LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
Unit 10 (Osteichthyes)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diantara semua kelas vertebrata,
ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes) adalah yang paling banyak jumlahnya,
baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies (sekitar 30.000)
berukuran antara 1 cm dan lebih dari 6 cm, ikan bertulang keras sangat melimpah
di laut dan di hampir setiap habitat air tawar. Allah swt. berfirman dalam surah Al-Maidah/5: 96 yang berbunyi
Terjemahnya:
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari
laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan;
dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam
ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan (Kementerian Agama RI,
2009).
Menurut tafsir Al-Misbah melalui ayat diatas
Allah swt. menjelaskan bahwa dihalalkan bagi kamu berburu binatang buruan laut
juga sungai dan danau atau tambak, dan makanannya yang berasal dari laut
seperti ikan, udang, atau apa pun yang hidup di sana dan tidak dapat hidup di
darat walau telah mati dan mengapung, adalah makanan lezat bagi kamu, baik bagi
yang bertempat tinggal tetap di satu tempat tertentu, dan juga bagi orang-orang
yang dalam perjalanan (Shihab,
2002).
Ayat di atas jelas menyatakan bahwa Allah swt. mengahalalkan memakan
makanan yang berasal dari laut, seperti ikan, udang atau apapun yang hidup di
sana yang tidak dapat hidup di darat. Beberapa jenis hewan yang dagingnya dapat
dikonsumsi termasuk dalam Osteichthyes yang merupakan spesies terbanyak pada
filum vertebrata.
Osteichthyes atau
disebut juga ikan bertulang sejati adalah kelas dari anggota
hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari pisces yang
berhabitat di laut. Semua jenis ikan
yang termasuk dalam kelas Osteichthyes memiliki sebagian tulang keras, mulut
dan lubang hidungnya ventral (Levine, 1995).
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa Allah menghalalkan untuk
memakan daging dari spesies yang hidup di laut dalam hal ini termasuk jenis
kelas Osteichthyes yang dagingnya mengandung protein tinggi dan banyak zat gizi, maka dari itu dilakukanlah praktikum
ini untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi organisme yang tergolong Osteichthyes.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati
struktur morfologi dan anatomi dari spesies-spesies yang mewakili Osteichthyes
serta mendeskripsikan dan menyusun klasifikasikannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Ayat yang Relevan
Pada umumnya yang
disebut ikan adalah ikan-ikan yang masuk kelas Osctheichthys. Tubuhnya berskeleton
tulang keras, terbungkus oleh kulit yang bersisik, berbentuk seperti torpedo,
berenang dengan sirip, bernapas dengan insang. Bermacam-macam spesies hidup
didalam air tawar atau bergaram (air laut). Allah swt. berfirman dalam QS.
Fathir/35: 12 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Dan tiada sama (antara) dua laut, yang
Ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. dan dari
masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat
mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya
kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya
dan supaya kamu bersyukur (Kementerian Agama RI, 2009).
Menurut tafsir Al-Misbah ayat di atas menunjukkan
salah satu bukti kekuasaan Allah swt. Dan diantara bukti kekuasaan Allah adalah
dua laut yakni sungai dan laut. Tiada sama (antara) dua laut itu yakni sungai
dan laut. Kendati keduanya berdampingan dan dari masing-masing laut dan sungai
itu kamu dapat memakan daging yang segar dari binatang yang hidup di sana walau
di air asin itu dan, di samping makanan tersebut, kamu juga dapat secara
bersungguh-sungguh mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya seperti
mutiara dan marjan, dan pada masing-masing laut dan sungai itu kamu dapat
senantiasa melihat kapal berlayar membelah lautan dengan cepat supaya kamu
dengan kemudahan-mudahan yang dianugerahi Allah itu dapat mencari karunia-Nya
dan supaya kamu bersyukur (Shihab,
2002).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah swt. memperlihatkan kekuasaannya
yang mencakup segala aspek baik di darat maupun di laut dan dalam penciptaan
segala jenis makhluk hidup yang ada di lautan, yang beberapa diantaranya dapat
dimanfaatkan manusia sebagai daging untuk dikonsumsi dan sebagai perhiasan
untuk dipakai, semua itu agar kita dapat mencari keuntungan dari karunia-Nya
dan supaya kita bersyukur. Beberapa
jenis hewan yang dagingnya dapat dikonsumsi termasuk dalam Osteichthyes yang
merupakan spesies terbanyak pada filum vertebrata. Sungguh luar biasa segala
apa yang telah diciptakan Allah swt. sehingga sudah sepatutnya kita mensyukuri
nikmat itu.
