LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
Unit 3 (Annelida)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filum
Annelida mencakup berbagai jenis
cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati seperti cacing errantia, cacing tanah (Lumbricus
errestris) dan lintah (Hirudo
medicinalis). Annelida merupakan salah satu
filum invertebrata yang memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan
filum-filum invertebrata lainnya. Tubuhnya berongga (celomata) dan tripoblastik.
Allah
swt. berfirman dalam QS. Hud/11: 6 yang berbunyi:
Terjemahnya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun
di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab
yang nyata (Lauh mahfuzh)” (Kementerian Agama RI,
2009).
Ayat di atas menjelaskan bahwa pengetahuan Allah swt.
menyeluruh sampai pada sesuatu yang terkecil itu menunjukan bahwa kekuasaan dan
nikmat-Nya mencakup semua makluk sebab pengetahun-Nya bergandengan dengan
kekuasaan-Nya. Ayat ini menegaskan bahwa dan
bukan hanya mereka yang kafir dan munafik yang diketahui keberadaannya dan
dianugerahi rezeki-Nya itu, tetapi semua makhluk. Karena tidak ada sesuatu
binatang melatapun di permukaan dan di dalam perut bumi melainkan atas
Allah-lah melalui karunia-Nya menjamin rezekinya yang layak dan sesuai dengan
habitat dan lingkunganya dengan menghamparkan rezeki itu. Mereka hanya dituntut
bergerak mencarinya, dan Dia mengetahui tempat berdiamnya binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata, yakni tertampung
dalam pengetahuan Allah ‘Azza wa jalla yang meliputi segala sesuatu atau
termaktub dalam Lauh al-Mahfuzh (Shihab, 2002).
Ayat diatas menjelaskan tentang betapa sempurnanya apa yang telah
diciptakan Allah di muka bumi. Allah swt. memberikan rezeki dan mengetahui
dimana habitat atau tempat hidup semua makhluk yang telah diciptakannya, dalam
hal ini termasuk organisme-organisme yang tergolong Annelida. Untuk itulah
Allah memerintahkan kita untuk berpikir mengamati ciptaan-ciptaannya yang
sempurna itu, agar kita dapat mensyukuri segala rezeki yang diberikannya,
karena sesungguhnya Allah-lah pemilik seluruh alam semesta dan isinya.
Beberapa spesies cacing yang termasuk ke dalam filum Annelida hidup di dalam air tawar, air laut dan juga di darat serta
ada juga yang hidup sebagai parasit. Tubuhnya berkutikula dan licin. Terdapat
sekitar 12,000 jenis di laut, air tawar dan daratan, terbagi menjadi tiga kelas
(Levine,
1995).
Berdasarkan penyataan
diatas, maka
dilakukanlah praktikum ini untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi
organisme yang tergolong Annelida dan mengklasifikasikannya.
B. Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi organisme yang tergolong Annelida dan mengklasifikasikannya.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Tinjauan
Ayat yang Relevan
Annelida
adalah yang memiliki tubuh bersegmen, bersifat triploblastik, hidupnya di air,
darat dan di laut. Sistem pencernaan, sistem saraf dan ekskresi sudah berkembang
dengan baik, beberapa jenis Annelida
ada yang bersifat parasit bagi makhluk hidup walaupun ada juga yang hidup
bebas. Adapun ayat yang relevan dengan praktikum ini. Allah swt. berfirman
dalam QS. Al Jatsiyah/45: 4 yang berbunyi:
Terjemahnya:
“Dan pada penciptakan kamu dan pada
binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini” (Kementerian Agama RI, 2009).
Ayat di atas Allah berfirman: Dan juga pada penciptaan
kamu, wahai umat manusia, dalam bentuk dan fungsi yang sempurna dan pada apa
yang senantiasa ditebarkan-Nya di muka bumi dari aneka jenis binatang-binatang
melata, terdapat juga tanda-tanda keesan dan kekuasaan-Nya bagi kaum yang meyakini
(Shihab,
2002).
Ayat diatas menjelaskan tentang adanya betapa sempurnanya apa yangtelah
diciptakan Allah di muka bumi, dalam hal ini termasuk Annelida yang telah diciptakan Allah dengan struktur yang sempurna
sesuai ukurannya. Untuk itulah Allah memerintahkan kita untuk berpikir
mengamati ciptaan-ciptaannya yang sempurna itu, agar kita dapat mensyukuri
segala yang diberikannya, karena sesungguhnya Allah-lah pemilik seluruh alam
semesta dan isinya.
