Pages

Laporan Praktikum Taksonomi Hewan (Arthropoda)



LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
Unit 8 (Arthropoda)
 
Arthropoda Phylum Poster


BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan mirip lainnya. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, serta termasuk berbagai bentuk simbiotis dan parasit. Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Ankabut/29: 41 yang berbunyi:

Terjemahnya:
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (Kementerian Agama RI, 2009).
 Menurut tafsir Al-Misbah ayat di atas menggunakan bentuk feminim untuk menunjuk kerja laba-laba membuat rumah/sarang, yakni dengan kata ittakhadzat. Penambahan huruf ta’ yang pertama pada kata tersebut hanya berfungsi mengisyaratkan kesungguhannya dalam pembuatan itu. Sedang, huruf ta’  yang kedua oleh sementara pakar dipahami sebagai bentuk majemuk jenis kelamin laba-laba. Kata auhan  terambil dari kata wahn yang berarti lemah atau rapuh. Kelemahan sarang laba-labauntuk menjadi tempat perlindungansepintas terlihat sangat menonjol. Manusia dapat memorak-porandakan sarang itu dengan satu jari saja. Menurut penjelasann Musthafa Muhmudbenang-benang yang dihasilkan oleh laba-laba jauh lebih kuat daripada baja dalam kadar  yang sama dan lebih lentur dari sutera. Itu sebabnya menurut Musthafa Muhmudayat di atas tidak menyatakan sesungguhnya serabut-rauh benag adalah benang laba-laba. Tetapi menyatakan wa inna al-buyut labayt al-ankabut/ sesungguhnya serapuh-rapuhnya rumah/sarang adalah sarang laba-laba (Shihab, 2002).
Berdasarkan ayat dan tafsir di atas dapat diketahui bahwa Allah mempersamakan kaum musyrkin yang menjadikan berhala-berhala sebagai pelindung dengan laba-laba yang membuat sarang sebagai pelindung. Sarangnya sangat lemah, hanya namanya saja rumah atau sarang, padahal ia sama sekali tidak melindungi dari sengatan panas dan dingin. Sedikit gerakan menyentuh sarang itu segera porak-poranda sama dengan berhala-berhala itu hanya namanya yang diberikan oleh kaun musyrikin sebagai tuhan-tuhan, tetapi ia sama sekali tidak memiliki sifat ketuhanan dan tidak pula mampu memberi perlindungan.
Laba-laba atau al ankabut merupakan spesies dari kelas Arachnoidea yang termasuk filum Arthropoda, besar berkaki delapan berwarna abu-abu kehitam-hitaman. Serangga ini memiliki keuunikan struktur tubuh yaitu biasa menjalin jaring dari benang sutera yang dihasilkan dari perutnya sebagai sarang sekaligus perangkap mangsa.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa struktur tubuh salah satu spesies dari filum Arthropoda  memiliki keunikan, hal ini tentunya akan berbeda dengan spesies dalam kelas berbeda pada filum Arthropoda, maka dari itu dilakukanlah praktikum ini untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi organisme yang tergolong Artrhopoda.

B.       Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi dari spesies-spesies yang mewakili Arthropoda serta mendeskripsikan dan menyusun klasifikasikannya.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.      Tinjauan Ayat yang Relevan

Arthropoda merupakan filum terbesar jika dilihat dari jumlah anggotanya, dominan dalam dunia hewan Avertebrata, dan sebagian besar Arthropoda adalah serangga (insekta). Alat pernapasannya bervariasi sesuai dengan habitatnya. Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Araf/7: 133 yang berbunyi :
Terjemahnya:
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa (Kementrian Agama RI, 2009).
Menurut tafsir Al-Misbah Allah swt. mengirimkan peringatan yakni termasuk belalang yang merusak tumbuhan serta kutu sebagai hama tanaman kepada orang-orang yang kebejatan dan kedurhakaan mereka telah melampaui batas yakni kaum Fir’aun (Shihab, 2002).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah swt. memperlihatkan kekuasaannya bahwa ia dapat mengirimkan peringatan kepada orang-orang yang melampaui batas berupa segerombolan belalang yang dapat merusak keseimbangan ekosistem dan membuat kekacauan untuk manusia. Seperti yang diketahui bahwa belalang yang merupakan salah satu spesies dari kelas insecta filum Arthropoda, salah satu perannya dalam ekosistem yaitu menjadi penggangu terhadap kelangsungan hidup tanaman atau sebagai hama tanaman yakni memakan daun dan rumput-rumputan dengan cepat.

B.       Tinjauan Umum tentang Arhtropoda

Asal kata Arthropoda adalah berasal dari dua kata Yunani yaitu arthros yang berarti berbuku-buku atau beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi secara umum kelompok Arthropoda dicirikan dengan kaki yang berbuku-buku atau beruas. Antara buku satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh lembaran yang elastis yang memudahkan pergerakan badan dan kakinya. Arthropoda memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan filum yang lain yaitu, tubuh bersegmen- segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan (Asal penamaan Arthropoda), simetri bilateral, eksoskeleton berkitin, secara berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, ekskresi melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel, tidak ada silia atau nefridia. Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, arthos yang artinya segmen atau ruas dan poda yang artinya kaki. Jadi, Arthropoda adalah hewan berkaki ruas. Semua jenis hewan yang termasuk filum Arthropoda memiliki tubuh dan kaki yang berruas-ruas. Tubuhnya tertutup dengan kitin sebagai rangka luarnya (Suwignyo, 2005). 
Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas dan biasanya mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota badan (appendages) namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Tubuh  Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi. Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Ciri penting lain adalah kelompok Arthropoda tidak mempunyai struktur tulang di dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton. Eksoskeleton tersusun dari kitin yang disekresikan oleh sel kulit. eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat. Eksoskeleton terdiri dari lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang fleksibel dan lunak. Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan tubuh. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan pergerakan di tiap ruas. (Levine, 1995).
Berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur tubuhnya, Arthropoda diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu Crustacea, Myriapoda, Arachnida, dan Insecta. Crustacea berasal dari bahasa latin crusta yang artinya cangkang, sebagian besar Crustacea hidup di laut dan sebagian lagi di air tawar, pada kepala terdapat dua pasang antena, yaitu sepasang antena panjang dan sepasang antena pendek, contoh spesies yang termasuk dalam kelas Crustacea adalah kepiting (Portunus sp.). Myriapoda berasal dari bahasa Yunani, yakni myria artinya banyak dan podos artinya kaki. Myriapoda adalah hewan dengan banyak kaki. Bagian tubuh Myriapoda hanya dapat dibedakan atas kepala dan tubuh, tubuhnya panjang seperti cacing dan bersegmen dan di bagian kepala terdapat sepasang antena dan mulut bertaring, pada tiap segmen terdapat satu hingga dua pasang kaki, contohnya, kaki seribu (Lulus sp.). Arachnida berasal dari bahasa Yunani, yaitu arachne yang artinya laba-laba, akan tetapi, bukan berarti anggota kelas ini hanya laba-laba, umumnya anggota kelas ini hidup di darat, tubuhnya terdiri atas dua bagian, yaitu tubuh depan dan tubuh belakang, contoh hewan yang termasuk Arachnida adalah kalajengking (Thelyphonus caudatus) dan laba-laba (Nephila sp.). Insecta atau serangga meliputi dua per tiga seluruh jumlah hewan-hewan, anggota kelas Insecta yang telah diketahui namanya, berjumlah lebih dari 700.000 spesies, sari jumlah tersebut yang memiliki jumlah spesies terbanyak adalah kelompok Coleoptera contoh hewan dari kelas ini yaitu lalat (Musca domestica) (Hala, 2007).
Secara anatomi Arthropoda memiliki sistem peredaran darah terbuka dengan alat peredarannya berupa jantung dan pembuluh-pembuluh darah terbuka, satu-satunya buluh darah yang ada berupa saluran lurus terletak di atas saluran pencernaan, yang di daerah abdomen mempunyai lubang-lubang di sebelah lateral. Alat pernapasan berupa trakea, insang, dan paru-paru yang merupakan lembaran (paru-paru buku). Alat pencernaan makanan lengkap terdiri atas mulut, kerongkongan usus, dan anus. Sistem reproduksi terpisah (gonokoris) yang artinya ada hewan jantan dan ada hewan betina. Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual (partenogenesis dan paedogenesis). Sistem saraf berupa tangga tali dan alat peraba berupa antena, Sistem saraf itu terdiri dari ganglion anterior berupa otak yang terletak di atas saluran pencernaan, sepasang saraf yang menghubungkan otak dengan saraf sebelah ventral, serta pasangan-pasangan ganglion ventral yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh urat saraf ventral, berjalan sepanjang tubuh dari depan ke belakang di bawah saluran pencernaan. Sistem pengeluaran (ekskresi) berupa saluran-saluran malphigi yang bermuara di saluran pencernaan, limbah dikeluarkan melalui anus (Levine, 1995).
Arthropoda umumnya hidup di serasah-serasah sebagai tempat hidup dan sumber makanannya. Sisa-sisa tumbuhan membentuk bahan organik tanah yang bila terurai seluruhnya akan menjadi humus. Kondisi seperti ini tentunya dapat menyuburkan tanah dan baik untuk tanaman, terutama tanaman kopi (Hidayat, 2016).
.