Berdasarkan ayat dan tafsir di atas dapat
diketahui bahwa Allah telah menciptakan beraneka macam hewan laut, yang
diantaranya adalah ikan dari kelas Osteichthyes, yang dihalalkan untuk dimakan dagingnya dan
mengandung protein hewani yang baik untuk metabolisme tubuh.
B. Tinjauan Umum tentang Osteichthyes
Osteichthyes atau
disebut juga ikan bertulang sejati adalah kelas dari anggota
hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari pisces. Osteichthyes berasal dari bahasa Yunani,
yaitu osteon yang berarti tulang dan ichthyes yang berarti ikan. Habitatnya
di laut, rawa-rawa, atau air tawar. Semua jenis ikan yang termasuk dalam kelas
Osteichthyes memiliki sebagian tulang keras, mulut dan lubang hidungnya
ventral, celah-celah pharyngeal
tertutup (tidak terlihat dari luar) dan jantungnya hanya memiliki satu
ventrikel. Jantung beruang dua, dengan darah berwarna merah pucat, mengandung
eritrosit yang berinti dan leukosit. Ikan ini juga mempunyai sistem limfa dan
sistem portas renalis. Mempunyai hati yang berkantong empedu, lambung
dipisahkan dari usus oleh sebuah katup, mempunyai kloaka, tetapi tidak jelas
adanya pankreas. Mempunyai indra mata dan telinga dalam dengan tiga saluran
semi sirkuler dan memiliki otolit untuk keseimbangan. Bernapas dengan insang
yang memiliki katup insang (operculum).
Sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah, kulit licin
karena sekresi mukus oleh kelenjar pada kulit, adanya gelembung renang yaitu
kantong udara yang dapat digunakan untuk mengubah daya apung dan sebagai alat
bantu dalam bernapas. Sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh,
usus panjang dan ramping menggulung, fertilisasi terjadi di luar,
mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar (Levine, 1995).
Adapun ciri-ciri umum
Osteichthyes ialah memiliki mulut yang terdapat di bagian depan tubuh, celah
insang satu di masing-masing sisi kepala, sirip ekor memiliki panjang yang sama
pada bagian atas dan bawah, kulit licin karena sekresi mucus oleh
kelenjar pada kulit, adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak begerak, sistem
gurat sisik terdapat pada sisi tubuh, usus panjang dan ramping menggulung, fertilisasi
terjadi di luar, mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar (Suwignyo,
2005).
Ciri-ciri khusus Osteichthyes diantaranya kulit
banyak mengandung kelenjar mukosa, biasanya diliputi oleh sisik (ganoid,cycloid atau ctenoid) beberapa spesies tidak bersisik, bersirip pada mediana,
baik dorsal maupun ventral dan pada sebelah tubuh dengan beberapa pengecualian.
Sirip (pinna) biasanya disokong oleh
jari dari tulang rawan atau tulang keras,tidak berkaki. Mulut terletak diujung
dan bergigi baik. rahang tumbuh dengan baik dan bersendi pada tempurung tulang
kepala, mempunyai dua sacci olfactorius
yang umumnya berhubungan dengan rongga mulut, bermata besar dan tidak
berkelopak mata. Skeleton terutama tulang keras, kecuali beberapa jenis
sebagian bertulang rawan, bentuk vertebrata bermacam-macam, sirip anus/belakang
(pinna caudalis) biasanya bersifat homocerca, sisa-sisa notochord (perkembangan skleton
masing-masing). Jantung (cor) terdiri
dari dua ruangan (atrium dan ventrikel) dengan sinus venosus dan conus arteriosus
yang berisi darah vena, terdapat empat pasang archus aorticus, sel
darah merah berbentuk oval dan berinti. Pernapasan (respirasi) dilakukan dengan
beberapa pasang insang yang terletak
pada archus branchius yang berada dalam ruangan
celah insang pada kedua tepi samping dari pharing, tertutup oleh operculum, biasannya memiliki vesica pneumatica (gelembung udara) dan memiliki dustus pneumaticus.
