LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
Unit 8 (Arthropoda)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arthropoda
adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga,
laba-laba, udang, lipan dan hewan mirip lainnya. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan
lingkungan udara, serta termasuk berbagai bentuk simbiotis dan parasit. Allah
swt. berfirman dalam QS. Al-Ankabut/29:
41 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Perumpamaan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.
Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka
mengetahui. (Kementerian Agama RI, 2009).
Menurut tafsir Al-Misbah ayat di atas
menggunakan bentuk feminim untuk
menunjuk kerja laba-laba membuat rumah/sarang, yakni dengan kata ittakhadzat. Penambahan huruf ta’ yang pertama pada kata tersebut
hanya berfungsi mengisyaratkan kesungguhannya dalam pembuatan itu. Sedang,
huruf ta’ yang kedua oleh sementara pakar dipahami
sebagai bentuk majemuk jenis kelamin laba-laba. Kata auhan terambil dari kata wahn yang berarti lemah atau rapuh.
Kelemahan sarang laba-laba—untuk menjadi tempat
perlindungan—sepintas terlihat sangat
menonjol. Manusia dapat memorak-porandakan sarang itu dengan satu jari saja.
Menurut penjelasann Musthafa Muhmud—benang-benang yang
dihasilkan oleh laba-laba jauh lebih kuat daripada baja dalam kadar yang sama dan lebih lentur dari sutera. Itu
sebabnya menurut Musthafa Muhmud—ayat di atas tidak
menyatakan sesungguhnya serabut-rauh benag adalah benang laba-laba. Tetapi
menyatakan wa inna al-buyut labayt
al-ankabut/ sesungguhnya serapuh-rapuhnya rumah/sarang adalah sarang
laba-laba (Shihab, 2002).
Berdasarkan ayat dan tafsir di atas dapat diketahui bahwa Allah mempersamakan
kaum musyrkin yang menjadikan berhala-berhala sebagai pelindung dengan
laba-laba yang membuat sarang sebagai pelindung. Sarangnya sangat lemah, hanya
namanya saja rumah atau sarang, padahal ia sama sekali tidak melindungi dari
sengatan panas dan dingin. Sedikit gerakan menyentuh sarang itu segera
porak-poranda sama dengan berhala-berhala itu hanya namanya yang diberikan oleh
kaun musyrikin sebagai tuhan-tuhan, tetapi ia sama sekali tidak memiliki sifat
ketuhanan dan tidak pula mampu memberi perlindungan.
Laba-laba atau al ankabut merupakan spesies dari kelas Arachnoidea yang termasuk filum Arthropoda, besar
berkaki delapan berwarna abu-abu kehitam-hitaman. Serangga ini memiliki
keuunikan struktur tubuh yaitu biasa menjalin jaring dari benang sutera yang
dihasilkan dari perutnya sebagai sarang sekaligus perangkap mangsa.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa struktur tubuh salah
satu spesies dari filum Arthropoda memiliki keunikan, hal ini tentunya akan
berbeda dengan spesies dalam kelas berbeda pada filum Arthropoda, maka dari itu dilakukanlah praktikum ini untuk mengamati struktur
morfologi dan anatomi organisme yang tergolong Artrhopoda.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur
morfologi dan anatomi dari spesies-spesies yang mewakili Arthropoda serta mendeskripsikan dan menyusun klasifikasikannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Ayat yang Relevan
Arthropoda
merupakan filum terbesar jika dilihat dari jumlah anggotanya, dominan dalam
dunia hewan Avertebrata, dan sebagian besar Arthropoda
adalah serangga (insekta). Alat
pernapasannya bervariasi sesuai dengan habitatnya. Allah swt. berfirman dalam QS.
Al-Araf/7: 133 yang berbunyi :
Terjemahnya:
Maka
Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai
bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum
yang berdosa (Kementrian Agama RI, 2009).
Menurut tafsir
Al-Misbah Allah swt. mengirimkan peringatan yakni termasuk belalang yang
merusak tumbuhan serta kutu sebagai hama tanaman kepada orang-orang yang
kebejatan dan kedurhakaan mereka telah melampaui batas yakni kaum Fir’aun (Shihab,
2002).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah swt. memperlihatkan kekuasaannya
bahwa ia dapat mengirimkan peringatan kepada orang-orang yang melampaui batas
berupa segerombolan belalang yang dapat merusak keseimbangan ekosistem dan
membuat kekacauan untuk manusia. Seperti yang diketahui bahwa belalang yang
merupakan salah satu spesies dari kelas insecta
filum Arthropoda, salah satu perannya
dalam ekosistem yaitu menjadi
penggangu terhadap kelangsungan hidup tanaman atau sebagai hama tanaman yakni
memakan daun dan rumput-rumputan dengan cepat.
B. Tinjauan Umum tentang Arhtropoda
Asal kata Arthropoda adalah berasal dari dua kata
Yunani yaitu arthros yang berarti berbuku-buku atau beruas dan podos
yang berarti kaki. Jadi secara umum kelompok Arthropoda dicirikan dengan kaki yang berbuku-buku atau beruas.
Antara buku satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh lembaran yang elastis
yang memudahkan pergerakan badan dan kakinya. Arthropoda memiliki beberapa karakteristik yang
membedakan dengan filum yang lain yaitu, tubuh bersegmen- segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga
daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan (Asal penamaan Arthropoda),
simetri bilateral, eksoskeleton
berkitin, secara berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan,
ekskresi melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel, tidak ada silia atau
nefridia. Arthropoda
berasal dari bahasa Yunani, arthos
yang artinya segmen atau ruas
dan poda yang artinya kaki. Jadi, Arthropoda
adalah hewan berkaki ruas. Semua jenis hewan yang termasuk filum Arthropoda memiliki tubuh dan kaki yang
berruas-ruas. Tubuhnya tertutup dengan kitin sebagai rangka luarnya (Suwignyo,
2005).
Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang
beruas dan biasanya mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai
sepasang anggota badan (appendages)
namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah bentuk dan
fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Tubuh Arthropoda
bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi. Pada tiap segmen tubuh
tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk bagian
tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Ciri
penting lain adalah kelompok Arthropoda
tidak mempunyai struktur tulang di dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi
tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut
eksosekeleton. Eksoskeleton tersusun dari kitin yang disekresikan oleh sel
kulit. eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat.
Eksoskeleton terdiri dari lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang
fleksibel dan lunak. Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan
tubuh. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat
oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan pergerakan
di tiap ruas. (Levine, 1995).