 

 

 

 





BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM


A.      Waktu dan Lokasi Praktikum

Adapun waktu dan lokasi praktikum dilaksanakan yaitu pada hari Jumat, 2 Desember 2016 pukul 08.00-09.40 WITA di Laboratorium Zoologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata-Gowa.

 

B.       Instrumen Praktikum

1.      Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu alat bedah, papan seksi, kamera dan alat tulis menulis.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu Udang (Panaeus monodon), Kepiting (Portunus sexdentalus), Kaki seribu (Julus virgatus), Laba-laba (Nephila maculata), Belalang (Valanga sp.), Capung (Orthetrum sabina), Kecoa (Peiplaneta oreintalis).           

 

C.      Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu, untuk pengamatan morfologi, diambil bahan pengamatan dengan menggunakan pinset. Diletakkan diatas papan seksi yang telah disediakan. Diamati struktur morfologinya lalu catat bagian-bagiannya dan diambil gambar dari masing-masing spesies yang diamati. Untuk pengamatan anatomi, diambil bahan pengamatan dengan menggunakan pinset, diletakkan di atas papan seksi yang telah disediakan, bedah perlahan-lahan bahan, kemudian diamati struktur anatominya lalu dicatat bagian-bagiannya dan ambil gambar dari masing-masing spesies.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Udang (Panaeus monodon)
a.         Morfologi
 Keterangan:
1. Cabang antena (Antenulla)
2. Duri kepala (Rastrum)
3. Mata (Visus)
4. Karapaks (Carapace)
5. Perut (Abdomen)
6. Mulut (Cavum Oris)
7. Antena (Antenna)
8. Kaki jalan (Pereipod)
9. Kaki renang (Pleiopad)
10. Kaki ekor besar (Uropoda)
11. Kaki ekor kecil (Telson)


 
Gambar 4.1.a Morfologi Udang Windu (Suwignyo, 2005)
b.        Anatomi
9
 
8
 
7
 
6
 
5
 
4
 
3
 
2
 
1
 
Keterangan:
1.    Lambung (Ventriculus)
2.    Jantung (Cor)
3.    Ovarium (Ovary)
4.    Anus
5.    Saraf (Nerve)
6.    Usus (Intestinum)
7.    Kelenjar malpighi (Glandula malpighian)
8.    Gigi (Dente)
9.    Otak (Celebrum)

 
Gambar 4.1.b Anatomi Udang Windu (Suwignyo, 2005)
2.      Kepiting (Portunus sexdentalus)
a.         Morfologi
1)  

 
Dorsal








Keterangan:
1.    Mata (Visus)
2.    Mulut (Cavum oris)
3.    Lengan Penjepit (Cheliped)
4.    Kaki renang (Pereipod)
5.    Kaki jalan (Pereiopod)
6.    Karapaks (Carapace)


 
  Gambar 4.2.a1 Morfologi Dorsal Kepiting (Suwignyo, 2005)







2)  

 
Ventral






  

Gambar 4.2.a2 Mofologi Ventral Kepiting (Suwignyo, 2005)
Keterangan:
1.      Mata (Visus)
2.      Mulut (Cavum oris)
3.      Lengan Penjepit (Cheliped)
4.      Kaki renang (Pereipod)
5.      Kaki jalan (Pereiopod)
6.      Perut (abdomen)
a.         Anatomi



 
 









Keterangan:
1.      Jantung (Cor)
2.      Ovarium (Ovary)
3.      Kelenjar pencernaan (Glandula digestive)
4.      Insang (Gill)

 
Gambar 4.2.b Anatomi Kepiting (Suwignyo, 2005)













3.    Kaki seribu (Julus virgatus)
a.        
Keterangan
1.      Antena (Antenna)
2.      Kepala (cepala)
3.      Kaki (phoda)
4.      Ruas-ruas (Segment)
5.      Saluran pembuangan (Anus)
6.      Mulut (Oris)
 
1
 
Morfologi
6
 
5
 
4
 
3
 
2
 
Gambar 4.4.a Morfologi Laba-laba (Suwignyo, 2005)
b.        Anatomi
8
 
6
 
5
 
7
 
4
 
3
 
2
 
1
 
Keterangan
1.      Pembuluh darah (vaskular)
2.      Kelenjar malphigi (Malphigi gland)
3.      Testis
4.      Hati (Hepar)
5.      Saluran pembuangan (Anus)
6.      Vesikula seminalis (Glandulae cesiculosae)
7.      Batang tenggorokan (Trakea)
8.      Kelenjar mandibula (Mandibular gland)
 









4.      Laba-laba (Nephila maculata)
a.        
Keterangan
1. Taring (Chelicera)
2. Mata majemuk (oseles)
3. Kaki (Phoda)
4. Pemintal (Spinnerets)
5. Alat cakar (Tarsal claw)
6. Perut (Abdomen)
7. Kepala (Cephalothorax)
8. Alat capit (pedipalpus)
 
Morfologi
8
 
7
 
6
 
5
 
4
 
2
 
3
 
1
 
Gambar 4.4.a Morfologi Laba-laba (Suwignyo, 2005)


b.     
4
 
3
 
1
 
Keterangan
1.      Lambung (ventriculus)
2.      Jantung (Cardio)
3.      Usus (Intestine)
4.      Badan Malphigi (Tubulus Malphigi)
5.      Organ Ekskresi
6.      Ovarium (Ovary)
7.      Paru-paru (pulmo)
8.      Sistem Saraf (nerve)
9.      Kelenjar racun

 
Anatomi
9
 
8
 
7
 
6
 
5
 
2
 
Gambar 4.3.b Anatomi Laba-laba (Suwignyo, 2005)


 