Terdapat sepuluh pasang nervi cranialis (saraf
pusat). Suhu tubuh bergantung dengan
lingkungan sekitar. Memiliki sepasang gonad, umumnya ovipar (beberapa ada yang
ovovivipar dan vivipar), fertilisasi atau pembuahan terjadi didalam tubuh,
telur kecil berukuran sampai 12 mm,
kandungan kuning telur (yolk)
bermacam-macam, segmentasi biasanya
secara meroblastis, tidak mempunyai membran embrio, hewan mudanya (post larva)
kadang-kadang tidak mirip dengan yang dewasa. Sistem pencernaan merupakan
serangkaian jalur yang melalui berbagai organ
yang dimulai dari mulut, faring, esofagus, lambung, usus (intestine) anus, dan sistem urogenital (Hala,
2007).
Sistem urogenital
dibagi menjadi dua yaitu organ genitalia dan organ uropoetica. Organ genitalia terdiri dari gonad (kelenjar kelamin)
yang dibedakan menjadi jantan (testis),
betina (ovarium) dan saluran keluar dari gonad yang sangat pendek (Odo, 2012).
Osteichthyes atau ikan
bertulang sejati terbagi menjadi tiga kelompok berbeda yaitu palenoniskoida,
ikan paru-paru dan krospterigia. Palenoniskoida dibedakan dengan adanya sirip
berjari (sirip yang tidak memiliki otot maupun tulang) dengan tidak adanya
ventilasi paru-paru sehingga yang dilakukan melalui mulut (Kimbal, 1989).
Beberapa anggotanya
dapat berpindah dari perairan asin ke perairan tawar, misalnya ikan salmon dan
belut laut. Pada saat berada di air tawar, ginjal mengeluarkan urin yang sangat
encer dan insangnya menyerap garam dari air dengan cara transfer aktif. Ikan yang
sering dijumpai di air tawar seperti ikan nila dan ikan gabus (Hala, 2007).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Lokasi Praktikum
Adapun waktu dan lokasi praktikum dilaksanakan
yaitu pada hari Jumat, 9 Desember 2016 pukul 08.00-09.40 WITA di Laboratorium Zoologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata-Gowa.
B. Instrumen Praktikum
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu alat bedah, papan seksi, kamera dan alat tulis menulis.
2. Bahan
Adapun
bahan yang digunakan yaitu ikan nila (Oreochormis niloticus) dan ikan bandeng (Channos
channos).
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja
yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu, untuk
pengamatan morfologi, diambil bahan pengamatan. Kemudian diletakkan diatas
papan seksi yang telah disediakan. Diamati struktur morfologinya lalu catat bagian-bagiannya dan diambil gambar dari masing-masing spesies
yang diamati. Untuk pengamatan anatomi, diambil bahan pengamatan, diletakkan di
atas papan seksi yang telah disediakan, bedah perlahan-lahan bahan, kemudian
diamati struktur anatominya lalu dicatat bagian-bagiannya dan ambil gambar dari
masing-masing spesies.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Ikan Nila
(Oreochormis niloticus)
a.
|
b.
Anatomi
c.
|
d.
|
e.
|
f.
Sistem
Reproduksi
1)
|
2)
|
g.
|
2.
Ikan Bandeng
(Channos channos)
a.
|
|
b.
|
|
c.
|
d.
|
e.
|
f.
Sistem
Reproduksi
3)
|
4)
|
g.
|
B. Pembahasan
Adapun pembahasan dari
hasil pengataman adalah sebagai berikut:
1.
Ikan Nila (Oreochormis niloticus)
Secara morfologi ikan nila (Oreochormis niloticus) memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal dengan profil empat
persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut terletak di ujung hidung
(terminal). Pada bagian mulut terdapat dua pasang sungut. Memiliki sirip ekor (Pinna caudalis), sirip punggung (Pinna dorsalis), sirip perut (Pinna pelvicus), sirip dada (Pinna
pectoralis) dan sirip dubur (Pinna analis) dengan struktur
garis-garis vertikal berwarna hitam yang merupakan ciri khas dari ikan nila (Oreochormis niloticus). Sirip ini berfungsi untuk membantu dalam stabilitas dan keseimbangan ikan
saat berenang. Pada bagian sirip ekor terdapat warna kemerahan dan bisa
digunakan sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak
kehitaman. Sisik ikan nila (Oreochormis niloticus) adalah tipe ctenoid
atau sisik sisir. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah. Ikan nila (Oreochormis niloticus) juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pun bagian
analnya.