B. Tinjauan
Umum tentang Annelida
Annelida berasal dari bahasa latin (kata annulus yang
berarti cincin dan oidos yang berarti bentuk) karena bentuk spesies Annelida seperti sejumlah besar cincin
kecil yang diuntai. Ciri khas Annelida
adalah tubuh terbagi menjadi ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu anterior posterior. Istilah lain untuk ruas tubuh yang sama ialah metamera, somite atau segment.
Bagian tubuh paling luar anterior
disebut prostomium bukan suatu ruas. Demikian pula bagian di
ujung posterior yang disebut pigidium, terdapat anus. Segmentasi pada
Annelida tidak hanya membagi otot
dinding tubuh saja, melainkan juga menyekat rongga tubuh atau coelom dengan sekatan yang disebut septum, jamak septa. Tiap septum terdiri
atas dua lapis peritoneum,
masing-masing berasal dari ruas di muka dan di belakang (Levine, 1995).
Annelida
memiliki tubuh memanjang, simetris bilateral, bersegmen, dan permukaannya
dilapisi kutikula, dinding tubuh dilengkapi otot. Mempunyai sistem peredaran darah
yang tertutup dan sistem saraf yang tersusun seperti tangga tali. Pembuluh
darah yang utama membujur sepanjang bagian dorsal, sedangkan sistem saraf
terdapat pada bagian ventral. Annelida
memiliki sistem digesti saraf yang terdiri atas sepasang ganglion atau otak
pada prostomium, saraf penghubung
melingkari pharynx, sebuah atau
sepasang benang saraf ventral sepanjang tubuh yang dilengkapi sebuah ganglion
dan sepasang saraf lateral pada tiap ruas. Di samping itu terdapat alat indera
atau sel indera yang berfungsi sebagai alat peraba, perasa dan penerima cahaya (Almeida,
2003).
Sistem respirasi
terdapat pada epidermis. Annelida
memiliki prostomium dan sistem sirkulasi, saluran pencernaan lengkap lebih
kurang lurus, memanjang dari mulut di anterior, usus dan anus di posterior. Ekskresi dan reproduksi yang bersifat metamerik.
Organ ekskresi berupa nefridia (organ
ekskresi yang merupakan saluran), nefrostom
(corong bersilia dalam tubuh), dan nefrotor
(pori tubuh tempat kotoran keluar). Setiap segmen memiliki organ ekskresinya masing-masing
(Levine, 1995).
Perkembangbiakan secara
seksual Annelida, mempunyai 2 alat
kelamin yaitu jantan dan betina (hermafrodit), tetapi reproduksi secara
aseksual tetap membutuhkan dua individu yang akan mengatur dirinya sedimikian
rupa sehingga dapat menukarkan sperma. Lalu, dari hasil sperma tersebut, akan
dilepas dari kepala, tinggal dan berkembang dalam tanah. Sebagian Annelida bereproduksi secara aseksual
dengan fragmentasi diikuti dengan regenerasi (Suwignyo, 2005).
Sebagian besar Annelida hidup dengan bebas dan ada
sebagian yang parasit (merugikan karena menempel pada inangnya) dengan menempel
pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat Annelida
umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian
hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida
hidup di berbagai tempat dengan membuat liang sendiri (George,
2006).
Filum
Annelida dibagi menjadi 3 kelas,
yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea, pembagian ke dalam kelas terutama didasarkan
pada segmentasi tubuh, seta, parapodium,
sistem sirkulasi, ada tidaknya batil isap, dan sistem reproduksi. Oligochaeta adalah Annelida yang berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki beberapa setae pada tubuhnya yang bersegmen,
contoh dari kelas ini adalah cacing tanah (Lumbricus
terrestris). Polychaeta adalah kelas Annelida
seluruh permukaan tubuhnya mengandung rambut-rambut kaku atau setae yang dilapisi
kutikula sehingga licin dan kaku, contoh dari kelas ini adalah cacing palolo (Palola viridis). Hirudinea adalah Annelida
yang tidak mempunyai rambut, parapodia,
dan setae, contoh dari kelas ini
adalah lintah (Hirudo medicinalis) (Suwignyo, 2005).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Lokasi Praktikum
Adapun
waktu dan lokasi praktikum dilaksanakan yaitu pada hari Jumat 4 November 2016 pukul 08.00-09.40
WITA
di Laboratorium Zoologi
Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, Samata-Gowa.