5.      Belalang (Valanga sp.)
a.        
Keterangan:
1.    Sayap (Wings)
2.    Saluran pembuangan (Anus)
3.    Betis (Tibia)
4.    Stigma
5.    Paha (Femur)
6.    Mulut (Cavum oris)
7.    Mata majemuk (Oseles)
8.    Antena (Antena)

 
Morfologi
7
 
1
 
8
 
6
 
5
 
4
 
3
 
2
 
  Gambar 4.5.a Morfologi Dorsal Belalang (Suwignyo, 2005)


b.        Anatomi
6
 
11
 
10
 
5
 
3
 
4
 
7
 
8
 
12
 
13
 
2
 
1
 
9
 
Gambar 4.5.b Anatomi Belalang (Suwignyo, 2005)





Keterangan:
1.      Hati (Hepar)
2.      Trakea (Tracheal)
3.      Pembuluh Nadi(Arteri)
4.      Tembolok (Crop)
5.      Otak (Cerebrum)
6.      Saraf Ganglion (Ganglion nerve)

 


7.      Saraf ventral (Ventral nerve)
8.    Perut (Abdomen)
9.    Ovarium (Ovary)
10.  Kelenjar Malpighi (Tubulus malpighi)
11. Usus (Intestinum)
12. Vagina
13.  Rektum (Rectum)


 
 






6.    Capung (Orthetrum sabina)
a.         Morfologi
Keterangan
1.      Mata majemuk (oseles)
2.      Antena (Antenna)
3.      Dada hijau (Green thorax)
4.      Ruas-ruas abdomen (Segment)
5.      Sayap (Wings)
 
Gambar 4.6.a Morfologi Capung (Suwignyo, 2005)
b.        Anatomi
Keterangan
1.      Otak (cerebrum)
2.      Organ pengeluaran (ekskresi)
3.      Saraf (nerve)
4.      Anus
5.      Ovarium (Ovary)
6.      Lambung (ventriculus)
7.      Kelenjar ludah (parotid gland)

 
7
 
6
 
5
 
4
 
3
 
2
 
1
 
Gambar 4.6.b Anatomi Capung (Suwignyo, 2005)








7.      Kecoa (Peiplaneta oreintalis) 
a.        
7
 
MorfologiText Box: Keterangan
1. Antena (Antenna)
2. Kepala (Cepala)
3. Kaki (Phoda)
4. Anal Cercus
5. Sayap (Wings)
6. Mata (Visus)
7. Mulut (Oris)
6
 
5
 
4
 
3
 
2
 
1
 
Gambar 4.7.a Morfologi Kecoa (Suwignyo, 2005)
b.       
Keterangan
1.    Ganglion dada (Thoracic ganglia)
2.    Ganglion perut (Abdominal ganglia)
3.    Pangkal ganglion perut (Terminal abdominal ganglia)
4.    Tali saraf (Nerve cord)
5.    Otak (brain)
 