Anatomi ikan nila (Oreochormis niloticus) yaitu terdiri dari organ-organ internal berupa
jantung, alat-alat pencernaan, gonad, kandung kemih, dan ginjal. Alat
pencernanya terdiri atas kerongkongan (Esophagus),
lambung (Ventriculus), usus (Intestinum), pankreas, hati dan anus.
Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh jaringan pengikat yang halus dan
lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum merupakan selaput (membran)
yang tipis berwarna hitam yang biasanya dibuang jika ikan sedang disiangi.
Memiliki Jantung sebagai sentral yang mengontrol sistem sirkulasi, gelembung
renang yang berfungsi untuk mengubah daya apung dan sebagai
alat bantu dalam bernapa serta ginjal
yang merupakan organ ekskresi dari ikan nila (Oreochormis niloticus).
Sistem pencernaan pada ikan nila
(Oreochormis niloticus) terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar
pencernaan (Glandula digestoria).
Alat pencernaan pada ikan ini terdiri atas mulut (oris) berupa bibir yang berkaitan erat dengan cara mendapatkan makanan. Di
sekitar bibir pada ikan nila (Oreochormis niloticus) tertentu terdapat sungut, yang
berperan sebagai alat peraba. Mulut terletak di ujung hidung dan juga terletak
di atas hidung. Di bagian belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut.
Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Lapisan permukaan
faring hampir sama dengan rongga mulut, masih
ditemukan organ pengecap sebagai tempat proses penyaringan
makanan,
selanjutnya makanan akan masuk ke kerongkongan (esophagus) yang merupakan
permulaan
dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk
membantu penelanan makanan (proses osmoregulasi), kemudian ke
lambung (ventriculus) untuk dicerna secara kimiawi dengan
enzim yang dihasilkan dari kelenjar pencernaan, pilorus merupakan segmen yang
terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena
ukurannya yang mengecil atau menyempit selanjutnya masuk ke usus yang merupakan segmen yang terpanjang dari saluran
pencernaan yang disini kemudian
terjadi penyerapan sari-sari makanan. Sisa-sisa makanan hasil metabolisme
kemudian akan dibuang melalui anus (anal).
Sistem respirasi ikan nila (Oreochormis niloticus) berupa insang, yang terdiri atas lengkung
insang, lembaran insang, dan septa. Proses respirasi berlangsung dengan adanya pertukaran
gas CO2 dan O2 yang terjadi secara difusi ketika air dari
habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2
yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemoglobin darah, sedangkan
CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan.
Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke
seluruh organ tubuh dan seterusnya.
Sistem
sirkulasi ikan nila (Oreochormis
niloticus) berupa jantung (Cor) arteri, kapiler-kapiler, pembuluh darah
vena dan darah.
Jantung terdiri atas dua bagian yakni serambi jantung sebagai penerima darah
yang mengandung CO2 dari
seluruh tubuh dan bilik jantung yang menampung darah yang kaya akan O2
untuk diedarkan keseluruh tubuh. Sistem ini bekerja dengan mengangkut dan
mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga
mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta
mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan
sebagainya, ke luar tubuh.
Alat reproduksi pada ikan nila betina berupa ovarium
sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan
semuanya terletak pada rongga perut di sebelah kandung kemih dam kanal
alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan
ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad. Ikan nila umumnya
mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut di
sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh
ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal)
yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada, kemudian mengerami telur di
dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan
yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur
yang masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal
kehidupannya.
