa 5 kelompok lempeng kapur. Makanan dipegang
dengan satu atau lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan dengan bantuan
tentakel dimasukkan ke mulut. Sesudah dicerna, bahan-bahan yang tidak tercerna
dibuang ke luar melalui mulutnya.
Sistem respirasi
bintang laut (Asterias vulgaris) yaitu bernapas dengan menggunakan
paru-paru kulit atau dermal branchea (papulae)
yaitu penonjolon dinding rongga tubuh (coelom)
yang tipis. Pada bagian ini, terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Sistem ekskresi
bintang laut (Asterias vulgaris) dilakukan oleh sel-sel
amebosit yang terdapat dalam cairan
selom. Zat sisa dibawa keluar melalui dinding derma brankhialis. Pada usus (intestine)
terdapat dua percabangan yang berwarna cokelat yang mensekresikan cairan
berwarna cokelat.
Peranan bintang laut (Asterias vulgaris) dalam
ekosistem yaitu menjadi predator utama di ekosistem pantai berbatu di
pesisir barat Amerika Utara, spesifiknya mengendalikan populasi tiram biru,
sehingga spesies yang lain dapat menghuni pantai tersebut dan bivalvia tersebut tidak mendominansi
secara berlebihan.
Bintang
laut (Asterias vulgaris) termasuk famili Asteridae karena memiliki duri di permukaan kulitnya. Termasuk genus
Asterias karena berbentuk bintang
berlengan pendek. Termasuk spesies Asterias vulgaris karena memiliki
lengan yang tidak terlalu panjang (Branchium).
Adapun klasifikasi dari bintang laut (Asterias vulgaris) yaitu sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum :
Echinodermata
Classis
: Asteroidea
Ordo : Farcipulatida
Familia : Asteridae
Genus : Asterias
Spesies : Asterias vulgaris (Jasin, 1992).
2.
Bintang ular (Ophioutrix tragilis)
Morfologi bintang
ular (Ophioutrix tragilis) adalah tubuh seperti cakram kecil, di bagian
lateral terdapat duri (spina) yang
berfungsi untuk pertahanan diri, sedangkan pada bagian dorsal dan ventral duri
tidak ada. Memiliki 5 buah lengan (Branchium)
bulat panjang. Tiap-tiap lengan terdiri atas ruas-ruas yang sama. Pada
masing-masing ruas terdapat 2 garis tempat melekatnya osikula Pada
bagian dalam dari ruas-ruas lengan sebagian besar terisi osikula. Kaki tabung (tube feet) tanpa pengisap, dan tidak
berfungsi sebagai alat gerak akan tetapi bertindak sebagai alat sensoris dan
membantu sistem respirasi. Mulut (oral)
terletak di pusat tubuh dan dikelilingi oleh lima kelompok lempeng kapur yang
berfungsi sebagai rahang. Memiliki saluran ambulakral (ambulakral canal) yang berfungsi sebagai saluran air pada bintang ular (Ophioutrix tragilis).
Bintang ular (Ophioutrix tragilis) secara anatomi pada keping utama (Central disk) terdapat sistem saluran air (Ambulakral canal) yang terdiri atas saluran cincin (Ring canal) pusat dan saluran radial (Radial canal) yang memperpanjang
sepanjang masing-masing lengan. Air bersirkulasi melalui struktur dan
memfasilitasi pertukaran gas serta nutrisi, predasi, dan gerak. Sistem vaskular air (Ambulakral canal) juga
memproyeksikan dari lubang di kerangka dalam bentuk kaki tabung (tube feet). Kaki tabung (tube feet) ini dapat mengembang atau
mengerut berdasarkan volume air (tekanan hidrostatik). Madreporite adalah, pembukaan berkapur berwarna terang yang
digunakan untuk menyaring air ke dalam sistem vaskular air bintang laut (Asterias vulgaris). Bertindak
sebagai katup tekanan-pemerataan, strukturnya kecil merah atau kuning seperti
tombol pada permukaan aboral dari piringan pusat. Air masuk ke madreporite di sisi aboral dari bintang
laut (Asterias vulgaris) tersebut. kemudian, air masuk ke dalam saluran
batu (Stone canal), lalu bergerak ke
dalam saluran cincin (Ring canal). Saluran cincin (Ring canal) menghubungkan saluran radial (Radial canal) dan saluran-saluran radial yang lain, yang berfungsi
memindahkan air ke gelembung otot (ampulla),
yang terdapat di kaki tabung (tube feet).
Dengan memindahkan air melalui sistem vaskular air yang unik, bintang laut (Asterias
vulgaris).
Sistem reproduksi bintang ular (Ophioutrix tragilis) yaitu jenis kelamin terpisah, fertilisasi eksternal. Hasil pembuahan akan
menghasilkan larva mikroskopis yang disebut pluteus (memiliki
lengan bersilia), kemudian akan mengalami metamorfosis menjadi suatu bentuk
seperti bintang laut dan akhirnya menjadi bintang ular laut.