Berdasarkan persamaan
dan perbedaan struktur tubuhnya, Arthropoda
diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu Crustacea,
Myriapoda, Arachnida, dan Insecta. Crustacea berasal dari bahasa latin crusta yang artinya cangkang, sebagian
besar Crustacea hidup di laut dan
sebagian lagi di air tawar, pada kepala terdapat dua pasang antena, yaitu
sepasang antena panjang dan sepasang antena pendek, contoh spesies yang termasuk dalam kelas Crustacea adalah kepiting (Portunus sp.). Myriapoda berasal dari bahasa Yunani, yakni myria artinya banyak dan podos
artinya kaki. Myriapoda adalah hewan
dengan banyak kaki. Bagian tubuh Myriapoda
hanya dapat dibedakan atas kepala dan tubuh, tubuhnya panjang seperti cacing
dan bersegmen dan di bagian kepala terdapat sepasang antena dan mulut
bertaring, pada tiap segmen terdapat satu hingga dua pasang kaki, contohnya,
kaki seribu (Lulus sp.). Arachnida
berasal dari bahasa Yunani, yaitu arachne
yang artinya laba-laba, akan tetapi, bukan berarti anggota kelas ini hanya
laba-laba, umumnya anggota kelas ini hidup di darat, tubuhnya terdiri atas dua
bagian, yaitu tubuh depan dan tubuh belakang, contoh hewan yang termasuk Arachnida adalah kalajengking (Thelyphonus caudatus) dan laba-laba (Nephila
sp.). Insecta atau serangga
meliputi dua per tiga seluruh jumlah hewan-hewan, anggota kelas Insecta yang telah diketahui namanya,
berjumlah lebih dari 700.000 spesies, sari jumlah tersebut yang memiliki jumlah
spesies terbanyak adalah kelompok Coleoptera
contoh hewan dari kelas ini yaitu lalat (Musca domestica) (Hala,
2007).
Secara anatomi Arthropoda memiliki sistem peredaran darah terbuka dengan
alat peredarannya berupa jantung dan pembuluh-pembuluh darah terbuka, satu-satunya buluh darah yang ada berupa saluran lurus terletak
di atas saluran pencernaan, yang di daerah abdomen mempunyai lubang-lubang di
sebelah lateral. Alat
pernapasan berupa trakea, insang, dan paru-paru yang merupakan lembaran
(paru-paru buku). Alat pencernaan makanan lengkap terdiri atas mulut, kerongkongan usus,
dan anus. Sistem
reproduksi terpisah (gonokoris) yang artinya
ada hewan jantan dan ada hewan betina. Reproduksi terjadi secara seksual dan
aseksual (partenogenesis dan paedogenesis). Sistem
saraf berupa tangga tali dan alat peraba berupa antena, Sistem saraf itu terdiri dari ganglion anterior berupa otak yang
terletak di atas saluran pencernaan, sepasang saraf yang menghubungkan otak
dengan saraf sebelah ventral, serta pasangan-pasangan ganglion ventral yang
dihubungkan satu dengan yang lain oleh urat saraf ventral, berjalan sepanjang
tubuh dari depan ke belakang di bawah saluran pencernaan. Sistem pengeluaran
(ekskresi) berupa saluran-saluran malphigi yang bermuara di saluran pencernaan,
limbah dikeluarkan melalui anus (Levine, 1995).
Arthropoda umumnya
hidup di serasah-serasah sebagai tempat hidup dan sumber makanannya. Sisa-sisa
tumbuhan membentuk bahan organik tanah yang bila terurai seluruhnya akan
menjadi humus. Kondisi seperti ini tentunya dapat menyuburkan tanah dan baik
untuk tanaman, terutama tanaman kopi (Hidayat,
2016).
.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Lokasi Praktikum
Adapun waktu dan lokasi praktikum dilaksanakan
yaitu pada hari Jumat, 2 Desember 2016 pukul 08.00-09.40 WITA di Laboratorium Zoologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata-Gowa.
B. Instrumen Praktikum
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu alat bedah, papan seksi, kamera dan alat tulis menulis.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu Udang (Panaeus monodon), Kepiting (Portunus
sexdentalus), Kaki seribu (Julus
virgatus), Laba-laba (Nephila
maculata), Belalang (Valanga sp.), Capung (Orthetrum
sabina), Kecoa (Peiplaneta oreintalis).
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja
yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu, untuk
pengamatan morfologi, diambil bahan pengamatan dengan menggunakan pinset.
Diletakkan diatas papan seksi yang telah disediakan. Diamati struktur
morfologinya lalu catat bagian-bagiannya dan diambil gambar dari masing-masing spesies
yang diamati. Untuk pengamatan anatomi, diambil bahan pengamatan dengan
menggunakan pinset, diletakkan di atas papan seksi yang telah disediakan, bedah
perlahan-lahan bahan, kemudian diamati struktur anatominya lalu dicatat
bagian-bagiannya dan ambil gambar dari masing-masing spesies.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Udang (Panaeus monodon)
a.
Morfologi
|
Gambar 4.1.a Morfologi Udang Windu (Suwignyo,
2005)
b.
Anatomi
|
Gambar 4.1.b Anatomi Udang Windu (Suwignyo,
2005)
2.
Kepiting (Portunus sexdentalus)
a.
Morfologi
1)
|
|
2)
|
Gambar 4.2.a2 Mofologi Ventral Kepiting (Suwignyo, 2005)
Keterangan:
1.
Mata (Visus)
2.
Mulut (Cavum oris)
3.
Lengan
Penjepit (Cheliped)
4.
Kaki renang
(Pereipod)
5.
Kaki jalan
(Pereiopod)
6.
Perut (abdomen)
a.
Anatomi
|
|
3.
Kaki seribu
(Julus virgatus)
a.
|
|
|
Gambar 4.4.a Morfologi
Laba-laba (Suwignyo,
2005)
b.
Anatomi
|
|
4.
Laba-laba (Nephila maculata)
a.
|
|
Gambar 4.4.a Morfologi
Laba-laba (Suwignyo,
2005)
b.
|
|
|
|
|
Gambar
4.3.b Anatomi Laba-laba (Suwignyo, 2005)
5.
Belalang (Valanga sp.)
a.
|
|
|
Gambar
4.5.a Morfologi Dorsal Belalang (Suwignyo, 2005)
b.
Anatomi
|
Gambar 4.5.b Anatomi Belalang (Suwignyo,
2005)
|
|||
|
6. Capung (Orthetrum
sabina)
a.
Morfologi
|
Gambar 4.6.a Morfologi Capung (Suwignyo,
2005)
b.
Anatomi
|
Gambar 4.6.b Anatomi Capung (Suwignyo,
2005)
7. Kecoa (Peiplaneta
oreintalis)
a.
|
|
Gambar 4.7.a Morfologi Kecoa (Suwignyo,
2005)
b.
|
|
Gambar 4.7.b Morfologi Kecoa (Suwignyo,
2005)
B. Pembahasan
Adapun pembahasan dari
hasil pengataman adalah sebagai berikut:
1.
Udang Windu (Panaeus monodon)
Morfologi dari udang
windu (Panaeus monodon) yaitu tubuh
udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Memiliki
antena yang berfungsi untuk mendeteksi sentuhan, pergerakan udara, suhu,
getaran, bau serta rasa. Memiliki mata majemuk yang berfungsi untuk mendeteksi
gerakan. Memiliki karapaks atau cangkang keras yang berfungsi melindungi organ
dalam tubuh. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalotorax yang terdiri dari 13 ruas,
yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan perut
(abdomen) terdiri dari 6 ruas,
tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai
sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas
keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing serta memiliki lima pasang kaki
jalan, kaki renang, kaki ekor besar, kaki ekor kecil dan bercapit.
Anatomi dari udang windu (Panaeus monodon) yaitu memiliki organ pencernaan yang tersusun atas
gigi (dente) yang berfungsi
menghancurkan makanan, lambung (venntriculus)
yang berfungsi mencerna makanan secara mekanik dan kimiawi, usus (Intestinum) sebagai organ yang menyerap
sari-sari makanan, dan anus sebagai
tempat pembuangan sisa-sisa makanan hasil metabolisme serta kelenjar pencernaan
yang berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Memiliki saraf tangga tali.
