BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lipid terdapat dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam otak, mempunyai peran yang sangat penting dalam proses metabolisme secara umum. Sebagian besar lipid sel jaringan terdapat sebagai komponen utama membran sel dan berperan mengatur jalannya metabolisme di dalam sel (Budiyanto, 2004).
Allah swt. berfirman dalam surah Al Muminun/23: 21 yang berbunyi
Terjemahnya:
Dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan.
Hampir semua bahan banyak mengandung lemak dan minyak, terutama bahan yang berasal dari hewan. Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada jaringan adiposa. Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak, kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak (Ngili, 2013).
Sebagai senyawa organik lipid memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Salah satu fungsi utama dari lipid dalam tubuh adalah penyimpanan energi karena trigliserida dan molekul lain yang serupa, yang mengandung komponen lipid substansial, memiliki kandungan energi yang sangat tinggi. Ketika tubuh membutuhkan energi yang tersimpan, sinyal hormon memulai proses biokimia yang memecah molekul menjadi bentuk yang bermanfaat. Untuk memberikan defenisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa lipid didapatkan dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Atas dasar teori di atas, maka dilakukanlah penelitian tentang keberadaan lipid pada bahan pangan, mengetahui zat yang mampu melarutkan lipid dan mengetahui ketidakjenuhan lipid.
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan mampu mendeteksi keberadaan lipid pada bahan pangan, mengetahui zat yang mampu melarutkan lipid dan mengetahui ketidakjenuhan lipid.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Ayat yang Relevan
Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain, lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter, aseton, klorofrom dan benzena. Adapun ayat yang relevan dengan praktikum ini. Allah swt. berfirman dalam surah Al Muminun/23: 20 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Dan pohon kayu keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan pohon zaitun yang keluar pertama kali dari Thursina. Buah itu banyak menfaatnya dan dia juga adalah buah yang menghasikan minyak dan di samping itu iapun merupakan lauk pauk bagi orang-orang yang makan. Kata fawakih adalah bentuk jamak dari kata fakihah yang biasa diterjamahkan buah. Kata ini diambil dari kata fakihah yang berarti lezat/nyaman. Apa yang masuk ke mulut jika tujuannya untuk mengenyangkan, ia dinamai tha’am. Tetapi jika tujuannya untuk kelezatan dan kenyaman, ia dinamakan fakihah. Buah zaitun adalah makanan yang dimakan bersama makanan pokok, tetapi ia bukan makanan pokok, sekaligus bukan juga makanan penutup tetapi dimakan bersama makanan pokok (Shihab, 2002).
Pohon zaitun termasuk salah satu karunia Allah yang sangat besar karena ia merupakan jenis pohon kayu yang berumur ratusan tahun. Manusia dapat memetik buahnya untuk masa yang sangat panjang. Selain itu, penelitian mutakhir membuktikan bahwa zaitun meupakan bahan makanan yang mengandung kadar protein cukup tinggi. Zaitun juga mengandung zat garam, zat besi, dan fosforus yang merupakan bahan makanan terpenting bagi manusia. Lebih dari itu zaitun juga mengandung vitamin A dan B. Dari buah zaitun dapat dihasilkan minyak yang pda umumnya juga digunakan sebagai bahan makanan. Mutu minyak zaitun juga melebihi minyak-minyak yang lainnya, baik minyak nabati maupun minyak hewani, karena tidak mempunyai efek yang dapat menimbulkan penyakit pada peredaran dan pembuluh nadi arteri seperti yang terdapat pada jenis minyak lainnya.
B. Tinjauan Umum Tentang Lipid
Lipid didefinisikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang diekstrak dari organisme hidup menggunakan pelarut yang kepolarannya lemah atau pelarut nonpolar. Definisi ini berdasarkan atas sifat fisik, berlawanan dengan definisi protein, karbohidrat maupun asam nukleat yang berdasarkan atas struktur kimianya, istilah lipid mencakup berbagai macam kelompok senyawa yang berbeda-beda strukturnya (Ngili, 2013).
Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel, lipid terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia. Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu dan struktur yang serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air karena mengandung karbon dan hidrogen dengan proporsi tinggi, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti eter, kloroform, aseton dan benzene. Berdasarkan sifat demikian, lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari jaringan hewan atau tumbuhan menggunakan eter atau pelarut nonpolar lainnya (Poedjadi, 2006).
Lipid memiliki banyak peran dalam metabolisme,
diantaranya yakni bertindak sebagai penyimpanan cadangan makanan pada hewan,
tanaman dan mikroba sel, merupakan senyawa utama penyusun struktur membran sel,
dan
sebagai pengontrol suhu tubuh (Bayizid, 2014).
Lipid merupakan komponen penting dalam membran sel, termasuk diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid mempunyai banyak kerangka gliserol( fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomyelin). Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosina termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah hormone-hormon yang penting seperti hormone korteks adrenal serta hormone seks, vitamin D, dan asam empedu (Ngili, 2013).
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan minyak penting bagi manusia karena adanya sam-asam lemak esensial yang terkandung didalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A,D,E, dan K yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efisien dibandingakan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal setiap gram (Syarfaini, 2012).
Asam lemak dapat dibentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon seperti asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman. Asam lemak dalam tanaman disintesis dalam keadaaan anaerob dengan bantuan bakteri tertentu seperti Clostridium kluyver. Asam-asam lemak yang ditemukan di alam umumnya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam lemak di alam dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu asam lemak jenuh, yakni asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap. Contohnya asam palmitat, asam stearat, dan asam kaprat. Sumber sebagian besar pada lemak hewani. Asam lemak tidak jenuh yaitu asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Contohnya asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Sumber minyak nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan (Poedjadi, 2006).
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh. Dengan reagen Hubi’s Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2, maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2 telah digunakan untuk memutuskan ikatan rangkap. Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya (Ngili, 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Lokasi
Praktikum dilaksanakan pada hari kamis tanggal 10 November 2016 pada pukul 09.40-11.00 di Laboratorium Mikrobiologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata-Gowa.
B. Intrumen Praktikum
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, kertas cakram.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu minyak bekas, mantega, VCO (Virgin Coconut Oil), minyak zaitun, margarin, keju, minyak baru, alkohol 96%, eter, kloroform, larutan Na2CO3, akuades.
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Uji Ketidakjenuhan Lipid
Menyiapkan tabung reaksi, masukkan bahan uji ke dalam tabung. Kemudian larutkan dengan 1 mL kloroform. Ditambahkan sedikit demi sedikit larutan iodin sampai terbentuk warna merah.
2. Uji Kelarutan Lipid
Menyiapkan lima buah tabung reaksi. Dimasukkan masing-masing akuades, alkohol 96%, eter, kloroform, larutan Na2Co3 sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi. Di tambahkan ke dalam setiap tabung 2 tetes bahan uji, kemudian homogenkan. Biarkan beberapa saat lalu diamati kelarutan yang terjadi.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini dapat dilihat pada tabel di bawah
1. Uji Ketidakjenuhan Lipid