Anatomi
5
 
4
 
3
 
1
 
2
 
Gambar 4.7.b Morfologi Kecoa (Suwignyo, 2005)
B.       Pembahasan
Adapun pembahasan dari hasil pengataman adalah sebagai berikut:
1.        Udang Windu (Panaeus monodon)
Morfologi dari udang windu (Panaeus monodon) yaitu tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Memiliki antena yang berfungsi untuk mendeteksi sentuhan, pergerakan udara, suhu, getaran, bau serta rasa. Memiliki mata majemuk yang berfungsi untuk mendeteksi gerakan. Memiliki karapaks atau cangkang keras yang berfungsi melindungi organ dalam tubuh. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalotorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan perut (abdomen) terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing serta memiliki lima pasang kaki jalan, kaki renang, kaki ekor besar, kaki ekor kecil dan bercapit.
Anatomi dari udang windu (Panaeus monodon) yaitu memiliki organ pencernaan yang tersusun atas gigi (dente) yang berfungsi menghancurkan makanan, lambung (venntriculus) yang berfungsi mencerna makanan secara mekanik dan kimiawi, usus (Intestinum) sebagai organ yang menyerap sari-sari makanan, dan anus sebagai tempat pembuangan sisa-sisa makanan hasil metabolisme serta kelenjar pencernaan yang berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Memiliki saraf tangga tali. Ganglion otak berhubungan yang berhubungan langsung dengan alat indera. Memiliki kelenjar malphigi yang berfungsi sebagai organ ekskresi. Udang juga memiliki jantung yang berfungsi sebagai pusat dari sistem sirkulasi darah, ovarium yang berfungsi sebagai organ reproduksi, dan insang sebagai alat pernapasan.
Sistem pencernaan udang windu (Panaeus monodon) berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala dan dada kedua. Hepathopancreas dapat diidentikkan dengan lambung udang (Panaeus monodon). Organ ini merupakan pusat dari pencernaan dan terletak di bagian kepala dan pada posisi normal berbentuk segitita serta berwarna kecokelatan.
Sistem respirasi pada udang windu (Panaeus monodon) umumnya bernafas dengan insang. Kecuali udang kecil yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya. Insangnya terletak di bagian thorax badannya. Insang udang tidak mirip dengan insang ikan. Insang udang kecil sedangkan pada ikan lebar.
Alat reproduksi udang windu (Panaeus monodon) umumnya terpisah, kecuali pada beberapa udang rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh). Dalam pertumbuhannya, udang windu (Panaeus monodon) mengalami ekdisis atau pergantian kulit. Apabila kita menangkap udang, udang akan melepaskan pangkal kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui proses regenarasi.
Sistem ekskresi udang windu (Panaeus monodon) terdiri dari pasangan kelenjar hijau semacam nefridium yang terletak di bagian ventral kepala sebelah depan esophagus. Masing-masing kelenjar hijau terdiri dari kelenjar-kelenjar yang berwarna hijau, kantung dan saluran yang terbuka kebagian luar melalui lubang pembuangan pada bagian dasar segmen antenna.
Sistem sirkulasi pada udang windu (Panaeus monodon) ialah sistem peredaran darah terbuka. Yang berarti bahwa darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap O2 rendah, dengan jantung (cor) sebagai sentral yang mengatur sistem peredaran darah.
Susunan sistem saraf udang windu (Panaeus monodon) adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antenna (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan), dan mata majemuk (oseles) yang bertangkai.
Habitat udang windu (Panaeus monodon) adalah di air tawar, air laut, danau, air sungai, kali, empang, teluk, dan sebagainya.
Udang windu (Panaeus monodon) selain berperan sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi juga berperan dalam ekosistem yakni sebagai sumber makanan ikan, terutama Microcrustacea yang merupakan komponen penting pembentuk zooplankton.
Udang termasuk dalam kelas Crustacea karena kepala dan dadanya menyatu (Cephalothorax) yang ditutupi oleh karapaks atau kulit keras. Termasuk dalam ordo Decapoda karena mempunyai 5 pasang kaki sehingga disebut hewan kaki sepuluh. Dan termasuk dalam famili Panedae karena dapat hidup pada perairan. Adapun klasifikasi pada udang adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Classis             : Malacostraca
Ordo                : Decapoda
Familia            : Panaeidae
Genus              : Panneus
Spesies            : Panneus monodon (Jasin, 1992).
2.        Kepiting (Portunus sexdentalus)
Secara morfologi kepiting (Portunus sexdentalus) terdiri atas sepasang mata (visus)  yang terdiri beberapa ribu unit optik. Matanya terletak pada tangkai, dimana mata ini dapat dimasukkan ke dalam rongga pada karapaks ketika dirinya terancam, mempunyai chelipeds dan empat pasang kaki jalan. Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds terletak di depan kaki pertama. Chelipeds dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh kepiting juga ditutupi dengan  karapaks. Karapaks terdapat di bagian dorsa yang merupakan kulit keras atau dengan istilah lain exoskeleton (kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang. Mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Perutnya terlipat di bawah. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxiliped yang rata, dan bagian depan dari carapus tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Memiliki kaki renang dan kaki jalan. Sementara pada bagian ventral terdapat peut (abdomen).
Secara anatomi tubuh kepiting (Portunus sexdentalus) tersusun atas organ-organ pencernaan yang berfungsi mencerna makanan yang masuk, dan kemudian menyerap sari-sari makanan hingga diedarkan keseluruh tubuh, memiliki kelenjar pencernaan yang berguna untuk menghasilkan enzim-enzim. Ovarium  sebagai alat reproduksi dan jantung sebagai pusat yang mengatur sistem peredaran darah pada kepiting (Portunus sexdentalus). Celah insang menjadi vascular dan dapat berfungsi sebagai paru-paru.
            Alat pencernaan terbagi 3, tembolok, lambung otot, lambung kelenjar, di dalam perut kepiting terdapat gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal, selain gigi kalsium juga terdapat gastrolk yang berfungsi mengeraskan rangka luar setelah terjadi ekdisis (pengelupasan kulit).
Sistem pernafasan pada kepiting (Portunus sexdentalus) yaitu dengan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen terjadi secara difusi ketika air dan kepiting yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. Oksigen yang banyak dikandung di dala air akan diikat oleh hemosianin, sedangkan karbondioksida yang terkandung didalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung oksigen kemudian diedarkan kembali keseluruh organ tubuh dan seterusnya.
Alat reproduksi kepiting jantan dan betina dapat dibedakan dengan mengamati alat kelamin yang terdapat di bagian perut kepiting jantan umumnya memiliki organ kelamin berbentuk segitiga yang sempit dapat meruncing bagian depan. Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan dibagian depan agak tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan oleh ruas abdomennya. Ruas abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga, sedangkan pada kepiting betina berbentuk agak membulat dan lebih besar.
            Sistem eksresi kepiting (Portunus sexdentalus) terdiri dari pasangan kelenjar hijau semacam nefridium yang terletak di bagian ventral kepala sebelah depan esogafus. Masing-masing kelenjar hijau terdiri dari kelenjar-kelenjar yang berwarna hijau, kantung dan saluran yang terbuka ke bagian luar melalui lubang pembuangan pada bagian dasar segmen antena.
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan antibodi serta mengangkut karbondioksida dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya keluar tubuh.
Sistem saraf kepiting (Portunus sexdentalus) meliputi otak dibagian kepala dan dua buah saraf alroumesophageal atau saraf yang mengelilingi esophagus masuk ke tali saraf ventral. Bagian otak meneruskan sarafnya kebagian mata, antenulla, dan antenna. Tiap-tiap segmen belakang memiliki banyak ganglion dan meneruskan sarafnya ke jaringan disekelilingnnya, sedangkan ganglion subesophageal atau saraf yang terletak dibawah esophagus yang besar meneruskan saraf-sarafnya pada mandibula, maksila, dan maksileped.
Habitat kepiting (Portunus sexdentalus) yaitu di air laut, air sungai, air danau, air sungai bakau, kali, di celah batu.
Peranan kepiting (Portunus sexdentalus) dalam ekosistem salah satunya yakni berfungsi menghancurkan dan mencabik-cabik daun/serasah menjadi lebih kecil (ukuran detritus) sehingga mikrofauna dapat dengan mudah menguraikannya. Hal ini menjadikan adanya interaksi lintas permukaan, yaitu antara daun yang gugur akan berfungsi sebagai serasah (produsen), kepiting sebagai konsumen dan detrivor, mikroba sebagai pengurai.
Kepiting (Portunus sexdentalus) termasuk ke dalam kelas Crustacea karena kepala dan dadanya menyatu (Chepalothorax) yang ditutupi oleh karapaks atau kulit keras. Termasuk dalam ordo Decapoda karena mempunyai 5 pasang kaki sehingga disebut hewan kaki sepuluh. Termasuk dalam famili Portunidae karena dapat hidup di perairan bergaram. Adapun klasifikasi pada kepiting (Portunus sexdentalus) adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Classis             : Crustacea
Ordo                : Decapoda
Familia            : Portunidae
Genus              : Portunus
Spesies            : Portunus sexdentalus (Jasin, 1992).
3.        Kaki seribu (Julus virgatus)