Ganglion otak berhubungan yang berhubungan langsung dengan alat indera. Memiliki
kelenjar malphigi yang berfungsi sebagai organ ekskresi. Udang juga memiliki
jantung yang berfungsi sebagai pusat dari sistem sirkulasi darah, ovarium yang berfungsi sebagai organ
reproduksi, dan insang sebagai alat pernapasan.
Sistem pencernaan udang windu (Panaeus monodon) berupa
mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior.
Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala dan
dada kedua. Hepathopancreas dapat
diidentikkan dengan lambung udang (Panaeus monodon).
Organ ini merupakan pusat dari pencernaan dan terletak di bagian kepala dan
pada posisi normal berbentuk segitita serta berwarna kecokelatan.
Sistem respirasi pada udang windu (Panaeus monodon) umumnya
bernafas dengan insang. Kecuali udang kecil yang bertubuh sangat kecil bernafas
dengan seluruh permukaan tubuhnya. Insangnya terletak di bagian thorax badannya. Insang udang tidak
mirip dengan insang ikan. Insang udang kecil sedangkan pada ikan lebar.
Alat reproduksi udang windu (Panaeus monodon)
umumnya terpisah, kecuali pada beberapa udang rendah. Alat kelamin betina
terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada
pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh). Dalam
pertumbuhannya, udang windu (Panaeus monodon) mengalami
ekdisis atau pergantian kulit. Apabila kita menangkap udang, udang akan
melepaskan pangkal kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui
proses regenarasi.
Sistem ekskresi udang windu (Panaeus monodon) terdiri
dari pasangan kelenjar hijau semacam nefridium
yang terletak di bagian ventral kepala sebelah depan esophagus. Masing-masing
kelenjar hijau terdiri dari kelenjar-kelenjar yang berwarna hijau, kantung dan
saluran yang terbuka kebagian luar melalui lubang pembuangan pada bagian dasar
segmen antenna.
Sistem sirkulasi pada udang windu (Panaeus monodon) ialah
sistem peredaran darah terbuka. Yang berarti bahwa darah beredar tanpa melalui
pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang
daya ikatnya terhadap O2 rendah, dengan jantung (cor) sebagai sentral yang mengatur
sistem peredaran darah.
Susunan sistem saraf udang windu (Panaeus monodon) adalah
tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antenna (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan), dan mata
majemuk (oseles) yang bertangkai.
Habitat udang windu (Panaeus monodon) adalah
di air tawar, air laut, danau, air sungai, kali, empang,
teluk, dan sebagainya.
Udang windu (Panaeus monodon) selain berperan sebagai
bahan makanan untuk dikonsumsi juga berperan dalam ekosistem yakni sebagai
sumber makanan ikan, terutama Microcrustacea
yang merupakan komponen penting pembentuk zooplankton.
Udang termasuk dalam
kelas Crustacea karena kepala dan dadanya menyatu (Cephalothorax) yang ditutupi oleh karapaks atau kulit keras.
Termasuk dalam ordo Decapoda karena mempunyai 5 pasang
kaki sehingga disebut hewan kaki sepuluh. Dan termasuk dalam famili Panedae
karena dapat hidup pada perairan. Adapun klasifikasi pada udang adalah sebagai
berikut:
Kingdom :
Animalia
Filum : Arthropoda
Classis :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Familia :
Panaeidae
Genus :
Panneus
Spesies :
Panneus monodon (Jasin, 1992).
2.
Kepiting (Portunus sexdentalus)
Secara morfologi kepiting (Portunus
sexdentalus) terdiri atas sepasang mata
(visus) yang terdiri beberapa ribu unit optik. Matanya terletak pada tangkai,
dimana mata ini dapat dimasukkan ke dalam rongga pada karapaks ketika dirinya
terancam, mempunyai chelipeds
dan empat pasang kaki jalan. Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan
sepasang penjepit, chelipeds terletak
di depan kaki pertama. Chelipeds
dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit
kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh
kepiting juga ditutupi dengan karapaks. Karapaks terdapat di bagian dorsa
yang merupakan kulit keras atau dengan istilah lain exoskeleton (kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam
bagian kepala, badan dan insang. Mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang
pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak.
Perutnya terlipat di bawah. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxiliped yang rata, dan bagian depan
dari carapus tidak membentuk sebuah rostrum
yang panjang. Memiliki kaki renang dan kaki jalan. Sementara pada bagian
ventral terdapat peut (abdomen).
Secara anatomi tubuh kepiting (Portunus
sexdentalus) tersusun atas organ-organ pencernaan yang berfungsi mencerna
makanan yang masuk, dan kemudian menyerap sari-sari makanan hingga diedarkan
keseluruh tubuh, memiliki kelenjar pencernaan yang berguna untuk menghasilkan
enzim-enzim. Ovarium sebagai alat reproduksi dan jantung sebagai
pusat yang mengatur sistem peredaran darah pada kepiting (Portunus sexdentalus). Celah insang menjadi vascular dan dapat berfungsi sebagai paru-paru.
Alat pencernaan
terbagi 3, tembolok, lambung otot, lambung kelenjar, di dalam perut kepiting
terdapat gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal, selain gigi
kalsium juga terdapat gastrolk yang
berfungsi mengeraskan rangka luar setelah terjadi ekdisis (pengelupasan kulit).
Sistem pernafasan pada kepiting (Portunus
sexdentalus) yaitu dengan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen terjadi
secara difusi ketika air dan kepiting yang masuk melalui mulut, terdorong ke
arah daerah insang. Oksigen yang banyak dikandung di dala air akan diikat oleh
hemosianin, sedangkan karbondioksida yang terkandung didalam darah akan
dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung oksigen kemudian
diedarkan kembali keseluruh organ tubuh dan seterusnya.
Alat reproduksi kepiting jantan dan betina dapat dibedakan dengan
mengamati alat kelamin yang terdapat di bagian perut kepiting jantan umumnya
memiliki organ kelamin berbentuk segitiga yang sempit dapat meruncing bagian
depan. Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan dibagian
depan agak tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan oleh ruas abdomennya.
Ruas abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga, sedangkan pada kepiting betina
berbentuk agak membulat dan lebih besar.
Sistem eksresi kepiting
(Portunus sexdentalus) terdiri dari
pasangan kelenjar hijau semacam nefridium
yang terletak di bagian ventral kepala sebelah depan esogafus. Masing-masing kelenjar hijau terdiri dari
kelenjar-kelenjar yang berwarna hijau, kantung dan saluran yang terbuka ke bagian
luar melalui lubang pembuangan pada bagian dasar segmen antena.
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga
mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan antibodi serta
mengangkut karbondioksida dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan
sebagainya keluar tubuh.
Sistem saraf kepiting (Portunus
sexdentalus) meliputi otak dibagian kepala dan dua buah saraf alroumesophageal atau saraf yang
mengelilingi esophagus masuk ke tali
saraf ventral. Bagian otak meneruskan sarafnya kebagian mata, antenulla, dan antenna. Tiap-tiap segmen belakang memiliki banyak ganglion dan
meneruskan sarafnya ke jaringan disekelilingnnya, sedangkan ganglion subesophageal atau saraf yang terletak
dibawah esophagus yang besar
meneruskan saraf-sarafnya pada mandibula,
maksila, dan maksileped.