Tabel 4.1 Hasil pengamatan uji ketidakjenuhan lipid
No |
Sampel |
Hasil |
1 |
Minyak Bekas |
Jenuh |
2 |
Mantega |
Tidak jenuh |
3 |
VCO |
Tidak jenuh |
4 |
Zaitun |
Tidak jenuh |
5 |
Margarin |
Tidak jenuh |
6 |
Keju |
Jenuh |
2. Uji Kelarutan Lipid
Tabel 4.2 Hasil Uji kelarutan lipid
No |
Sampel |
Hasil |
|
1 |
Mantega |
Eter |
Larut |
Alkohol |
Tidak Larut |
||
Kloroform |
Larut |
||
Na2CO3 |
Tidak larut |
||
2 |
Minyak baru |
Na2CO3 |
Tidak larut |
Alkohol |
Tidak larut |
||
Kloroform |
Larut |
||
3 |
Margarin |
Eter |
Larut |
Alkohol |
Tidak Larut |
||
Kloroform |
Larut |
||
Na2CO3 |
Larut |
||
4 |
Zaitun |
Eter |
Tidak Larut |
Alkohol |
Tidak Larut |
||
Kloroform |
Larut |
||
Na2CO3 |
Larut |
||
5 |
VCO |
Eter |
Larut |
Alkohol |
Tidak Larut |
||
Kloroform |
Larut |
||
Na2CO3 |
Larut |
||
6 |
Minyak bekas |
Eter |
Larut |
Alkohol |
Tidak Larut |
||
Kloroform |
Larut |
||
Na2CO3 |
Larut |
||
7 |
Keju |
Eter |
Tidak Larut |
Alkohol |
Larut |
||
Na2CO3 |
Larut |
B. Pembahasan
1. Uji Ketidakjenuhan Lipid
Uji Ketidak jenuhan lipid bertujuan untuk mengetahui tingkat ketidakjenuhan maupun kejenuhan sampel yang digunakan. Prinsipnya yaitu untuk menentukan ikatan rangkap yang ada dalam suatu asam lemak. Pengamatan dilakukan dengan menyiapkan 6 tabung reaksi, kemudian masukkan bahan uji ke dalam tabung masing-masing yang terdiri dari minyak bekas, mantega, VCO, minyak zaitun, margarin, dan keju. Setelah itu larutkan dengan 1 mL kloroform yang berfungsi sebagai pelarut organik yang dapat melarutkan sampel yang diuji. Lalu ditambahkan sedikit demi sedikit larutan bromine sampai berubah warna. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan rangkap pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi (+) ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Hasil pengamatannya yakni dapat dilihat bahwa minyak bekas dan keju menunjukkan warna menjadi merah, hal ini berarti bahwa minyak bekas dan keju menghasilkan reaksi (+) yakni termasuk asam lemak jenuh atau yang sering disebut lemak jahat (LDL) ini menunjukan bahwa lipid pada minyak bekas dan keju ini tidak memiliki ikatan rangkap pada gugus hidrokarbonnya. Sedangkan pada percobaan dengan sampel mantega, VCO, minyak zaitun dan margarin menunjukan warna orange setelah diteteskan dengan larutan bromine, hal ini berarti bahwa sampel-sampel ini menghasilkan reaksi (-) yakni termasuk asam lemak tidak jenuh atau yang sering disebut dengan lemak baik (HDL) ini menunjukan bahwa lipid memiliki ikatan rangkap pada gugus hidrokarbonnya.
2. Uji Kelarutan Lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersebut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar. Uji ini dilakukan dengan menyiapkan tabung reaksi, kemudian dimasukkan masing-masing akuades, alkohol 96%, eter, kloroform, larutan Na2Co3 sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan ke dalam setiap tabung 2 tetes bahan uji.
1. Mantega
Pada pengamatan yang dilakukan, diketahui sampel mantega yang dilarutkan ke dalam pelarut eter terlarut, karena eter dan mentega sama-sama merupakan senyawa nonpolar, sedangkan ketika dilarutkan ke kloroform juga larut, karena kloroform dan mantega sama-sama merupakan senyawa nonpolar, sementara dalam pelarut alkohol, mantega tidak larut, karena alkohol merupakan senyawa polar, sedangkan mantega adalah senyawa nonpolar dan dalam pelarut Na2CO3 mantega tidak larut, karena Na2CO3 merupakan senyawa polar, sedangkan mantega adalah nonpolar. Dari keempat uji ini didapatkan bahwa kandungan lipid pada mantega merupakan senyawa nonpolar.
2. Minyak Baru
Pada pengamatan yang dilakukan, diketahui sampel minyak baru yang dilarutkan dalam pelarut kloroform terlarut, karena minyak yang masih baru dan kloroform sama-sama merupakan senyawa nonpolar, sementara dalam pelarut alkohol, minyak baru tidak larut, karena alkohol merupakan senyawa polar, dan dalam pelarut polar Na2CO3, minyak baru tidak larut, karena Na2CO3 juga merupakan senyawa polar. Dari ketiga uji ini diketahui bahwa kandungan lipid pada minyak baru merupakan senyawa nonpolar.