B. Instrumen
Praktikum
1. Alat
Adapun
alat yang digunakan yaitu,
pinset, papan seksi, alat bedah, masker, handscon, lup,
kamera dan alat tulis
menulis.
2. Bahan
Adapun
bahan yang digunakan yaitu kertas, cacing tanah (Lumbricus terresteris)
dan lintah (Hirudo medicinalis).
C.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum
ini yaitu, untuk pengamatan morfologi, diambil
bahan pengamatan dengan menggunakan pinset. Diletakkan diatas papan seksi yang
telah disediakan. Diamati struktur morfologinya lalu
catat bagian-bagiannya
dan diambil gambar dari masing-masing spesies yang diamati. Untuk pengamatan anatomi,
diambil bahan pengamatan dengan menggunakan pinset, diletakkan di atas papan
seksi yang telah disediakan, bedah perlahan-lahan bahan, kemudian diamati
struktur anatominya lalu dicatat bagian-bagiannya dan ambil gambar dari
masing-masing spesies.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Adapun
hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Cacing Tanah (Lumbricus terresteris)
a.
Morfologi
|
Gambar 4.1.a Morfologi
Cacing tanah (Suwignyo, 2005)
b.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
4.1.b Anatomi Cacing Tanah (Suwignyo, 2005)
2.
Lintah (Hirudo medicinalis)
a.
Morfologi
|
Gambar 4.2.a Morfologi
Lintah (Suwignyo, 2005)
b.
|
|
||||||||||
Gambar
4.2.b Anatomi Lintah (Suwignyo, 2005)
B. Pembahasan
Adapun
pembahasan dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
1.
Pengamatan Cacing Tanah (Lumbricus
terresteris)
Morfologi dari cacing tanah (Lumbricus terresteris)
yaitu memiliki bentuk tubuh panjang silindris, dengan kiraan 2/3 bagian posteriornya. Tubuh bersegmen-segmen
dengan Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 yang
dapat menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak di dalam tanah,
permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta
dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat. Mulut (oral) terdapat di ujung anterior, mulut (oral) cacing tanah (Lumbricus terresteris) terletak di dalam
rongga oris, berfungsi sebagai organ pencernaan yang pertama kali mencerna
makanan, memiliki klitelum (Clitelum)
yang berfungsi sebagai kantung untuk meletakkan telur dan
mempunyai anus di bagian posterior yang berfungsi sebagai alat
pelepasan sisa makanan.
Anatomi dari cacing tanah (Lumbricus
terresteris) terdiri atas
otak ganglion (cerebral ganglia) yang
berfungsi menginervasi
daerah mulut dan berpangkal pada ujung anterior tiap kelompok sel-sel tersebut.
Pangkal tenggorokan (pharynx) terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, bersifat muscular
dan berguna untuk mengisap partikel-partikel makanan. Kerongkongan (esophagus)
terletak di ujung pharynx memanjang dari segmen ke 6
sampai segmen ke 14. Proventriculus
merupakan bagian ujung esophagus yang membesar, dan dibagian ini makanan di
simpan, dinding proventriculus
sendiri tipis. Ventriculus terletak di dalam segmen ke 17-18 bersifat muscular dan berguna
untuk mencerna makanan cacing
tanah (Lumbricus terresteris) bersifat hermaprodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovum, dan terletak di
dalam segmen ke-13. Kedua oviduknya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan
infudibulumnya bersilia. Oviduk tadi melalui septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam
segmen ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam suatu
rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis. Ductus spermaticus mulai dari testis bagian ujung, dan melanjutkan diri ke
posterior sampai segmen ke-15, dan
pada segmen ini juga ductus itu
bermuara keluar. Spermatozoa yang
telah meninggalkan testis, akan masuk ke dalam vesicular seminalis dan
selanjutnya tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah (Lumbricus
terresteris) bersifat
hermaprodit, tetapi tidak terjadi autofertilisasi. Di antara segmen-segmen 9
dan 10; 10 dan 11, terdapat receptaculum
seminalis, yang merupakan tempat penampung
spermatozoa dari cacing lain.
Sistem
pencernaan makanan pada cacing tanah (Lumbricus terresteris) sudah
sempurna. Cacing tanah (Lumbricus terresteris) memiliki alat-alat
pencernaan mulai dari mulut (oral),
kerongkongan (esophagus), lambung (gaster), usus (duodenum), dan anus.