Secara morfologi kaki seribu (Julus virgatus) memiliki tubuh yang terbagi atas dua bagian, kepala di sebelah depan dan bagian tubuh yang panjang di belakangnya. Tubuhnya terdiri dari segmen-segmen tubuh. Pada hampir setiap segmen tubuh dari kaki seribu dewasa terdapat dua pasang kaki. Segmen tubuh pertama setelah kepala disebut tengkuk (collum) dan tidak berkaki. Tiga segmen berikutnya (segmen 2 hingga 4) mengandung sepasang kaki pada tiap segmennya kaki seribu yang belum dewasa sering kali mempunyai segmen terakhir yang tidak berkaki. Bagian kepalanya terdiri atas 5 segmen, thorax terdiri atas 4 segmen dan bagian perut dengan 20-100 segmen. Kaki seribu memiliki sepasang antenna yang pendek dan dua kelompok mata tunggal yang terdiri dari sekumpulan oselli pada kepalanya. Mulut kaki seribu terdapat dua pasang, mandibula yang digunakan untuk mengunyah dan suatu keping di sebelah belakang yang disebut gnathochilarium. Di bagian bawah dari ruas yang paling belakang terdapat anus yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air dari metabolisme. Tidak mempunyai cakar beracun. Alat kelaminnya terpisah.
Kaki seribu (Julus virgatus) secara anatomi memiliki pembuluh darah yang berfungsi mengedarkan darah ke seluruh tubuh, memiliki kelenjar malphigi dan hati sebagai organ ekskresi untuk mengeluarkan sisa metabolisme, testis dan vesikula seminalis yang berfungsi sebagai organ reproduksi, saluran pembuangan (anus) sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa makanan, kelenjar mandibula sebagai salah satu organ penghasilkan kelenjar yang membantu dalam pencernaan.
Saluran pencernaan kaki seribu (Julus virgatus) lengkap dan mempunyai kelenjar ludah. Kaki seribu yang detritivores (hewan yang mengkonsumsi membusuk bahan organik dan dengan berbuat demikian berkontribusi terhadap dekomposisi dan daur ulang nutrisi). Kebanyakan kaki seribu makan membusuk daun dan materi tanaman mati lainnya, melembabkan makanan dengan cairan dan kemudian mengorek dalam dengan rahang. Dari mulut makanan melalui tenggorokan masuk ke dalam tembolok untuk di simpan sementara. Di tembolok makanan menuju ke empedal.  Di empedal makanan digiling, kemudian masuk ke dalam lambung. Di dalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi dan penyerapan sari-sari mkanan. Makanan tersebut masuk ke dalam darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Sisa makan yang terbentuk padat di kumpulkan dan bermuara pada usus besar, lalu sisa makanan di keluarkan melalui anus.
Alat reproduksi kaki seribu (Julus virgatus) terpisah antara jantan dan betina. Bukaan genital terletak pada segmen ketiga, dan pada jantan sertai oleh satu atau dua penis, yang paket setoran sperma ke gonopods sementara pada betina membuka pori-pori genital ke kamar kecil atau vulva yang ditutupi oleh tudung kecil seperti penutup dan digunakan untuk menyimpan sperma setelah sanggama. Dalam beberapa spesies jantan memancarkan feromon untuk menarik si betina. Sebelum perkawinan, kaki seribu jantan terlebih dahulu mengisi ogan-organ seksual sekunder dari yang utama, untuk melakukan hal ini dia harus menekukkan tubunya ke depan sehingga spermatophore dari gonopores pada segmen tubuh ketiga dapat ditransfer ke gonopods pada tujuh segmen tubuh. Kaki seribu bertelur di dalam tanah. Beberapa spesies membuat kaskus-kaskus individu untuk telurnya dari daun dikunyah. Setelah kaki seribu meranggas, atau menumpahkan exoskeleton untuk pertama kalinya, kaki seribu memiliki enam segmen tubuh dan tiga pasang kaki. Kaki seribu menambahkan segmen tubuh tambahan dan pasang kaki dengan masing-masing meranggas sampai mencapai jumlah maksimum dewasa. Kaki seribu meranggas di tempat-tempat terlindung di bawah tanah atau di celah-celah di tanah
Sistem peredaran darah kaki seribu (Julus virgatus) yaitu darah tidak berwarna merah karena tidak mengandung hemoglobin (HB), melainkan hemosiasin yang larut dalam plasma. Dari jantung dara dipompa kedalam arteri ke tiap segmen, dan kembali ke jantung lewat hemosoel (rongga tubuh yang mengambi bagian dalam peredaran darah).
Organ ekskresi kaki seribu (Julus virgatus) berupa dua pasang pembuluh malpighi yang bertugas mengeluarkan cairan yang mengandung unsur nitrogen (N). Sementara sistem saraf kaki seribu (Julus virgatus) disebut saraf tangga tali dengan alat penerima rangsang berupa satu pasang mata tunggal dan satu pasang antena sebagai alat peraba.
Habitat kaki seribu (Julus virgatus) yaitu hidup didarat tempat gelap seperti di dalam gua dan pada daerah yang lembab seperti pada dedauann mati dan serasah kayu.
Kaki seribu (Julus virgatus) berperan dalam mengendalikan pertumbuhan berbahaya dari jamur dan bakteri yang merusak. Ketika jumlah kaki seribu rendah, ketidakseimbangan antara predator dan mangsa dapat menyebabkan mikroorganisme berbahaya untuk berkembang, dan dapat menjadi sulit untuk mengelola wabah dan penyakit melalui proses alam.
Kaki seribu (Julus virgatus) termasuk dalam famili Trigoniulidae karena setiap ruas (segment) mempunyai dua pasang kaki, dan tidak mempunyai taring bisa (maksiliped). Termasuk dalam genus Trigoniulus karena pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek, dengan dua kelompok mata tunggal. Termasuk dalam spesies Julus virgatus karena memiliki warna tubuh seperti karat. Adapun klasifikasi dari kaki seribu (Julus virgatus) yaitu:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arhtropoda
Classis             : Myriapoda
Ordo                : Diplopoda
Familia            : Trigoniulidae
Genus              : Trigoniulus
Spesies            : Julus virgatus (Jasin, 1989).
4.        Laba-laba (Nephila maculata)
Secara morfologi laba-laba (Nephila maculata) terdiri atas dua segmen tubuh yaitu sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada bagian posterior. Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput (kepala) dan bagian toraks (dada). Pada sefalotoraks terdapat sepasang kalisera (alat sengat), selain sepasang rahang bertaring besar (chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus (capit). Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai  alat bantu dalam perkawina. Memiliki empat pasang kaki untuk berjalan. Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada mulut serta satu sampai empat pasang mata. Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spinnerets (alat pemintal) yang merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas.
Secara anatomi laba-laba (Nephila maculata) tersusun atas organ-organ pencernaan mulai dari mulut sampai anus. Jantung sebagai organ sentral yang mengatur sirkulasi darah dan ovarium sebagai organ yang berfungsi dalam reproduksi. Di dalam spinnerets terdapat banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa. Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubulus malpighi. Tubulus malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ ini terletak di dalam haemocoel yang bermuara ke dalam usus. Selain tubulus malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal. Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen pada kaki insecta). Laba-laba juga memiliki sistem saraf tangga tali berupa ganglion otak.
Sistem pencernaan makanan laba-laba (Nephila maculata) lengkap, terdiri dari mulut, esophagus, lambung, usus, rectum, dan anus. Sitem pencernaannya dilengkapi kelenjar pencernaan yaitu hati.
            Sistem respirasi laba-laba (Nephila maculata) yaitu bernafas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian abdomen.
            Sistem reproduksi laba-laba (Nephila maculata) pada bagian ujung pedipalpus terdapat kantong untuk menyimpan sperma. Sperma dimasukkan ke dalam tubuh laba-laba betina melalui lubang kelamin betina. Lubang ini terbuka pada bagian anterior perut dimana terdapat 3 pasang lubang yang disebut spineret. Lubang spineret adalah muarah yang disebut kokon, yaitu tempat untuk menyimpan telur yang telah dibuahi. Kokon diletakkan pada tanaman atau pada jaring laba-laba atau dibawa oleh hewan betina hingga menetas.
            Sistem eksresi laba-laba (Nephila maculata) dilakukan dengan tubulus malpighi yang merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ ini tereletak di dalam haemocoel yang bermuara ke dalam usus. Sistem saraf pada laba-laba (Nephila maculata) yaitu sistem seperti tangga tali, sepasang penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar kanal alimentari dan tali saraf ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentari yang kemudian berhubungan langsung dengan alat indera. Alat indera laba-laba adalah mata sebagai organ penglihatan dan pedipalpus sebagai alat peraba. Seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh lapisan kutikula dan memiliki banyak rambut yang penting sebagai organ sensor.
            Sistem peredaran darah laba-laba (Nephila maculata) terdiri atas jantung sebagai sentral yang mengontrol sirkulasi darah, serta pembuluh darah arteri dan vena. Sistem peredaran darahnya adalah sistem peredaran darah terbuka.
            Habitatnya yaitu kebanyakan laba-laba (Nephila maculata) tinggal di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, dan di antara lubang tanah, dimana laba-laba merupakan hewan yang memiliki tubuh kecil dan bersembunyi di alam.
Laba-laba (Nephila maculata) berperan sebagai karnivora, yakni memangsa spesies yang lebih kecil untuk menjaga keseimbangan ekologi.