Habitat kepiting (Portunus
sexdentalus) yaitu di air laut, air sungai, air danau, air sungai bakau,
kali, di celah batu.
Peranan kepiting (Portunus sexdentalus) dalam ekosistem
salah satunya yakni berfungsi menghancurkan dan mencabik-cabik daun/serasah
menjadi lebih kecil (ukuran detritus) sehingga mikrofauna dapat dengan mudah
menguraikannya. Hal ini menjadikan adanya interaksi lintas permukaan, yaitu
antara daun yang gugur akan berfungsi sebagai serasah (produsen), kepiting
sebagai konsumen dan detrivor, mikroba sebagai pengurai.
Kepiting (Portunus sexdentalus) termasuk ke dalam
kelas Crustacea karena kepala dan dadanya menyatu (Chepalothorax) yang ditutupi oleh karapaks atau kulit keras.
Termasuk dalam ordo Decapoda karena mempunyai 5 pasang kaki sehingga disebut hewan kaki sepuluh. Termasuk dalam
famili Portunidae karena dapat hidup di perairan bergaram. Adapun klasifikasi
pada kepiting (Portunus sexdentalus) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda
Classis : Crustacea
Ordo : Decapoda
Familia : Portunidae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus sexdentalus (Jasin, 1992).
3.
Kaki seribu
(Julus virgatus)
Secara morfologi kaki seribu (Julus virgatus)
memiliki tubuh yang terbagi atas dua bagian,
kepala di sebelah depan dan bagian tubuh yang panjang di belakangnya. Tubuhnya
terdiri dari segmen-segmen tubuh. Pada hampir setiap segmen tubuh dari kaki
seribu dewasa terdapat dua pasang kaki. Segmen tubuh pertama setelah kepala
disebut tengkuk (collum) dan tidak
berkaki. Tiga segmen berikutnya (segmen 2 hingga 4) mengandung sepasang kaki
pada tiap segmennya kaki seribu yang belum dewasa sering kali mempunyai segmen
terakhir yang tidak berkaki. Bagian kepalanya terdiri atas 5 segmen, thorax terdiri atas 4 segmen dan bagian
perut dengan 20-100 segmen. Kaki seribu memiliki sepasang antenna yang pendek dan dua kelompok mata tunggal yang terdiri dari
sekumpulan oselli pada kepalanya. Mulut kaki seribu terdapat dua pasang, mandibula yang
digunakan untuk mengunyah dan suatu keping di sebelah belakang yang disebut gnathochilarium. Di bagian bawah
dari ruas yang paling belakang terdapat anus yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan air dari metabolisme. Tidak mempunyai cakar beracun. Alat kelaminnya
terpisah.
Kaki seribu (Julus
virgatus) secara
anatomi memiliki pembuluh darah yang berfungsi mengedarkan darah ke seluruh
tubuh, memiliki kelenjar malphigi dan hati sebagai organ ekskresi untuk
mengeluarkan sisa metabolisme, testis dan vesikula seminalis yang berfungsi
sebagai organ reproduksi, saluran pembuangan (anus) sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa
makanan, kelenjar mandibula sebagai salah satu organ penghasilkan kelenjar yang
membantu dalam pencernaan.
Saluran pencernaan kaki
seribu (Julus virgatus) lengkap dan
mempunyai kelenjar ludah. Kaki seribu yang detritivores (hewan yang
mengkonsumsi membusuk bahan organik dan dengan berbuat demikian berkontribusi
terhadap dekomposisi dan daur ulang nutrisi). Kebanyakan kaki seribu makan
membusuk daun dan materi tanaman mati lainnya, melembabkan makanan dengan
cairan dan kemudian mengorek dalam dengan rahang. Dari mulut makanan melalui
tenggorokan masuk ke dalam tembolok untuk di simpan sementara. Di tembolok
makanan menuju ke empedal. Di empedal
makanan digiling, kemudian masuk ke dalam lambung. Di dalam lambung terjadi
pencernaan secara kimiawi dan penyerapan sari-sari mkanan. Makanan tersebut
masuk ke dalam darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Sisa makan yang terbentuk
padat di kumpulkan dan bermuara pada usus besar, lalu sisa makanan di keluarkan
melalui anus.
Alat reproduksi kaki seribu (Julus virgatus) terpisah
antara jantan dan betina. Bukaan genital terletak pada segmen ketiga, dan pada
jantan sertai oleh satu atau dua penis, yang paket setoran
sperma ke gonopods sementara pada betina membuka pori-pori genital ke kamar
kecil atau vulva yang ditutupi oleh tudung kecil seperti penutup dan digunakan
untuk menyimpan sperma setelah sanggama. Dalam beberapa spesies jantan
memancarkan feromon untuk menarik si betina. Sebelum perkawinan, kaki seribu
jantan terlebih dahulu mengisi ogan-organ seksual sekunder dari yang utama,
untuk melakukan hal ini dia harus menekukkan tubunya ke depan sehingga spermatophore dari gonopores pada segmen tubuh ketiga dapat ditransfer ke gonopods
pada tujuh segmen tubuh. Kaki seribu bertelur di dalam tanah. Beberapa spesies
membuat kaskus-kaskus individu untuk telurnya dari daun dikunyah. Setelah kaki seribu meranggas, atau menumpahkan
exoskeleton untuk pertama kalinya, kaki seribu memiliki enam segmen tubuh dan
tiga pasang kaki. Kaki seribu menambahkan segmen tubuh tambahan dan pasang kaki
dengan masing-masing meranggas sampai mencapai jumlah maksimum dewasa. Kaki
seribu meranggas di tempat-tempat terlindung di bawah tanah atau di celah-celah
di tanah
Sistem peredaran darah kaki seribu (Julus virgatus) yaitu darah
tidak berwarna merah karena tidak mengandung hemoglobin (HB), melainkan
hemosiasin yang larut dalam plasma. Dari jantung dara dipompa kedalam arteri ke
tiap segmen, dan kembali ke jantung lewat hemosoel (rongga tubuh yang mengambi
bagian dalam peredaran darah).
Organ ekskresi kaki seribu (Julus virgatus) berupa dua pasang pembuluh malpighi yang
bertugas mengeluarkan cairan yang mengandung unsur nitrogen (N). Sementara
sistem saraf kaki seribu (Julus virgatus) disebut saraf tangga
tali dengan alat penerima rangsang berupa satu pasang mata tunggal dan satu
pasang antena sebagai alat peraba.
Habitat kaki seribu (Julus virgatus) yaitu hidup didarat tempat gelap seperti di
dalam gua dan pada daerah yang lembab seperti pada dedauann mati dan serasah
kayu.
Kaki seribu (Julus virgatus) berperan dalam mengendalikan
pertumbuhan berbahaya dari jamur dan bakteri yang merusak. Ketika jumlah kaki
seribu rendah, ketidakseimbangan antara predator dan mangsa dapat menyebabkan
mikroorganisme berbahaya untuk berkembang, dan dapat menjadi sulit untuk
mengelola wabah dan penyakit melalui proses alam.
Kaki seribu (Julus virgatus) termasuk dalam famili Trigoniulidae karena setiap ruas (segment) mempunyai dua pasang kaki, dan
tidak mempunyai taring bisa (maksiliped).