Proses pencernaan dibantu oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh getah
pencernaan secara ekstrasel. Makanannya berupa daun-daunan serta sampah organik
yang sudah lapuk. Cacing tanah (Lumbricus terresteris) dapat mencerna
senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh
tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
Reproduksi
cacing tanah (Lumbricus terresteris) termasuk hermaprodit, yaitu memiliki
alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk
pembuahan tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing
tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon
berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini
diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas.
Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor. Testis terdapat pada rongga yang
dibentuk oleh dinding-dinding vesicular
seminalis. Duktus spermaticus keluar
dari sisi caudal testis dan keluar pada segmen ke- 15. Walaupun cacing tanah (Lumbricus
terresteris) bersifat hermafrodit, namun tidak dapat melakukan perkawinan
sendiri karena tidak adanya saluran yang menghubungkan organ reproduksi jantan
dan betina. Cacing tanah (Lumbricus terresteris) mulai dewasa setelah
berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh
bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan
1 kokon.
Sistem
ekskresi dan sistem saraf cacing tanah (Lumbricus teresteris) terdapat
di sepanjang tubuh, tepatnya di sebelah dorsal pharynx (miring vertikal dan melingkari faring) di dalam segmen
yang ke-3 dan terdiri ganglion cereberal,
yang tersusun atas sebuah ganglion dan sepasang saraf lateral pada tiap ruas. Sistem
eskresi pada cacing tanah (Lumbricus terresteris) berupa nefridium. Pada tiap segmen terdapat
sepasang nefridia, kecuali tiga
segmen pertama dan terakhir. Tiap nefridium
terdiri atas nefrostoma dan nefridiosphore.
Nefridium dilengkapi corong bersilia dan terbuka yang terletak
pada sekat pemisah antar segmen tubuh. Alat ini
disebut nefrostom. Nefrostom berfungsi
sebagai penarik cairan tubuh dari satu segmen kesegmen lainnya. Sementara, sisa
metabolisme akan dikeluarkan melalui sebuah
lubang yang disebut nefridiopori. Saat silia pada nefrostom bergetar, cairan tubuh dari
segmen di sebelahnya akan mengalir ke dalam
nefridium. Pada nefridum ini, zat
berguna seperti glukosa dan ion-ion diserap oleh
darah untuk dialirkan melalui pembuluh
kapiler. Sedangkan zat sisa seperti air, senyawa nitrogen, dan garam yang tidak
berguna oleh tubuh dikeluarkan melalui nefridiopori.
Sistem sirkulasi cacing tanah (Lumbricus
terresteris), dengan darah
yang terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau
korpuskula. Pada setiap segmen tubuh terdapat sepasang, sistem saraf cacing
tanah (Lumbricus terresteris) terletak di sebelah dorsal faringnya
di dalam segmen yang ke-3 dan terdiri ganglion cerebral, yang tersusun atas 2
kelompok sel-sel saraf dengan commisura,
berkas saraf ventralis dengan
cabang-cabangnya. Cacing tanah (Lumbricus
terresteris) tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit tubuhnya
terdapat sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar.
Habitat
cacing tanah (Lumbricus terresteris) yaitu hidup di dalam tanah yang
lembab, subur dan suhunya tidak rendah. Cacing-cacing ini keluar ke permukaan
hanya pada saat tertentu. Selain itu, cacing ini tidak dapat bertahan hidup
ketika terkena cahaya.
Dalam
bidang pertanian, cacing tanah (Lumbricus terresteris) menghancurkan
bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan
menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan
cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.
Cacing
tanah (Lumbricus terresteris) termasuk filum Annelida karena temasuk kelompok hewan yang memiliki tubuh seperti
sejumlah besar cincin kecil yang diuntai dan memiliki ruas-ruas (segment). Termasuk kelas Oligochaeta karena segemen pada tubuhnya
hanya memiliki sedikit setae.
Termasuk dalam ordo Haplotaxida
karena gonopore jantannya paling sedikit satu ruas di belakang ruas yang
megandung testis. Termasuk dalan famili Lumbricidae
karena umumnya terdapat pada tempat lembap dan di daerah tropis. Termasuk dalam
genus Lumbricus karena termasuk dalam
suku cacing-cacingan. Adapun susunan
klasifikasi dari cacing tanah (Lumbricus terresteris) yaitu sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Classis : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Familia : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Species : Lumbricus terresteris (Jasin,
1992).
2.