Sistem pencernaan bintang ular (Ophioutrix
tragilis) adalah alat-alat pencernaan makanan yang
terdapat dalam bola cakram, dimulai dari mulut yang terletak di pusat tubuh
kemudian lambung yang berbentuk kantong. Hewan ini tidak memiliki anus. Di
sekeliling mulut terdapat rahang yang berupa 5 kelompok lempeng kapur. Makanan
dipegang dengan satu atau lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan dengan
bantuan tentakel dimasukkan ke mulut. Sesudah dicerna, bahan-bahan yang tidak
tercerna dibuang ke luar melalui mulut.
Sistem respirasi
bintang ular (Ophioutrix
tragilis) terdiri dari lima pasang kantung
bursae. Kantung tersebut selain berfungsi sebagai organ respirasi juga
berfungsi untuk menerima saluran gonad.
Habitat
bintang ular (Ophioutrix tragilis) adalah hidup di laut dangkal-dalam, bersembunyi di bawah batu-batu
karang atau rumput laut, menguburkan diri dalam lumpur atau pasir, aktif pada
malam hari.
Peranan bintang laut (Ophioutrix
tragilis) sebagai pemakan bangkai, sisa-sisa hewan,
dan kotoran hewan laut lainnya. Oleh karena itu hewan ini sering disebut
sebagai hewan pembersih laut/pantai.
Bintang laut (Ophioutrix tragilis) termasuk famili Ophiuridae karena bergerak dengan menggunakan lengan panjang yang fleksibel.
Termasuk dalam genus Ophiolepsis karena memiliki hubungan
kekerabatan yang dekat dengan bintang laut (Asterias
vulgaris). Termasuk spesies (Ophioutrix tragilis) karena memiliki tubuh berbelang-belang dengan warna beragam. Adapun
klasifikasi dari bintang ular (Ophioutrix
tragilis) adalah sebagai berikut:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Classis : Ophiuroidea
Ordo : Valvatida
Familia
:
Ophiuridae
Genus
: Ophiolepsis
Spesies
: Ophioutrix tragilis (Jasin, 1989).
3.
Bulu Babi (Diadema
setosum)
Morfoloi bulu
babi (Diadema setosum) yaitu tubuh umumnya
berbentuk agak bulat dengan seluruh tubuh berwana
hitam dan dipenuhi duri (spina) yang
panjang. Duri (spina) terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerakkan. Duri (spina) dan kaki
tabung (tube feet) digunakan untuk
bergerak merayap didasar laut. Selain itu kaki tabung (tube feet) juga digunakan sebagai alat
peraba. Mulut terletak
di bawah seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur. Memiliki rangka tubuh (skeleton)
sebagai pembentuk tubuh. Mulut (oral)
terletak di bawah menghadap ke dasar laut sedangkan anusnya menghadap ke dasar
laut sedangkan anusnya menghadap ke atas di puncak bulatan cangkang. Memiliki gonophore sebagai tempat keluarnya telur
pada betina.
Anatomi bulu babi (Diadema setosum) terdiri
atas lentera
aristoteles yakni tersusun dari lima buah gigi yang disatukan oleh suatu
substansi berkapur dan dikelilingi oleh otot pengulur dan penarik. Otot-otot
ini berperan mengatur pergerakan gigi. Lentera
aristoteles berfungsi seperti mulut dan gigi yang bertugas mengambil, memotong
dan menghaluskan makanan. Kerongkongan (Esophagus),
usus halus, usus besar dan lubang pembuangan (anus) tersusun melingkari lentera aristoteles membentuk suatu sistem
pencernaan. Memiliki kelenjar reproduksi (gonad)
sebagai alat penghasil hormon-hormon reproduksi, cincin saraf (Nerve ring) berfungsi
untuk mengatur dan memelihara sistem tubuh. Faring sebagai alat pernapasan, dan
kelenjar aksial (Aksial gland)
berfungsi sebagai pengatur postur tubuh. Memiliki saluran cincin (Ring canal) yang menghubungkan saluran
radial (Radial canal) dan
saluran-saluran radial yang lain, yang berfungsi memindahkan air ke gelembung
otot (ampulla).
Sistem
reproduksi bulu babi (Diadema
setosum) yakni memiliki empat sampai lima gonad yang
melekat disisi atas rongga tubuh. Sperma
dan telur di lepas langsung ke perairan yang selanjutnya terjadi pembuahan
diluar tumbuh dengan bertemunya sel telur (Ovum)
dan sel kelamin jantan (Sperma) Dari gonad terdapat saluran ke lubang genital.
Sesudah terjadi fertilisasi di air, maka hasil fertilisasi akan tumbuh menjadi larva.