Sistem ekskresi dari ikan nila (Oreochormis niloticus) yang pada umumnya hidup di air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya
sehingga air banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini
sedikit minum air. Sehingga urin yang dihasilkan banyak dan encer. Untuk
mendapatkan air dan garam dari makanan, air masuk secara osmosis lewat
permukaan tubuhnya. Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada
di lingkungan supaya mencegah masuknya air dan kehilangan garam agar tidak
minum, kulit diliputi mucus, osmosis melalui insang, produksi urin encer, pompa
garam melalui sel-sel khusus pada insang. Sistem saaraf dan hormon merupakan
sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan
perubahan status kehidupan. Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem
saraf. Saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon
yang dibutuhkan yang kemudian merangsang organ target dan aktivitas
metabolisme jaringan-jaringan untuk bergerak.
Habitat ikan nila (Oreochormis niloticus) yakni dapat hidup di kondisi perairan yang bervariasi
mulai dari air tawar, air payau, bahkan mampu bertahan hidup di air asin,
dengan nilai pH air berkisar 5-8.
Peranan ikan nila (Oreochormis niloticus) dalam ekosistem yakni mengurangi timbulnya epidemi
penyakit malaria, sehingga genangan-genangan air yang ditanami ikan ini akan
lebih terpelihara dengan baik.
Ikan nila (Oreochormis niloticus)
termasuk dalam filum Chordata kaena memiliki ruas-ruas tulang belakang.
Termasuk dalam kelas Osteichthyes karena termasuk ikan bertulang sejati.
Termasuk dalam ordo Percimorfes karena warna sisik pada tubuh ikan ini cerah
dan mengkilap keperakan. Termasuk dalam famili Cichilidae karena sirip ekornya
memiliki panjang yang sama bagian atas dan bawah. Termasuk dalam genus
Oreochromis karena memiliki dua lubang kecil di bagian anus. Adapun klasifikasi dari Ikan nila (Oreochromis niloticus) yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum :
Chordata
Classis :
Oateichtyes
Ordo :
Perciformes
Familia :
Cichilidae
Genus :
Oreochormis
Spesies : Oreochromis niloticus (Jasin, 1992).
2.
Ikan Bandeng (Channos-channos)
Secara morfologi ikan bandeng (Channos-channos) mempunyai bentuk tubuh langsing dengan moncong agak
runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih gemerlapan seperti
perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya. Ciri umum ikan
bandeng adalah memiliki mulut yang terletak di dekat ujung depan kepala, mata
tertutup lapisan lemak (Adipase eyelid) dan
terletak di sebelah lateral tanpa kelopak mata, memiliki sirip ekor (Pinna
caudalis), sirip punggung (Pinna
dorsalis), sirip perut (Pinna
pelvicus), sirip dada (Pinna pectoralis) dan sirip dubur (Pinna
analis). Pangkal sirip punggung dan dubur tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam kehijauan dan
keperakan bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada dan
sirip perut.
Secara
anatomi ikan bandeng (Channos-channos) memiliki sistem pencernaan yang
lengkap yang terdiri atas mulut merupakan organ yang digunakan untuk memakan
makanan, esofagus merupakan saluran pencernaan yang menghubungkan antara mulut
dan lambung, lambung sebagai organ yang berperan dalam pencernaan makanan dan
dapat juga sebagai tempat penyimpanan makanan, dan usus yang merupakan saluran
yang panjang, sebagai tempat penyerapan sari-sari makanan. Ikan bandeng juga
memiliki insang sebagai alat pernapasan. Ginjal sebagai alat pembuangan ampas
metabolisme protein terutama berupa urea. Empedu yaitu cairan kental yang
dihasilkan oleh sel-sel hati dan mempunyai warna coklat tua dan pahit. Hati
yang berperan dalam proses pencernaan makanan dan sebagai organ metabolisme
yang menghasilkan empedu. Hati juga berperan dalam menetralisir racun yang
masuk dalam tubuh. Gelembung renang berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara
dalam darah.Vertebrae yaitu ruas tulang punggung pada ikan. Jantung organ yang
berfungsi dalam proses peredaran darah di dalam tubuh. Kloaka merupakan organ
saluran ekskresi yang mengeluarkan sisa metabolisme, saluran reproduksi. Saluran
reproduksi yaitu saluran yang membawa sel telur atau sperma untuk dikeluarkan
melalui kloaka.