Lintah (Hirudo Medicinalis)
Morfologi
dari lintah (Hirudo Medicinalis) yaitu secara umum, berbadan leper,
bersegmen, mempunyai 34 gelang dan penghisap anterior (oral sucker) serta penghisap posterior (caudal sucker) pada ujungnya yang berfungsi mengeluarkan campuran
lendir dan lekapan dari otot-otot di keenam segmen tersebut agar terus
terhubung dan merembeskan enzim pencegah pembekuan darah dalam sistem darah
makhluk hidup yang dihisap. Ukuran lintah (Hirudo Medicinalis)
biasa adalah 50 mm dan bahkan mencapai 30 cm.
Anatomi lintah (Hirudo Medicinalis)
tersusun atas kerongkongan (faring) yang
dilengkapi tiga rahang yang berbentuk seperti setengah gergaji yang dihiasi
sampai 100 gigi kecil yang berfungsi untuk merusak kulit dan menghisap darah. Pada air liur lintah
terdapat sekurang-kurangnya 15 jenis zat aktif. Di antaranya ialah sejenis zat
yang sama seperti yang terkandung di dalam putih telur, hirudin yang bermanfaat
untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin. Memiliki otot radial (radial muscles) yang
berfungsi sebagai alat gerak dan penghisap. Pembuluh darah dorsal (sinus dorsal) yang berfungsi sebagai
tempat aliran darah, poros usus (rectum)
sebagai saluran sisa metabolisme, usus (duedenum)
yang berfungsi sebagai organ pencernaan, dan tembolok (crop) sebagai tempat penampung darah.
Sistem
pencernaan terdiri dari mulut (oral),
kerongkongan (faring), tembolok (proventriculus), lambung (ventrikulus), poros usus (rectum), anus. Sistem pencernaan
lintah (Hirudo Medicinalis) dimulai dari mulut (oral), terus ke kerongkongan (faring) yang berotot (segmen 4-8) dan
dikelilingi dengan kelenjar ludah. Kelenjar ini menghasilkan sekret yang
mengandung bahan anti-koagulasi (mencegah mengentalnya darah). Dari kerongkongan
(faring) terus ke tembolok (proventriculus) yang dilengkapi dengan
11 pasang kantung lateral memanjang sampai segmen ke-18. Kantung-kantung yang
memanjang itu kemudian bersatu lagi menjadi lambung (ventriculus) yang di sebelah dalamnya terdapat lipatan-lipatan
spiral internal yang berguna untuk mencerna darah yang mengalir dari tembolok (proventriculus) secara berangsur-angsur.
Dari lambung (ventriculus) saluran
digesti melanjut ke usus, poros usus (rectum),
dan berakhir sebagai anus disebelah posterior.
Sistem
reproduksi pada lintah (Hirudo Medicinalis)
adalah sama dengan cacing tanah (Lumbricus terrestris), kecuali bahwa
sperma disimpan dalam spermatophores,
yang merupakan kantung luar tubuh. Seperti diketahui, lintah
(Hirudo Medicinalis) kekurangan setae,
mereka bergerak dengan bantuan anterior
dan posterior pengisap dan otot
memanjang sepanjang tubuh mereka. Lintah (Hirudo Medicinalis) berkembang pada organisme hidup dan hanya sedikit
anggota jenis lintah (Hirudo Medicinalis) menghisap darah, sisanya memangsa invertebrata
kecil.
Sistem
ekskresi pada lintah (Hirudo Medicinalis) dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.
Nefridia (tunggal-nefridium)
merupakan organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh
tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Nefridia dalam segmen yang mengumpulkan
sisa-sisa cairan dan keluar melalui nephridiofor.
Sistem
saraf pada lintah (Hirudo Medicinalis)
sama seperti pada cacing tanah (Lumbricus
terrestris), tetapi pada lintah (Hirudo Medicinalis) ganglion-ganglion ventralnya lebih jelas,
sedangkan ganglion serebral lebih kecil. Linta bermata 10 buah (5 pasang) dan
terdapat pada 5 segmen pertama. Pada segmen-segmen selanjutnya terdapat
organ-organ sensoris.
Sistem respirasi dan
sirkulasi berlangsung melalui permukaan kulit. Darah yang mengandung hemoglobin
mengalir dalam pembuluh-pembuluh longitudinal yang berotot di sebelah lateral
tubuh. Di sebelah dorsal dari ventral tubuh juga ada sinus-sinus berdinding
tipis yang secara tidak langsung menghubungkan pembuluh-pembuluh longitudinal
berotot itu dengan ronga-rongga dalam selom.