            Laba-laba (Nephila maculata) termasuk kelas Arachnoidea karena hidup bebas dan bersifat karnivora dengan menusuk dan menghisap cairan tubuh mangsanya. Termasuk dalam ordo Arachnida karena memiliki ciri yaitu abdomen yang tidak bersegmen dan memiliki kelenjar racun pada keliseranya, dan termasuk dalam famili Ctenidae karena merupakan hewan pengembara yang beracun. Adapun susunan klasifikasi dari laba-laba (Nephila maculata) adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Classis             : Arachnoidea
Ordo                : Arachnida
Familia            : Ctenida
Genus              : Nephila
Spesies            : Nephila maculata (Jasin, 1992).
5.        Belalang (Valanga sp.)
Belalang (Valanga sp.) secara morfologi dapat dibedakan 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang (Valanga sp.) juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap untuk terbang, dan 2 antena yang berfungsi untuk mendeteksi sentuhan. Kaki belakang (Valanga sp.) yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Memiliki mata majemuk (oseles) yang berfungsi untuk mendeteksi warna dan bentuk. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang (Valanga sp.) disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Memiliki anus sebagai saluran pengeluaran sisa-sisa makanan.
Belalang (Valanga sp.) secara anatomi memiliki hati (Hepar) dan kelenjar malpighi (Tubulus malpighi) yang berfungsi sebagai organ ekskresi, trakea (Tracheal) yang berfungsi sebagai alat penafasan, pembuluh nadi (Arteri) yang berfungsi sebagai organ sirkulasi, tembolok (Crop) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan sementara, usus (Intestinum) yang berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan, dan otak (Cerebrum), saraf ganglion (Ganglion nerve), saraf ventral (Ventral nerve) sebagai organ-organ yang mengatur sistem saraf pada belalang (Valanga sp.). Belalang (Valanga sp.) juga memiliki perut (Abdomen) sebagai tempat pencernaan makanan, rektum (Rectum) yakni ujung dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisam metabolisme makanan, ovarium (Ovary) yang berfungsi menghasilkan sel telur untuk reproduksi dan vagina sebagai alat kelamin jantan pada belalang (Valanga sp.).
Sistem reproduksi belalang (Valanga sp.) jantan akan meletakkan sperma pada vagina belalang (Valanga sp.) betina. Sperma diletakkan melalui bantuan aedeagus (alat kelamin jantan) pada ovipositor yakni alat yang bentuknya seperti lidi yang keluar dari bagian belakang tubuh (abdomen belakang) betina. Sperma selanjutnya akan memasuki telur lewat jalan yang disebut micropyles, kemudian terjadilah vertilisasi.
Sistem pencernaan belalang (Valanga sp.) terdiri dari mulut (oral), kerongkongan (esofagus), lambung (ventriculus), kelenjar (glandula), usus (intestinum), rektum (rectum) dan anus. Belalang (Valanga sp.) mencari makanan secara aktif, sehingga di bagian mulut terdapat alat pelengkap khusus yang dapat memakan daun dengan cepat. Dari mulut makanan melalui tenggorokan masuk ke dalam tembolok untuk di simpan sementara. Di tembolok makanan menuju ke empedal.  Di empedal makanan digiling, kemudian masuk ke dalam lambung. Di dalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi dan penyerapan sari-sari mkanan. Makanan tersebut masuk ke dalam darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Sisa makan yang terbentuk padat di kumpulkan dan bermuara pada usus besar, lalu sisa makanan di keluarkan melalui anus.
Sistem respirasi belalang (Valanga sp.)  yaitu bernapas dengan menggunakan trakea. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton)yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang di kontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk ke spirakel. Kemudian spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan menuju trakeolus sehingga dapat mencapai jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Sistem ekskresi belalang (Valanga sp.) adalah tubulus malpighi. Tubulus malphigi berbentuk halus yang terikat pada ujung usus posterior belalang dan berwarna kekuningan. Zat-zat buangan diambil dari cairan tubuh (hemolimfa) oleh saluran. Sistem saraf pada belalang (Valanga sp.) yaitu sistem seperti tangga tali, sepasang penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar kanal alimentari dan tali saraf ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentari yang kemudian berhubungan langsung dengan alat indera.
Sirkulasi pada belalang (Valanga sp.) berupa jantung pembuluh dan pembuluh darah. Pembuluh darah yang utama ialah pembuluh darah dorsal (punggung) yang memanjang di sepanjang thorax  (dada) dan abdomen (perut). Pada bagian perut, pembuluh darahnya terbagi menjadi beberapa gelembung . Gelembung-gelembung inilah yang dinamakan dengan jantung pembuluh. Tuap-tiap kamar atau gelembung pada jantung pembuluh ini memiliki sekat yang dinakan ostia. Sekat ini mencegah darah mengalir balik ke jantung. Jantung memompa darah untuk dialirkan keseluruh tubuh melalui pembuluh aorta. Berbeda dengan vertebrata, pembuluh aorta pada belalang (Valanga sp.) memiliki ujung yang terbuka, sehingga darah mengalir ke seluruh tubuh tanpa pembuluh darah, melainkan beredar bebas di dalam rongga tubuh (homocoel) dan langsung berhubungan dengan jaringan tubuh. Sistem saraf meliputi otak di bagian kepala dan dua buah saraf alroumesophageal atau saraf yang mengelilingi esofagus masuk ke tali saraf ventral. Bagian otak meneruskan sarafnya ke bagian mata, antenulla, dan antenna. Tiap-tiap segmen belakang memiliki banyak ganglion dan meneruskan sarafnya ke jaringan disekelilingnya, sedangkan ganglion subesophageal atau saraf yang terletak di bawah esofagus yang besar meneruskan saraf-sarafnya pada mandibula, maksila dan maksiped.
Habitat belalang (Valanga sp.) mudah dijumpai di berbagai tempat, bertengger pada tanaman, di dalam tanah, dalam tumpukan jerami, di dalam air, dalam tempat penyimpanan beras, bahkan dalam kotoran. Setiap sisi kehidupannya, akan memperlihatkan keajaiban penciptanya.
Peranan belalang (Valanga sp.) dalam ekosistem yaitu menjadi penggangu terhadap kelangsungan hidup tanaman atau sebagai hama tanaman, sebagai rantai makanan yang sangat penting dari berbagai konsumen, dan membantu penyerbukan berbagai macam tumbuhan (misal jika proses itu dibantu oleh kaki-kakinya yang tidak sengaja menempel dan ia berpindah ke tempat lain sehingga terjadilah penyerbukan).
Belalang (Valanga sp.) termasuk famili Tricactyliodea karena memiliki mata majemuk dan sepasang antena. Termasuk genus Valanga karena tubuhnya dapat melompat dan memiliki sayap untuk terbang. Termasuk spesies Valanga sp. karena memiliki sayap yang lurus dan sayap belakang. Adapun klasifikasi dari belalang (Valanga sp.) yaitu sebagai berikut:            
Kingdom    : Animalia
Filum         : Arthropoda
Classis        : Insecta
Ordo           : Orthoptera
Familia       : Tridactyliodea
Genus         : Valanga
Spesies       : Valanga sp. (Jasin, 1992).
6.      Capung (Orthetrum sabina)
Secara umumnya capung (Orthetrum sabina) memiliki mata mejemuk besar yang mengambil sebagian besar kepalanya dan berfungsi melihat dengan segala arah yang dilengkapi serta memiliki bulu pendek yang disebut antena yang berfungsi mendeteksi sentuhan, serta memililiki mulut mandibulata. Selain itu, memiliki torak berukuran kecil dan kompak (protoraks dan  dua ruas torak lainnya berukuran kecil) dan memiliki permukaan dorsal yang berbeda. Capung juga memiliki tungkai yang sangat pendek yang merupakan salah satu bentuk adaptasi untuk menghinggap, menangkap dan juga menahan mangsanya. Tungkai tersebut terdiri dari trokanter dan femur yang kuat, tibia yang ramping tanpa memiliki taji da tiga ruas tarsi. Sedangkan ukuran sayap capung dewasa berkisar 2 -15 cm bahkan juga sampai mencapai 17 cm, abdomen berbentuk silindri, terdiri dari beberapa ruas-ruas (segment abdomen), meruncing dan juga bersifat fleksibel. Juga memiliki dada (thorax) berwarna hijau yang berfungsi melindungi organ-organ di dalamnya.
Secara anatomi capung (Orthetrum sabina) memiliki otak (cerebrum) yang berfungsi sebagai sistem koordinasi dan organ saraf berupa saraf tangga tali yang berhubungan langsung dengan alat indera sebagai alat penerima rangsangan, serta memiliki organ ekskresi yang berfungsi dalam mengatur hasil sisa metabolisme. Capung memiliki organ-organ pencernaan berupa lambung sebagai tempat pencernaan makanan berlangsung dan kelenjar ludah yang berfungsi menghasilkan air liur. Usus yang berfungsi menyerap sari-sari makanan juga anus sebagai tempat pengeluaran sisa metabolisme, ovarium pada capung berfungsi dalam reproduksi untuk menghasilkan sel telur pada capung betina.
Capung (Orthetrum sabina) bereproduksi dengan mengalami metamorfosis tidak sempurna. Capung betina bertelur di atau dekat air, sering pada mengambang atau muncul tanaman. Ketika bertelur, beberapa spesies akan membenamkan diri sepenuhnya untuk bertelur pada permukaan yang cocok. Setelah sekitar dua minggu, telur menetas dan capung dewasa, atau nimfa, muncul. Anakan yang tidak menarik sebagai orang dewasa. Mereka memiliki sayap kecil dan bibir bawah besar, yang mereka gunakan untuk menangkap mangsanya (sering jentik nyamuk) mereka. Seekor capung mengalami metamorfosis tidak sempurna. Capung betina bertelur di atau dekat air, sering pada mengambang atau muncul tanaman. Ketika bertelur, beberapa spesies akan membenamkan diri sepenuhnya untuk bertelur pada permukaan yang cocok. Setelah sekitar dua minggu, telur menetas dan capung dewasa, atau nimfa, muncul. Anakan yang tidak menarik sebagai orang dewasa. Mereka memiliki sayap kecil dan bibir bawah besar, yang mereka gunakan untuk menangkap mangsanya (sering jentik nyamuk) mereka.