Sistem
pencernaan bulu babi (Diadema setosum) berupa
saluran panjang dan melingkar dalam cangkang. Saluran pencernaan dimulai dari
mulut, terletak di daerah oral, kemudian kerongkongan yang memiliki saluran
sifon dan bersilia. Saluran sifon menghubungkan kerongkongan dengan usus.
Saluran pencernaan yang dikelilingi oleh lima rangka samping yang ada dalam
cangkang (terkenal sebagai lentera aristoteles) adalah lambung yang di perluas
oleh kantong-kantong dan berakhir di rektum. Anus terletak di daerah permukaan
aboral, yaitu di pusat tubuh diantara lempeng kapur yang mengandung dua, empat,
sampai lima lubang genital.
Sistem
respirasi bulu babi (Diadema
setosum) dilakukan oleh 10 insang yang menjorok ke membran peritonium pada
bagian inilah terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Sistem
ekskresi bulu babi (Diadema setosum) yakni saluran
pembuangan (anus) yang terletak di
permukaan aboral, yaitu di pusat tubuh di antara lempeng kapur yang mengandung
dua, empat, sampai lima lubang genital.
Habitat bulu babi (Diadema setosum) yaitu hidup
pada kedalaman 10 meter yang memiliki terumbuh karang dan padang lamun. Hewan
ini berada di padang lamun untuk mencari makan dan di terumbu karang untuk
berlindung dari terjangan ombak.
Peranan bulu
babi (Diadema setosum) yakni
penting terhadap perputaran bahan organik di dasar laut dan juga sangat berjasa
dalam menjaga kebersihan dasar laut dan perairan pantai.
Bulu babi (Diadema
setosum) termasuk famili Arbacioadeae
karena memiliki lentera aristoteles sebagai organ pencernaan. Termasuk genus Diadema karena tidak memiliki lengan, akan tetapi mereka
memiliki lima baris kaki tabung. Termasuk spesies Diadema
setosum karena mulutnya dilingkari oleh struktur
kompleks mirip rahang. Adapun klasifikasi dari Bulu babi (Diadema setosum) adalah sebagai
berikut:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Echinodermata
Classis : Echinoidea
Ordo :
Arbacioida
Familia
:
Arbacioadeae
Genus : Diadema
Spessies
: Diadema
setosum (Jasin, 1989).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan pada praktikum kali ini adalah organisme yang termasuk dalam filum Echinodermata
adalah bintang laut (Asterias vulgaris ) bintang ular (Ophiotrix sp.) dan bulu
babi (Diadema setosum). Dari segi morfologi bintang laut (Asterias vulgaris ) terdiri atas
keping (cakram), saluran pembuangan (anus), mulut (oral), duri (spine),
keping anal (periproct), dan lengan (Branchium). Secara anatomi bulu babi (Diadema setosum) terdiri atas saluran
radial (radial canal), saluran transversal (transversal canal),
saluran batu (stone canal), lubang masuk air (madreporit),
dan kaki tabung (tube feet) termasuk dalam kelas Asteroidea.
Bintang ular (Ophiotrix sp.) secara
morfologi tersusun atas keping anal (periproct),
saluran pembuangan (anus), duri (spine), dan tentakel (tentacle), secara anatomi tersusun atas saluran radial (radial canal), saluran
transversal (transversal canal), saluran batu (stone canal),
lubang masuk air (madreporit), dan kaki tabung (tube feet)
termasuk dalam kelas Ophiuroidea. Bulu babi (Diadema setosum) secara morfologi tersusun atas lubang pembuangan (anus), gonopori (gonophor),
kemaluan (genital plate), rangka (skeleton) duri (spin), dan mulut (oral),
secara anatomi tersusun atas lubang
masuk air (madreporit), saluran radial (Radial canal), saluran
cincin (Ring canal,) faring, kerongkongan, usus, sinsin saraf, kelenjar
aksial, anus dan kelenjar reproduksi. Termasuk dalam kelas Achinoidea.
B. Saran
Adapun saran dalam kegiatan praktikum sebaiknya para praktikan bekerja
sama dalam melakukan langkah-langkah yang diintruksikan asisten, berkomunikasi
dengan teman kelompok dan asisten agar mendapatkan hasil yang maksimal.
KEPUSTAKAAN
Hala Y. Biologi Umum 2. Makassar:
UIN Alauddin Press, 2007.
Jasin M. Zoologi Invertebrata.
Surabaya: Sinar Wijaya, 1992
Levine N D. Protozoologi Vertebrata. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1995.
Shihab M Q. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati,
2002.
Stohr S. “The Global of
Brittle Stars (Echinodermata: Ophiuroidea)”. International
Journal on Soft Computing. Vol 7 No 3
(2012): 1-14.
Suwignyo S. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta:
Penebar Swadaya, 2005.
0 komentar:
Posting Komentar