Habitat
lintah
(Hirudo Medicinalis)
yaitu umumnya ditemukan di air
tawar, tetapi sebagian kecil ditemukan di laut dan darat. Apabila di darat
biasanya dalam kondisi tempat yang hangat dan lembab.
Peranan
lintah
(Hirudo Medicinalis)
yaitu dimanfaatkan untuk
pengeluaran darah (plebotomi) secara
medis. oleh karena itu sangat baik kegunaannya dan manfaatnya untuk penyembuhan
penyakit bagi penderita sakit strok, penyumbatan syaraf. Lintah
(Hirudo Medicinalis) yang hidup di sawah membunuh hama Ryieon karena menyerap darahnya.
Protein lintah (Hirudo Medicinalis)
ini juga boleh dijadikan minyak dan alternatif lain dalam penggunaan obat
gosok. Lintah (Hirudo Medicinalis) itu sendiri dijadikan obat
(berbekam, dijadikan alternatif kedua untuk membersihkan darah kotor, nanah dan
mencantikkan kulit yang keriput). Lintah (Hirudo Medicinalis)
juga menjadikan luka cepat sembuh.
Lintah (Hirudo Medicinalis)
termasuk filum Annelida karena
temasuk kelompok hewan yang memiliki tubuh seperti sejumlah besar cincin kecil
yang diuntai dan memiliki ruas-ruas (segment). Termasuk kelas Hirudinae
karena tidak memiliki setae, rambut
dan parapodia. Termasuk ordo Gnathobdella karena mempunyai 3 buah rahang dan faring yang tidak dapat dijulurkan. Termasuk dalam famili Hirudinae karena mempunyai 5 pasang mata. Termasuk dalam genus Hirudo karena mempunyai satu sampai
beberapa lambung (ventrikulus)
yang besar. Adapun klasifikasi dari
Hirudo medicinalis adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Classis :
Hirudinea
Ordo : Gnathobdella
Familia :
Hirudinidae
Genus : Hirudo
Species : Hirudo
medicinalis (Jasin, 1992).
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
diperoleh dari praktikum struktur tubuh
cacing tanah (Lumbricus terrestris)
terdiri atas mulut (oral),
klitelum (klitellum), segmen (segment), anus, otak ganglion (Cerebral
ganglia), tenggorokan (Pharynx),
kerongkongan (Esophagus), tembolok
penyimpanan (Proventriculus), lambung
pencernaan (Ventriculus), organ
reproduksi betina (Ovarium), pembuluh
darah (Vaskuler), organ reproduksi
jantan (Testis), saraf ganglion (Nerve ganglion), usus (Duodenum).
Klasifikasi dari cacing tanah (Lumbricus
terrestris) yaitu merupakan filum dari Annelida,
kelas dari Oligochaeta,
ordo dari Haplotaxida,
famili Lumbricidae,
dan genus dari Lumbricus.
Sementara struktur tubuh lintah (Hirudo
medicinalis) terdiri atas penghisap anterior (Oral sucker), ruas-ruas (Segment),
penghisap posterior (Caudal sucker),
kerongkongan (faring), otot radial (Radial muscles), pembuluh darah dorsal (Sinus dorsal), poros usus (Rectum),
penghisap posterior (Caudal sucker),
usus (Duodenum), tembolok (Proventriculus). Kalsifikasi dari lintah
(Hirudo medicinalis) yaitu merupakan filum dari
Annelida, kelas dari Hirudinea,
ordo dari Gnathobdella, famili
dari Hirudinidae
dan genus dari Hirudo.
B. Saran
Adapun saran dalam
kegiatan praktikum sebaiknya para praktikan bekerja sama dalam melakukan
langkah-langkah yang diintruksikan asisten, berkomunikasi dengan teman kelompok
dan asisten agar mendapatkan hasil yang maksimal.
KEPUSTAKAAN
Almeida W O, dkk. “Polychaeta,
Annelida, and Articulata are not monophyletic: articulating the Metameria
(Metazoa, Coelomata)” International
Journal on Soft Computing. 20 No 1 (2003): 23-57.
George H F. Biologi Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga, 2006.
Jasin M. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya,
1992
Levine N D. Protozoologi
Vertebrata. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995.
Shihab M Q. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati,
2002.
Suwignyo S, dkk. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta:
Penebar Swadaya, 2005.
0 komentar:
Posting Komentar