Sistem pencernaan capung (Orthetrum sabina) berupa saluran pencernaan mulai dari mulut sampai ke anus. Semua capung adalah karnivora baik dalam tahap larva dan dewasa dari hidup mereka. Capung biasanya makan nyamuk, pengusir hama dan serangga kecil lainnya seperti lalat, lebah dan kupu-kupu, menangkap mangsanya saat sedang terbang. Kemampuan Capung untuk bermanuver di berbagai arah membuat mereka mampu keluar-terbang mangsanya Dari mulut makanan melalui tenggorokan masuk ke dalam tembolok untuk di simpan sementara. Di tembolok makanan menuju ke empedal.  Di empedal makanan digiling, kemudian masuk ke dalam lambung. Di dalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi dan penyerapan sari-sari mkanan. Makanan tersebut masuk ke dalam darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Sisa makan yang terbentuk padat di kumpulkan dan bermuara pada usus besar, lalu sisa makanan di keluarkan melalui anus.
Capung (Orthetrum sabina) benapas melalui spirakel yang lubang-lubang kecil yang terletak di perut mereka. Mereka bisa mengalahkan setiap sepasang sayap bersama-sama atau secara terpisah dan sayap belakang mereka bisa keluar dari fase dengan sayap depan. Sayap mengalahkan mereka sekitar 50-90 denyut per detik.
Sistem ekskresi pada capung (Orthetrum sabina) melalui pembuluh malpighi. Sistem saraf terdiri atas otak dalam kepala di atas esofagus, ganglion subesofagus dihubungkan ke otak oleh dua penghubung, yang satu mengelilingi esofagus yang satu lagi menjadi saraf ventral.
Sistem sirkulasi pada capung (Orthetrum sabina) melalui pembuluh darah yang letaknya pada bagian dorsal yang memanjang dari dada sampai perut. Pembuluh darah pada bagian perut berupa lima pasang aorta yang biasa disebut jantung pembuluh karena ikut berperan di dalam memompa cairan darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Habitat capung (Orthetrum sabina) biasanya ditemukan di sekitar air seperti danau, kolam, sungai dan lahan basah karena larva mereka.
Peranan capung (Orthetrum sabina) bagi keberlangsungan ekosistem sangatlah besar, salah satunya menjadi predator bagi beberapa hama. Masa hidupnya sebagai sang predator sejak masa nimfa hingga dewasa, menjadi pengendali populasi serangga lain. Peran yang dimainkan oleh capung mewujudkan terciptanya keseimbangan dalam ekosistem. Selain itu ada manfaat lain yang dapat dirasakan secara langsung oleh manusia. Ketika capung berwujud nimfa, perananya adalah sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk, sehingga jumlah populasi nyamuk di alam dapat terkurangi. Setelah tumbuh dewasa capung membantu petani dalam memerangi serangga hama pertanian seperti wereng, lalat buah, kutu, dan serangga hama lainya.
Capung (Orthetrum sabina) termasuk dalam famili Libellulidae karena memiliki sayap berwarna hitam transparan. Termasuk dalam genus Orthetrum karena  tubuhnya berwarna hijau sampai hijau kekuningan dengan loreng itam di bagian dada (thorax) dan perutnya (abdomen). Termasuk dalam spesies Orthetrum sabina karena memiliki warna tubuh lebih pekat yakni perpaduan antara hijau tua dan garis-garis hitam. Adapun susunan klasifikasi dari capung (Orthetrum sabina) sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Classis             : Insecta
Ordo               : Odonata
Familia            : Libellulidae
Genus              : Orthetrum
Spesies            Orthetrum sabina (Jasin, 1992).
7.      Kecoa (Peiplaneta oreintalis)  
Secara morfologi kecoa (Peiplaneta oreintalis) adalah serangga dengan bentuk tubuh oval dan pipih. Kepala (cepala) tersembunyi di bawah pronotum, yang dilengkapi dengan sepasang mata majemuk dan satu mata tunggal yang memiliki fungsi beragam salah satunya yakni untuk mendeteksi gerakan, warna dan bentuk, antena panjang sebagai pendeteksi sentuhan, dan tiga pasang kaki untuk berjalan. Pronotum dan sayap licin yang dapat digunakan unuk terbang, tidak berambut dan tidak bersisik, berwarna coklat sampai coklat tua. Memiliki mulut tipe pengunyah (chewing) yang berfungsi menghancurkan makanan. Bagian dada terdapat 3 kaki 2 pasang sayap, bagian luar tebal bagian dalam berbentuk membran. Caput melengkung ke ventro caudal dibawah sehingga mulut yang berfungsi sebagai tempat masuk makanan menonjol diantara dasar kaki pertama. Biasanya bersayap dua pasang jenis Blatta Orientalis betina memiliki sayap yang lebih pendek daripada jantan (tidak menutup abdomen). Kaki disesuaikan untuk berlari.
Anatomi kecoa (Peiplaneta orientalis) memiliki hati, tetapi lambung hanya merupakan pembesaran dari usus. Pada usus terdapat katup-katup spiralis. Kecoa memiliki lambung, usus dan anus yang berfungsi sebagai organ pencernaan pada kecoa. Memiliki tali saraf, ganglion dada dan ganglion perut dan otak yang berfungsi sebagai organ-organ untuk menjalankan sistem saraf.
Sistem reproduksi kecoa (Peiplaneta orientalis) dapat bertelur tanpa kawin. Kecoa mula-mula mematangkan telur (oosit) dalam ovariumnya sebelum kawin. Telur berevolusi dan berkembang dalam ovarium ketitik ketika siap untuk ovulasi. Setelah ovulasi, ootheca yang menutupi telur seringnya sangat tipis. Secara fisiologis, kecoa tahu untuk tidak membuang-buang protein. Partogenesis adalah proses memproduksi telur yang subur tanpa partisipasi jantan. Kecoa akan mengandung telur-telurnya sampai telur-telur tersebut menetas.
Saluran pencernaan pada kecoa (Peiplaneta orientalis) pada dasarnya meliputi usus depan, usus tengah, dan usus belakang. Usus depan terdiri atas faring yang merupakan kelanjutan dari mulut dan terletak di daerah kepala yang disetiap sisinya terdapat kelenjar ludah, kemudian esophagus, yang membesar membentuk tembolok dan terletaak di daerah mesothorax dan metathorax. Organ selanjutnya adalah proventriculus yang berperan sebagai organ penggiling usus tengaha meliputi lambung yang bagian posteriornya masuk kedalam abdomen. Pada permukaan lambung terdapat 16 kantong berbentuk kerucut yaitu gastric-ceca yang berperan menghasilkan enzim-enzim pencernaan, dan hasil sekresi ini akan diberikan kedalam lambung, usus tengah merupakan tempat dimana terjadinya absorbsi nutrisi, sedangkan usus belakang tersusun atas usus yang membesar dan usus kecil yang meluas ke dalam rectum.
Sistem pernafasan pada kecoa (Peiplaneta orientalis) terdiri dari tabung trakea dan spirakel. Cabang-cabang tabung trakea tersebar diseluruh tubuh. Diatur sepanjang tubuh. Tiga pasang trakea terjadi ini disebut batang trakea. Tergo setnum tejadi pada segmen abdomen kecoa. Melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot ini, rongga-rongga perut mengembang dan kontrak berirama. Perluasan rongga perut menyebabkan pelebaran batang trakea. Akibatnya, udara bergegas kedalam sistem trakea melalui spirakel. Udara ini menyebar ke tracheoles dimana pertukaran gas terjadi antara dan jaringan sel-sel udara.
Sistem sirkulasi pada kecoa (Peiplaneta orientalis) berupa sistem peredaran darah terbuka. Alat peredaran darah meliputi jantung dan pembuluh darah. Jantung akan memompa hemolimfa melalui pembuluh ke dalam sinus, sehingga terjadi pertukaran zat-zat antara hemolimfa dan sel. Hemolimfa kembali ke jantung melalui ostia, yang dilengkapi katup. Demikian seterusnya proses ini berlangsung. Pada kecoa, darah tidak melakukan pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Namun, pertukaran ini dilakukan melalui sistem trakea. Karena itu, darah hanya mengangkut zat makanan/sari-sari makanan.
Sistem ekskresi kecoa (Peiplaneta orientalis) mengeluarkan hasil buangannya dalam bentuk gumpalan kecil hitam yang umumnya berupa uric acid. Uric acid atau asam urat adalah produk limbah biasanya hadir dalam darah sebagai akibat dari kerusakan purin. Darah kecoa tidak merah karena tidak menggunakan hemoglobin untuk membawa oksigen. Bahkan aliran darah mereka tidak digunakan untuk membawa oksigen. Sistem saraf pada kecoa meliputi tali saraf, ganglion dada, ganglion perut dan otak yang kemudian berhubungan langsung dengan alat-alat indera.
Habitat Kecoa (Peiplaneta orientalis) seringkali ditemukan ditempat-tempat kotor dan jorok. Tempat-tempat tersebutlah yang paling disukai oleh kecoa. Kecoa lebih suka tinggal di daerah tropis. Karena kecoa suka dengan keadaan udara yang lembab. Tetapi ditemukan.
Kecoa (Peiplaneta orientalis) memiliki peranan esensial dalam kelangsungan ekosistem planet. Jika populasi kecoa menurun drastis, siklus nitrogen di bumi pun akan terganggu. Ini dikarenakan kecoa memiliki peran untuk menyantap sisa-sisa sampah organik yang banyak mengandung nitrogen. Nitrogen yang masuk ke dalam tubuhnya kemudian dilepaskan di tanah dan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Kecoa (Peiplaneta orientalis) termasuk dalam famili Blattellidae karena termasuk dalam keluarga kecoa yang menjadi hama rumah tangga. Termasuk dalam genus Peiplaneta karena memiliki warna tubuh coklat kemerahan. Termasuk dalam spesies Peiplaneta orientalis karena telurnya diletakkan dalam kapsul yang keras (Ootheca) seperti pada belalang sembah. Adapun susunan klasifikasi pada kecoa (Peiplaneta orientalis) adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Classis             : Insecta
Ordo                : Blattodea
Familia            : Blattellidae
Genus              : Peiplaneta
Spesies            : Peiplaneta orientalis (Jasin, 1992).