Sistem
pencernaan ikan bandeng (Channos-channos) tersusun atas organ-organ pencernaan
yang lengkap yang terdiri dari mulut (oris),
kerongkongan (esophagus), lambung (Venriculus), usus (Intestinum), dan anus. Esofagus merupakan permulaan dari saluran
pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu
penelanan makanan. Pada ikan laut esofagus berperan dalam penyerapan garam
melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan
menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air
oleh usus belakang dan rektum (proses osmoregulasi). Lambung merupakan segmen
pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan organ
pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung berkaitan dengan fungsinya
sebagai penampung makanan. Usus (Intestinum) merupakan segmen yang terpanjang dari saluran
pencernaan. Usus (Intestinum) merupakan
tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan, anus merupakan ujung dari
saluran pencernaan. Usus (Intestinum)
berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Anus berfungsi mengeluarkan
sisa-sisa pencernaan yang tidak digunakan lagi di dalam tubuh.
Sistem repirasi pada ikan bandeng (Channos-channos)
berupa insang. Insang pada ikan Osteichthyes operculum tersusun atas 4
potong tulang dermal, yaitu Operculum,
Properculum, Interculum dan sub Operculum.
Selaput tipis bekerja sebagai klep pada celah insang. Bagian depan dari selaput
melekat pada operculum, sedangkan
pada bagian belakangnya terlepas bebas. Selaput kulit tipis ini disebut membran
Branchiostegii yang disokong oleh
beberapa potong yang terletak pada dinding ventral pharing disebut Radii branchiostegii. Septum insang
hanya satu saja dan tidak menonjol keluar dari lamela insang, serta
kadang-kadang insang tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang untuk
setiap lengkung insang ber-jumlah lima, tetapi lengkung insang satu dan lima
berupa hemibranchia, hanya lengkung
kedua, tiga dan empat saja yang berupa holobranchia.
Lamela insang pada lengkung pertama hanya ada pada bagian belakang lengkung
insang dan pada lengkung insang kelima pada bagian depan saja.
Proses respirasi terjadi melalui 2 tahap,
yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk
ke dalam insang kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa
ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2
yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang
diekskresikan keluar tubuh.
Sistem peredaran darah ikan bandeng (Channos-channos) terdiri atas jantung, arteri, kapiler-kapiler, pembuluh
darah vena dan darah. Jantung
terdiri dari dua ruangan, yaitu satu atrium (serambi) dan satu ventrikel
(bilik). Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang akan mengalirkan
darah dari atrium ke ventrikel. Darah dari seluruh tubuh yang mengandung
karbondioksida mengalir ke sinus venosus, kemudian masuk ke atrium. Sinus venosus adalah ruang atau rongga jantung yang terletak di antara
ventrikel dan atrium. Pada saat jantung mengendur, darah mengalir melalui klep,
masuk ke dalam ventrikel. Dari ventrikel darah diteruskan ke konus arteriosus,
kemudian menuju aorta ventralis dan dilanjutkan ke insang. Kapiler-kapiler
insang darah mengalir ke aorta dorsalis yang bercabang-bercabang lalu
didistribusikan ke bagian tubuh untuk mengedarkan oksigen dan zat-zat makanan
ke seluruh tubuh.
Sistem
reproduksi ikan bandeng (Channos-channos)
terpisah anatar kelamin jantan dan betina. Alat kelamin jantan berupa sepasang
testis berjumlah sepasang yang digantungkan
pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium dan beberapa
vasa eferensia yang menuju vasa deferensia. Saluran itu terbentang di bawah
ginjal dan berakhir pada papillae urogenitalia. Alat kelamin betina
terdiri dari sebuah ovarium yang menggantung di sebelah dorsal dengan satu
membran dan buah oviduk yang menjulur di sepanjang tubuh. Ikan bandeng jantan
yang telah matang gonadnya memiliki 2 tonjolan
kecil (papila) yang terbuka di bagian luarnya yang terdiri atas
selaput dubur luar dan lubang pelepasan yang membuka bagian ujungnya. Ikan jantan mengeluarkan sperma dari
testis yang disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus
saluran sperma) dan keluar melalui kloaka. Pada ikan betina sel telur akan
keluar melalui ovary yang kemudian
akan terjadi pembuahan diluar tubuh.