Termasuk dalam genus Trigoniulus
karena pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek, dengan dua kelompok
mata tunggal. Termasuk dalam spesies Julus
virgatus karena memiliki warna tubuh seperti karat. Adapun klasifikasi dari
kaki seribu (Julus virgatus) yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum :
Arhtropoda
Classis :
Myriapoda
Ordo :
Diplopoda
Familia :
Trigoniulidae
Genus :
Trigoniulus
Spesies :
Julus virgatus (Jasin,
1989).
4.
Laba-laba (Nephila maculata)
Secara
morfologi laba-laba (Nephila
maculata) terdiri atas dua segmen
tubuh yaitu sefalotoraks
(kepala-dada) pada bagian anterior
dan abdomen pada bagian posterior. Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau
kaput (kepala) dan bagian toraks (dada). Pada sefalotoraks terdapat sepasang
kalisera (alat sengat), selain sepasang rahang bertaring besar (chelicera), terdapat pula sepasang atau
beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus (capit). Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa
membesar dan berubah fungsi sebagai
alat bantu dalam perkawina. Memiliki empat pasang kaki untuk
berjalan. Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada
mulut serta satu sampai empat pasang mata. Pada bagian abdomen (opistosoma)
laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spinnerets
(alat pemintal) yang merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas.
Secara
anatomi laba-laba (Nephila
maculata) tersusun atas organ-organ pencernaan mulai dari mulut sampai
anus. Jantung sebagai organ sentral yang mengatur sirkulasi darah dan ovarium
sebagai organ yang berfungsi dalam reproduksi. Di dalam spinnerets terdapat
banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau
kelenjar benang abdomen. Kelenjar
benang halus mensekresikan cairan yang mengandung protein elastik. Protein
elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang halus yang digunakan
untuk menjebak mangsa. Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea.
Paru-paru buku adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak
pada bagian abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubulus malpighi.
Tubulus malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ ini
terletak di dalam haemocoel yang
bermuara ke dalam usus. Selain tubulus malpighi, ekskresi lainnya dilakukan
dengan kelenjar koksal. Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu
yang bermuara pada daerah koksa (segmen pada kaki insecta). Laba-laba juga
memiliki sistem saraf tangga tali berupa ganglion otak.
Sistem pencernaan makanan laba-laba (Nephila maculata) lengkap, terdiri dari
mulut, esophagus, lambung, usus, rectum, dan anus. Sitem pencernaannya
dilengkapi kelenjar pencernaan yaitu hati.
Sistem
respirasi laba-laba (Nephila
maculata) yaitu bernafas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku adalah
organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian abdomen.
Sistem
reproduksi laba-laba (Nephila
maculata) pada bagian ujung pedipalpus terdapat kantong untuk menyimpan sperma. Sperma
dimasukkan ke dalam tubuh laba-laba betina melalui lubang kelamin betina.
Lubang ini terbuka pada bagian anterior perut dimana terdapat 3 pasang lubang
yang disebut spineret. Lubang spineret adalah muarah yang disebut kokon,
yaitu tempat untuk menyimpan telur yang telah dibuahi. Kokon diletakkan pada
tanaman atau pada jaring laba-laba atau dibawa oleh hewan betina hingga
menetas.
Sistem
eksresi laba-laba (Nephila
maculata) dilakukan dengan tubulus malpighi yang merupakan tabung kecil panjang dan
buntu dan organ ini tereletak di dalam haemocoel
yang bermuara ke dalam usus. Sistem saraf pada laba-laba (Nephila maculata) yaitu sistem seperti
tangga tali, sepasang penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar kanal
alimentari dan tali saraf ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentari
yang kemudian berhubungan langsung dengan alat indera. Alat indera laba-laba
adalah mata sebagai organ penglihatan dan pedipalpus sebagai alat peraba.
Seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh lapisan kutikula dan memiliki banyak
rambut yang penting sebagai organ sensor.
Sistem
peredaran darah laba-laba (Nephila maculata) terdiri atas jantung sebagai sentral yang mengontrol
sirkulasi darah, serta pembuluh darah arteri dan vena. Sistem peredaran
darahnya adalah sistem peredaran darah terbuka.
Habitatnya
yaitu kebanyakan laba-laba (Nephila maculata) tinggal di balik daun, lapisan daun bunga, celah
bebatuan, dan di antara lubang tanah, dimana laba-laba merupakan hewan yang
memiliki tubuh kecil dan bersembunyi di alam.
Laba-laba (Nephila maculata) berperan sebagai
karnivora, yakni memangsa spesies yang lebih kecil untuk menjaga keseimbangan
ekologi.
Laba-laba (Nephila maculata) termasuk kelas Arachnoidea
karena hidup bebas dan bersifat karnivora dengan menusuk dan menghisap cairan
tubuh mangsanya. Termasuk dalam ordo Arachnida
karena memiliki ciri yaitu abdomen yang tidak bersegmen dan
memiliki kelenjar racun pada keliseranya, dan termasuk dalam famili Ctenidae karena merupakan hewan
pengembara yang beracun. Adapun susunan klasifikasi dari laba-laba (Nephila maculata) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classis : Arachnoidea
Ordo : Arachnida
Familia : Ctenida
Genus : Nephila
Spesies : Nephila maculata (Jasin, 1992).
5.
Belalang (Valanga sp.)
Belalang (Valanga sp.) secara morfologi dapat
dibedakan 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen).
Belalang (Valanga sp.) juga memiliki
6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap untuk terbang, dan 2 antena yang berfungsi
untuk mendeteksi sentuhan. Kaki belakang (Valanga
sp.) yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek
digunakan untuk berjalan. Memiliki mata majemuk (oseles) yang berfungsi untuk mendeteksi warna dan bentuk. Meskipun
tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang
(Valanga sp.) disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat
sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari
beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara,
secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Memiliki anus sebagai saluran pengeluaran
sisa-sisa makanan.
Belalang (Valanga sp.) secara anatomi memiliki hati (Hepar)
dan kelenjar malpighi (Tubulus malpighi)
yang berfungsi sebagai organ ekskresi, trakea (Tracheal) yang berfungsi sebagai alat penafasan, pembuluh nadi (Arteri) yang berfungsi sebagai organ
sirkulasi, tembolok (Crop) yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan sementara, usus (Intestinum) yang berfungsi untuk
menyerap sari-sari makanan, dan otak (Cerebrum),
saraf ganglion (Ganglion nerve), saraf
ventral (Ventral nerve) sebagai
organ-organ yang mengatur sistem saraf pada belalang (Valanga sp.). Belalang (Valanga sp.) juga memiliki perut (Abdomen)
sebagai tempat pencernaan makanan, rektum (Rectum)
yakni ujung dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat pengeluaran
sisa-sisam metabolisme makanan,
ovarium (Ovary) yang berfungsi
menghasilkan sel telur untuk reproduksi dan vagina
sebagai alat kelamin jantan pada belalang (Valanga sp.).
Sistem reproduksi belalang (Valanga
sp.) jantan akan meletakkan sperma pada
vagina belalang (Valanga sp.) betina. Sperma diletakkan melalui bantuan aedeagus (alat kelamin jantan) pada ovipositor yakni
alat yang bentuknya seperti lidi yang keluar dari bagian belakang tubuh
(abdomen belakang) betina.