 







BAB V

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ialah shewan yang termasuk Arthropoda adalah Panaeus monodon (Udang windu), Portonus sexdentalus (kepiting), Trigontalus corallinus (kaki seribu), Nephila maculata (laba-laba), Valanga sp. (belalang), Orthetrum sabina (capung) dan Peiplaneta orientalis (Kecoa). Adapun klasifikasinya Panaeus monodon (Udang windu) termasuk dalam kelas crustacea yang secara morfologi tersusun atas mata (visus), karapaks (carapece), perut (abdomen), mulut (oris), antena (antenna), dan kaki (phoda). Sementara Portonus sexdentalus (kepiting) termasuk dalam kelas Crustacea yang secara morfologi memiliki mata (visus), karapaks (carapece), perut (abdomen), mulut (oris), lengan penjepit (cheliped), dan kaki (phoda). Adapun Trigontalus corallinus (kaki seribu) termasuk dalam kelas Myriapoda yang secara morfologi memiliki kepala (cepala), mulut (oris), ruas-ruas (segment), saluran pembuangan (anus), antena (antenna), dan kaki (phoda). Nephila maculata (laba-laba) termasuk dalam kelas Arachnoidea yang secara morfologi memiliki kepala (cepala), mata majemuk (oseles), pemintal (Spinnarets), perut (abdomen), mulut (oris), antena (antenna), dan kaki (phoda) dan alat capit (cheliped). Valanga sp. (belalang) termasuk dalam kelas Insecta yang secara morfologi memiliki mata majemuk (oseles), sayap (Wing), betis (tibia), mulut (oris), antena (antenna), dan paha (femur). Orthetrum sabina (capung) termasuk dalam kelas Insecta yang secara morfologi memiliki mata majemuk (oseles), sayap (Wings), dada hijau (green thorax), ruas-ruas perut (segment abdomen), dan antena (antenna). Peiplaneta orientalis (Kecoa) termasuk dalam kelas Insecta yang secara morfologi memiliki Kepala (Cepala), Anal cercus, sayap (Wings), mata (visus), dan antena (antenna).

B.     Saran

Adapun saran dalam kegiatan praktikum sebaiknya para praktikan bekerja sama dalam melakukan langkah-langkah yang diintruksikan asisten, berkomunikasi dengan teman kelompok dan asisten agar mendapatkan hasil yang maksimal.

 

 



















KEPUSTAKAAN

Hala Y. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press, 2007.
Hidayat A. “Diversity Of Soil Arthropod In Green  Arrier Area PT. Pusri” Biovalentia: Biological Research Journal. 2 No 1 (2016): 36-53.
Jasin M. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992
Levine N D. Protozoologi Vertebrata. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995.
Shihab M Q. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Suwignyo S. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya, 2005.


















0 komentar:

Posting Komentar