Sistem ekskresi
ikan bandeng (Channos-channos) berupa sepasang ginjal sederhana yang
mempunyai banyak
fungsi diantaranya untuk regulasi
kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen
hasil dari metabolisme protein. Ginjal ikan mas bertipe mesonepros ini merupakan sekumpulan tubulus yang pada awal
perkembangan susunannya bersegmen dan akhirnya tidak setiap tubulus menggulung
baik proksimal maupun distal, kemudian mengumpul arah longitudinal disebut duktus arkhinefridikus. Air, garam dan sisa metabolisme dalam aliran darah
masuk kedalam kapsula dan mengalir kedalam tubulus ke Ductus arkhinepredikus dan akhirnya
keluar tubuh. Selain itu, insang juga mengeluarkan CO2 dan
H2O, saluran urogenitalia mengeluarkan urin melalui ureter dan
kloaka sebagai alat ekskresi terakhir.
Habitat ikan bandeng (Channos-channos)
yakni hidup pada perairan air payau maupun perairan laut. Ikan ini cenderung
bergerombol disekitar pesisir dan pulau-pulau yang koral. Ikan bandeng muda
yang baru menetes hidup di laut untuk 2-3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa
bakau, daerah payau, dan kadangkala danau. Ikan bandeng akan kembali ke laut
saat sudah dewasa dan berkembang biak.
Peranan
ikan bandeng (Channos-channos)
dalam kehidupan sehari-hari yakni sebagai bahan makanan dimana dagingnya dapat
diolah untuk dikonsumsi dan mencegah penyakit jantung coroner, meningkatkan
daya tahan tubuh dan mengurangi resiko hipertensi.
Ikan bandeng (Channos-channos)termasuk
dalam filum Chordata karena memiliki ruas-ruas pada tulang belakang. Termasuk
dalam kelas Osteichthyes karena memiliki tulang sejati. Termasuk dalam ordo
Gonorynchiformes karena mata ikan ini tertutup oleh lapisan lemak. Termasuk
dalam famili Chanidae karena berhabitat di air tawar dan air laut. Termasuk
dalam genus Channos karena tubuhnya berbentuk gepeng dengan moncong agak
runcing. Adapun
klasifikasi dari ikan bandeng (Channos channos) yaitu :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Classis : Actinopterygii
Ordo :
Gonorynchiformes
Familia :
Chanidae
Genus : Channos
Spesies :
Channos channos (Jasin,
1992).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
diperoleh dari praktikum adalah ikan nila (Oreochormis
niloticus) dan ikan bandeng (Channos
channos) termasuk dalam kelas Osteochthyes. ikan nila (Oreochormis niloticus) memiliki struktur morfologi yang terdiri
atas mata (vissus), tutup insang (operculum), rongga mulut (cavum oris), sirip
punggung (pinna dorsalis), sirip anal (pinna
analis), sirip perut (pelvicus),
dan sirip dada (Pinna pectoralis)
dengan struktur anatomi yang terdiri hati (hepar),
ginjal (kidney), esofagus, lambung (ventriculus), pankreas, usus (intestinum) dan jantung (cor). Adapun ikan bandeng (Channos channos) secara morfologi
terdiri atas mata (vissus), sirip
perut (pelvicus) dan ekor (caudalis), secara anatomi tersusun atas
hati (hepar), ginjal (kidney), esofagus, lambung (ventriculus), empedu, usus (intestinum) dan jantung (cor).
B. Saran
Adapun
saran dalam kegiatan praktikum sebaiknya para praktikan bekerja sama dalam
melakukan langkah-langkah yang diintruksikan asisten, berkomunikasi dengan
teman kelompok dan asisten agar mendapatkan hasil yang maksimal.
KEPUSTAKAAN
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an
dan terjemahannya. Jakarta: Pustaka Agung Harapan, 2009.
Hala Y. Biologi Umum 2. Makassar:
UIN Alauddin Press, 2007.
Jasin M. Zoologi Invertebrata.
Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.
Kimball J W. Biologi Edisi kelima jilid 3. Jakarta:
Sinar Wijaya, 1992.
Levine N D. Protozoologi Vertebrata. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1995.
Odo. “The biology of Parachanna
obscura (Osteichthyes: Channidae) in Anambra River, Nigeria” International
Journal of Fisheries and Aquaculture. 4 No 8 (2012): 154-169.
Shihab M Q. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati,
2002.
Suwignyo S. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta:
Penebar Swadaya, 2005.
0 komentar:
Posting Komentar