Sperma selanjutnya akan memasuki telur lewat jalan yang disebut micropyles, kemudian terjadilah
vertilisasi.
Sistem pencernaan belalang (Valanga
sp.) terdiri dari mulut (oral), kerongkongan (esofagus), lambung (ventriculus), kelenjar (glandula),
usus (intestinum), rektum (rectum) dan anus. Belalang (Valanga sp.) mencari makanan secara aktif, sehingga di
bagian mulut terdapat alat pelengkap khusus yang dapat memakan daun dengan
cepat. Dari mulut makanan melalui tenggorokan masuk ke dalam tembolok untuk di
simpan sementara. Di tembolok makanan menuju ke empedal. Di empedal makanan digiling, kemudian masuk
ke dalam lambung. Di dalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi dan
penyerapan sari-sari mkanan. Makanan tersebut masuk ke dalam darah dan
diedarkan ke seluruh tubuh. Sisa makan yang terbentuk padat di kumpulkan dan
bermuara pada usus besar, lalu sisa makanan di keluarkan melalui anus.
Sistem respirasi belalang (Valanga
sp.) yaitu bernapas dengan menggunakan trakea. Pembuluh
trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton)yang disebut spirakel.
Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin dan terletak
berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang di kontrol
oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk
ke spirakel. Kemudian spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan menuju
trakeolus sehingga dapat mencapai jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Sistem ekskresi belalang (Valanga
sp.) adalah tubulus malpighi. Tubulus malphigi berbentuk halus yang terikat
pada ujung usus posterior belalang dan berwarna kekuningan. Zat-zat buangan
diambil dari cairan tubuh (hemolimfa)
oleh saluran. Sistem saraf pada belalang (Valanga sp.) yaitu sistem seperti tangga tali, sepasang
penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar kanal alimentari dan tali
saraf ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentari yang kemudian
berhubungan langsung dengan alat indera.
Sirkulasi pada belalang (Valanga
sp.) berupa jantung pembuluh dan pembuluh darah.
Pembuluh darah yang utama ialah pembuluh darah dorsal (punggung) yang memanjang di sepanjang thorax (dada) dan abdomen (perut). Pada bagian perut,
pembuluh darahnya terbagi menjadi beberapa gelembung . Gelembung-gelembung
inilah yang dinamakan dengan jantung pembuluh. Tuap-tiap kamar atau gelembung
pada jantung pembuluh ini memiliki sekat yang dinakan ostia. Sekat ini mencegah
darah mengalir balik ke jantung. Jantung memompa darah untuk dialirkan
keseluruh tubuh melalui pembuluh aorta. Berbeda dengan vertebrata, pembuluh
aorta pada belalang (Valanga
sp.) memiliki ujung yang terbuka, sehingga darah
mengalir ke seluruh tubuh tanpa pembuluh darah, melainkan beredar bebas di
dalam rongga tubuh (homocoel) dan
langsung berhubungan dengan jaringan tubuh. Sistem saraf meliputi otak di
bagian kepala dan dua buah saraf alroumesophageal
atau saraf yang mengelilingi esofagus masuk ke tali saraf ventral. Bagian otak
meneruskan sarafnya ke bagian mata, antenulla,
dan antenna. Tiap-tiap segmen
belakang memiliki banyak ganglion dan meneruskan sarafnya ke jaringan
disekelilingnya, sedangkan ganglion subesophageal
atau saraf yang terletak di bawah esofagus yang besar meneruskan
saraf-sarafnya pada mandibula, maksila dan maksiped.
Habitat belalang (Valanga sp.) mudah dijumpai di berbagai tempat, bertengger
pada tanaman, di dalam tanah, dalam tumpukan jerami, di dalam air, dalam tempat
penyimpanan beras, bahkan dalam kotoran. Setiap sisi kehidupannya, akan
memperlihatkan keajaiban penciptanya.
Peranan belalang (Valanga sp.)
dalam ekosistem yaitu menjadi penggangu terhadap kelangsungan
hidup tanaman atau sebagai hama tanaman, sebagai rantai makanan yang sangat
penting dari berbagai konsumen, dan membantu penyerbukan berbagai macam
tumbuhan (misal jika proses itu dibantu oleh kaki-kakinya yang tidak sengaja
menempel dan ia berpindah ke tempat lain sehingga terjadilah penyerbukan).
Belalang (Valanga sp.) termasuk
famili Tricactyliodea karena memiliki
mata majemuk dan sepasang antena.
Termasuk genus Valanga karena tubuhnya
dapat melompat dan memiliki sayap untuk terbang. Termasuk spesies Valanga sp. karena memiliki sayap yang lurus
dan sayap belakang. Adapun
klasifikasi dari belalang (Valanga sp.) yaitu
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classis
: Insecta
Ordo : Orthoptera
Familia : Tridactyliodea
Genus : Valanga
Spesies : Valanga sp. (Jasin,
1992).
6.
Capung (Orthetrum sabina)
Secara umumnya capung (Orthetrum
sabina) memiliki
mata mejemuk besar yang mengambil sebagian besar kepalanya dan berfungsi melihat dengan segala arah yang
dilengkapi serta memiliki bulu pendek yang disebut antena yang berfungsi
mendeteksi sentuhan, serta memililiki mulut mandibulata. Selain itu, memiliki
torak berukuran kecil dan kompak (protoraks dan dua ruas torak lainnya berukuran
kecil) dan memiliki permukaan dorsal yang berbeda. Capung juga memiliki tungkai
yang sangat pendek yang merupakan salah satu bentuk adaptasi untuk menghinggap,
menangkap dan juga menahan mangsanya. Tungkai tersebut terdiri dari trokanter
dan femur yang kuat, tibia yang ramping tanpa memiliki taji da tiga ruas tarsi.
Sedangkan ukuran sayap capung dewasa berkisar 2 -15 cm bahkan juga sampai
mencapai 17 cm, abdomen berbentuk silindri, terdiri dari beberapa ruas-ruas (segment abdomen), meruncing dan juga
bersifat fleksibel. Juga memiliki dada (thorax)
berwarna hijau yang berfungsi melindungi organ-organ di dalamnya.
Secara anatomi capung (Orthetrum
sabina) memiliki
otak (cerebrum) yang berfungsi
sebagai sistem koordinasi dan organ saraf berupa saraf tangga tali yang
berhubungan langsung dengan alat indera sebagai alat penerima rangsangan, serta
memiliki organ ekskresi yang berfungsi dalam mengatur hasil sisa metabolisme. Capung
memiliki organ-organ pencernaan berupa lambung sebagai tempat pencernaan
makanan berlangsung dan kelenjar ludah yang berfungsi menghasilkan air liur.
Usus yang berfungsi menyerap sari-sari makanan juga anus sebagai tempat
pengeluaran sisa metabolisme, ovarium pada capung berfungsi dalam reproduksi
untuk menghasilkan sel telur pada capung betina.