3. Margarin
Pada pengamatan yang dilakukan, diketahui sampel margarin yang dilarutkan ke dalam pelarut eter terlarut, hal ini berarti eter dan margarin sama-sama merupakan senyawa nonpolar, begitupun dengan sampel yang dilarutkan dalam pelarut kloroform juga larut, karena kloroform merupakan pelarut nonpolar, sementara dalam pelarut alkohol margarin tidak larut karena alkohol merupakan pelarut polar, dan dalam pelarut Na2CO3 margarin juga tidak larut karena Na2CO3 merupakan pelarut polar. Dari keempat uji ini didapatkan bahwa kandungan lipid pada margarin merupakan senyawa nonpolar.
4. VCO
Pada pengamatan yang dilakukan, diketahui sampel VCO yang dilarutkan ke dalam pelarut eter terlarut karena VCO dan eter sama-sama merupakan senyawa nonpolar, sedangkan sampel yang dilarutkan dalam pelarut kloroform juga larut, karena kloroform sendiri juga merupakan pelarut nonpolar, sementara dalam pelarut alkohol, VCO tidak larut karena alkohol merupakan pelarut polar sedangkan VCO merupakan senyawa nonpolar, dan dalam pelarut Na2CO3, VCO juga tidak larut karena Na2CO3 merupakan pelarut polar. Dari keempat uji ini didapatkan bahwa kandungan lipid pada VCO merupakan senyawa nonpolar.
5. Minyak Bekas
Pada pengamatan yang dilakukan, diketahui sampel minyak bekas yang dilarutkan ke dalam pelarut eter terlarut karena minyak bekas dan eter sama-sama merupakan senyawa nonpolar, sedangkan sampel yang dilarutkan dalam pelarut kloroform juga larut karena kloroform merupakan pelarut nonpolar, sementara dalam pelarut alkohol, minyak bekas tidak larut karena alkohol merupakan pelarut polar sedangkan minyak bekas merupakan senyawa nonpolar, dan dalam pelarut Na2CO3 minyak bekas tidak larut karena Na2CO3 juga merupakan pelarut polar. Dari keempat uji ini didapatkan bahwa kandungan lipid pada minyak bekas merupakan senyawa nonpolar
6. Keju
Pada pengamatan yang dilakukan, diketahui sampel keju yang dilarutkan ke dalam pelarut eter tidak larut, karena keju merupakan senyawa polar sementara eter adalah pelarut nonpolar, kemudian dalam pelarut alkohol, keju larut karena alkohol dan keju sama-sama merupakan senyawa polar, dan dalam pelarut polar Na2CO3 keju terlarut karena Na2CO3 merupakan pelarut polar. Dari ketiga uji ini didapatkan bahwa kandungan lipid pada keju merupakan senyawa polar
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini yakni dari dua uji yang dilakukan yakni uji ketidakjenuhan lipid dan uji kelarutan lipid didapatkan hasil bahwa minyak bekas dan keju termasuk asam lemak jenuh sementara mantega, VCO, minyak zaitun dan margarin termasuk asam lemak tidak jenuh. Diketahui juga bahwa mentega, margarin, VCO, minyak baru, zaitun dan minyak bekas termasuk senyawa nonpolar, sementara keju termasuk senyawa polar.
B. Saran
Adapun saran berdasarkan hasil praktikum ini yaitu dalam melakukan uji perlu dilakukan dengan sabar dan teliti, mengerjakan urutan uji secara benar berdasarkan penuntun yang ada dan mintalah bantuan dari dosen pembimbing atau asisten praktikum untuk menyempurnakan hasil praktikum.
KEPUSTAKAAN
Bayizin A A. “Fungal Lipids: The Biochemistry of Lipid Accumulation” International Journal of Chemical Engineering and Applications. 5 No 5: 2012.
Ngili, Yohanis. Biokimia dasar. Bandung: Rekayasa Sains. 2013.
Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 1994.
Syarfaini. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Makassar: Alauddin University Press. 2012.
Shihab M.Q. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002
0 komentar:
Posting Komentar