Capung (Orthetrum
sabina) bereproduksi dengan mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Capung betina bertelur di atau dekat air, sering pada mengambang atau
muncul tanaman. Ketika bertelur, beberapa spesies akan membenamkan diri
sepenuhnya untuk bertelur pada permukaan yang cocok. Setelah sekitar dua
minggu, telur menetas dan capung dewasa, atau nimfa, muncul. Anakan yang tidak
menarik sebagai orang dewasa. Mereka memiliki sayap kecil dan bibir bawah
besar, yang mereka gunakan untuk menangkap mangsanya (sering jentik nyamuk)
mereka. Seekor capung mengalami metamorfosis tidak sempurna. Capung betina
bertelur di atau dekat air, sering pada mengambang atau muncul tanaman. Ketika
bertelur, beberapa spesies akan membenamkan diri sepenuhnya untuk bertelur pada
permukaan yang cocok. Setelah sekitar dua minggu, telur menetas dan capung
dewasa, atau nimfa, muncul. Anakan yang tidak menarik sebagai orang dewasa.
Mereka memiliki sayap kecil dan bibir bawah besar, yang mereka gunakan untuk
menangkap mangsanya (sering jentik nyamuk) mereka.
Sistem pencernaan
capung (Orthetrum
sabina) berupa saluran pencernaan mulai dari mulut sampai
ke anus. Semua capung adalah karnivora baik dalam tahap larva dan dewasa dari
hidup mereka. Capung biasanya makan nyamuk, pengusir hama dan serangga kecil
lainnya seperti lalat, lebah dan kupu-kupu, menangkap mangsanya saat sedang
terbang. Kemampuan Capung untuk bermanuver di berbagai arah membuat mereka mampu
keluar-terbang mangsanya Dari mulut makanan melalui tenggorokan masuk ke dalam
tembolok untuk di simpan sementara. Di tembolok makanan menuju ke empedal. Di empedal makanan digiling, kemudian masuk
ke dalam lambung. Di dalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi dan
penyerapan sari-sari mkanan. Makanan tersebut masuk ke dalam darah dan
diedarkan ke seluruh tubuh. Sisa makan yang terbentuk padat di kumpulkan dan
bermuara pada usus besar, lalu sisa makanan di keluarkan melalui anus.
Capung (Orthetrum
sabina) benapas melalui spirakel yang lubang-lubang kecil
yang terletak di perut mereka. Mereka bisa mengalahkan setiap sepasang sayap
bersama-sama atau secara terpisah dan sayap belakang mereka bisa keluar dari
fase dengan sayap depan. Sayap mengalahkan mereka sekitar 50-90 denyut per
detik.
Sistem ekskresi pada
capung (Orthetrum
sabina) melalui pembuluh malpighi. Sistem saraf terdiri
atas otak dalam kepala di atas esofagus, ganglion subesofagus dihubungkan ke
otak oleh dua penghubung, yang satu mengelilingi esofagus yang satu lagi
menjadi saraf ventral.
Sistem sirkulasi pada
capung (Orthetrum
sabina) melalui pembuluh darah yang letaknya pada bagian
dorsal yang memanjang dari dada sampai perut. Pembuluh darah pada bagian perut
berupa lima pasang aorta yang biasa disebut jantung pembuluh karena ikut
berperan di dalam memompa cairan darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Habitat
capung (Orthetrum
sabina) biasanya ditemukan di sekitar air seperti danau,
kolam, sungai dan lahan basah karena larva mereka.
Peranan
capung (Orthetrum
sabina) bagi keberlangsungan ekosistem sangatlah besar,
salah satunya menjadi predator bagi beberapa hama. Masa hidupnya sebagai sang
predator sejak masa nimfa hingga dewasa, menjadi pengendali populasi serangga
lain. Peran yang dimainkan oleh capung mewujudkan terciptanya keseimbangan
dalam ekosistem. Selain itu ada manfaat lain yang dapat dirasakan secara
langsung oleh manusia. Ketika capung berwujud nimfa, perananya adalah sebagai
pemangsa jentik-jentik nyamuk, sehingga jumlah populasi nyamuk di alam dapat
terkurangi. Setelah tumbuh dewasa capung membantu petani dalam memerangi
serangga hama pertanian seperti wereng, lalat buah, kutu, dan serangga hama
lainya.
Capung
(Orthetrum sabina) termasuk dalam
famili Libellulidae karena memiliki
sayap berwarna hitam transparan. Termasuk dalam genus Orthetrum karena tubuhnya
berwarna hijau sampai hijau kekuningan dengan loreng itam di bagian dada (thorax) dan perutnya (abdomen). Termasuk dalam spesies Orthetrum sabina karena memiliki warna
tubuh lebih pekat yakni perpaduan antara hijau tua dan garis-garis hitam.
Adapun susunan klasifikasi dari capung (Orthetrum
sabina) sebagai berikut:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Classis :
Insecta
Ordo :
Odonata
Familia :
Libellulidae
Genus :
Orthetrum
Spesies : Orthetrum sabina
(Jasin, 1992).
7.
Kecoa (Peiplaneta oreintalis)
Secara morfologi kecoa (Peiplaneta
oreintalis) adalah serangga dengan bentuk tubuh oval
dan pipih. Kepala (cepala)
tersembunyi di bawah pronotum, yang dilengkapi
dengan sepasang mata majemuk dan satu mata tunggal yang memiliki fungsi beragam
salah satunya yakni untuk mendeteksi gerakan, warna dan bentuk, antena panjang
sebagai pendeteksi sentuhan, dan tiga pasang kaki untuk berjalan. Pronotum dan sayap licin yang dapat
digunakan unuk terbang, tidak berambut dan tidak bersisik, berwarna coklat
sampai coklat tua. Memiliki
mulut tipe pengunyah (chewing) yang berfungsi
menghancurkan makanan.
Bagian dada terdapat 3 kaki 2 pasang sayap, bagian luar tebal bagian dalam
berbentuk membran. Caput melengkung ke ventro
caudal dibawah sehingga mulut
yang berfungsi sebagai tempat masuk makanan menonjol diantara dasar kaki pertama. Biasanya bersayap dua
pasang jenis Blatta Orientalis betina
memiliki sayap yang lebih pendek daripada jantan (tidak menutup abdomen). Kaki
disesuaikan untuk berlari.
Anatomi kecoa (Peiplaneta orientalis)
memiliki hati, tetapi
lambung hanya merupakan pembesaran dari usus. Pada usus terdapat katup-katup
spiralis. Kecoa memiliki lambung, usus dan anus yang berfungsi
sebagai organ pencernaan pada kecoa. Memiliki tali saraf, ganglion dada dan
ganglion perut dan otak yang berfungsi sebagai organ-organ untuk menjalankan
sistem saraf.
Sistem reproduksi kecoa (Peiplaneta
orientalis) dapat
bertelur tanpa kawin. Kecoa mula-mula mematangkan telur (oosit) dalam ovariumnya sebelum kawin. Telur berevolusi dan
berkembang dalam ovarium ketitik ketika siap untuk ovulasi. Setelah ovulasi, ootheca yang menutupi telur seringnya
sangat tipis. Secara fisiologis, kecoa tahu untuk tidak membuang-buang protein.
Partogenesis adalah proses memproduksi telur yang subur tanpa partisipasi
jantan. Kecoa akan mengandung telur-telurnya sampai telur-telur tersebut
menetas.
Saluran pencernaan pada kecoa (Peiplaneta
orientalis) pada
dasarnya meliputi usus depan, usus tengah, dan usus belakang. Usus depan
terdiri atas faring yang merupakan kelanjutan dari mulut dan terletak di daerah
kepala yang disetiap sisinya terdapat kelenjar ludah, kemudian esophagus, yang
membesar membentuk tembolok dan terletaak di daerah mesothorax dan metathorax.
Organ selanjutnya adalah proventriculus yang berperan sebagai organ penggiling usus tengaha
meliputi lambung yang bagian posteriornya masuk kedalam abdomen. Pada permukaan
lambung terdapat 16 kantong berbentuk kerucut yaitu gastric-ceca yang berperan
menghasilkan enzim-enzim pencernaan, dan hasil sekresi ini akan diberikan
kedalam lambung, usus tengah merupakan tempat dimana terjadinya absorbsi
nutrisi, sedangkan usus belakang tersusun atas usus yang membesar dan usus
kecil yang meluas ke dalam rectum.
Sistem pernafasan pada kecoa (Peiplaneta
orientalis) terdiri
dari tabung trakea dan spirakel. Cabang-cabang tabung trakea tersebar diseluruh
tubuh. Diatur sepanjang tubuh. Tiga pasang trakea terjadi ini disebut batang
trakea. Tergo setnum tejadi pada segmen abdomen kecoa. Melalui kontraksi dan
relaksasi otot-otot ini, rongga-rongga perut mengembang dan kontrak berirama.
Perluasan rongga perut menyebabkan pelebaran batang trakea. Akibatnya, udara
bergegas kedalam sistem trakea melalui spirakel. Udara ini menyebar ke tracheoles dimana pertukaran gas terjadi
antara dan jaringan sel-sel udara.
Sistem sirkulasi pada
kecoa (Peiplaneta orientalis)
berupa sistem peredaran darah terbuka. Alat peredaran darah meliputi
jantung dan pembuluh darah. Jantung akan memompa hemolimfa melalui
pembuluh ke dalam sinus, sehingga terjadi pertukaran zat-zat antara
hemolimfa dan sel. Hemolimfa kembali ke jantung melalui ostia, yang
dilengkapi katup. Demikian seterusnya proses ini berlangsung. Pada
kecoa, darah tidak melakukan pertukaran oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2). Namun, pertukaran ini dilakukan
melalui sistem trakea. Karena itu, darah hanya mengangkut zat
makanan/sari-sari makanan.
Sistem ekskresi kecoa (Peiplaneta
orientalis) mengeluarkan
hasil buangannya dalam bentuk gumpalan kecil hitam yang umumnya berupa uric acid.
Uric acid atau asam urat adalah
produk limbah biasanya hadir dalam darah sebagai akibat dari kerusakan purin.
Darah kecoa tidak merah karena tidak menggunakan hemoglobin untuk membawa
oksigen. Bahkan aliran darah mereka tidak digunakan untuk membawa oksigen.
Sistem saraf pada kecoa meliputi tali saraf, ganglion dada, ganglion perut dan
otak yang kemudian berhubungan langsung dengan alat-alat indera.
Habitat Kecoa (Peiplaneta
orientalis) seringkali
ditemukan ditempat-tempat kotor dan jorok. Tempat-tempat tersebutlah yang
paling disukai oleh kecoa. Kecoa lebih suka tinggal di daerah tropis. Karena kecoa
suka dengan keadaan udara yang lembab. Tetapi ditemukan.
Kecoa (Peiplaneta
orientalis) memiliki peranan esensial dalam kelangsungan ekosistem planet. Jika populasi kecoa menurun
drastis, siklus nitrogen di bumi pun akan terganggu. Ini dikarenakan kecoa
memiliki peran untuk menyantap sisa-sisa sampah organik yang banyak mengandung
nitrogen. Nitrogen yang masuk ke dalam tubuhnya kemudian dilepaskan di tanah
dan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Kecoa (Peiplaneta
orientalis) termasuk dalam famili Blattellidae karena termasuk dalam keluarga kecoa yang menjadi hama
rumah tangga. Termasuk dalam genus Peiplaneta karena memiliki warna
tubuh coklat kemerahan. Termasuk dalam spesies Peiplaneta orientalis
karena telurnya diletakkan dalam kapsul yang keras (Ootheca) seperti pada
belalang sembah. Adapun susunan klasifikasi pada kecoa (Peiplaneta
orientalis) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classis :
Insecta
Ordo : Blattodea
Familia :
Blattellidae
Genus : Peiplaneta
Spesies : Peiplaneta orientalis (Jasin, 1992).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ialah shewan yang termasuk Arthropoda
adalah Panaeus monodon (Udang windu),
Portonus sexdentalus (kepiting), Trigontalus corallinus (kaki seribu), Nephila maculata (laba-laba), Valanga sp. (belalang), Orthetrum sabina (capung) dan Peiplaneta orientalis (Kecoa). Adapun
klasifikasinya Panaeus monodon (Udang
windu) termasuk dalam kelas crustacea yang
secara morfologi tersusun atas mata (visus),
karapaks (carapece), perut (abdomen), mulut (oris), antena (antenna),
dan kaki (phoda). Sementara
Portonus sexdentalus (kepiting)
termasuk dalam kelas Crustacea yang secara morfologi memiliki mata (visus),
karapaks (carapece), perut (abdomen), mulut (oris), lengan penjepit (cheliped),
dan kaki (phoda). Adapun Trigontalus corallinus (kaki
seribu) termasuk dalam kelas Myriapoda yang secara morfologi memiliki kepala (cepala),
mulut (oris), ruas-ruas (segment),
saluran pembuangan (anus), antena (antenna), dan kaki (phoda). Nephila
maculata (laba-laba) termasuk dalam kelas Arachnoidea yang
secara morfologi memiliki kepala (cepala), mata majemuk (oseles), pemintal (Spinnarets), perut (abdomen),
mulut (oris), antena (antenna), dan kaki (phoda) dan alat capit (cheliped).
Valanga sp. (belalang) termasuk dalam kelas Insecta yang
secara morfologi memiliki mata majemuk (oseles), sayap (Wing), betis (tibia), mulut (oris), antena (antenna),
dan paha (femur). Orthetrum sabina
(capung) termasuk dalam kelas Insecta yang secara morfologi memiliki mata majemuk (oseles),
sayap (Wings), dada hijau (green thorax),
ruas-ruas perut (segment abdomen),
dan antena (antenna). Peiplaneta orientalis (Kecoa)
termasuk dalam kelas Insecta yang secara morfologi memiliki Kepala (Cepala), Anal cercus, sayap (Wings), mata (visus), dan antena (antenna).
B. Saran
Adapun saran dalam
kegiatan praktikum sebaiknya para praktikan bekerja sama dalam melakukan
langkah-langkah yang diintruksikan asisten, berkomunikasi dengan teman kelompok
dan asisten agar mendapatkan hasil yang maksimal.
KEPUSTAKAAN
Hala Y. Biologi Umum 2. Makassar:
UIN Alauddin Press, 2007.
Hidayat A. “Diversity
Of Soil Arthropod In Green Arrier Area PT.
Pusri” Biovalentia: Biological Research
Journal. 2 No 1 (2016): 36-53.
Jasin M. Zoologi Invertebrata.
Surabaya: Sinar Wijaya, 1992
Levine N D. Protozoologi Vertebrata. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1995.
Shihab M Q. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati,
2002.
Suwignyo S. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta:
Penebar Swadaya, 2005.
0 komentar:
Posting Komentar