Pages

Laporan Praktikum Taksonomi Hewan (Osteichthyes)



LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
Unit 10 (Osteichthyes)
 

Phylum Osteichthyes - ANIMAL KINGDOM

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Diantara semua kelas vertebrata, ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes) adalah yang paling banyak jumlahnya, baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies (sekitar 30.000) berukuran antara 1 cm dan lebih dari 6 cm, ikan bertulang keras sangat melimpah di laut dan di hampir setiap habitat air tawar. Allah swt. berfirman dalam surah Al-Maidah/5: 96 yang berbunyi
 
Terjemahnya:
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan (Kementerian Agama RI, 2009).
 Menurut tafsir Al-Misbah melalui ayat diatas Allah swt. menjelaskan bahwa dihalalkan bagi kamu berburu binatang buruan laut juga sungai dan danau atau tambak, dan makanannya yang berasal dari laut seperti ikan, udang, atau apa pun yang hidup di sana dan tidak dapat hidup di darat walau telah mati dan mengapung, adalah makanan lezat bagi kamu, baik bagi yang bertempat tinggal tetap di satu tempat tertentu, dan juga bagi orang-orang yang dalam perjalanan (Shihab, 2002).
Ayat di atas jelas menyatakan bahwa Allah swt. mengahalalkan memakan makanan yang berasal dari laut, seperti ikan, udang atau apapun yang hidup di sana yang tidak dapat hidup di darat. Beberapa jenis hewan yang dagingnya dapat dikonsumsi termasuk dalam Osteichthyes yang merupakan spesies terbanyak pada filum vertebrata.
Osteichthyes atau disebut juga ikan bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari pisces yang berhabitat di laut. Semua jenis ikan yang termasuk dalam kelas Osteichthyes memiliki sebagian tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral (Levine, 1995).
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa Allah menghalalkan untuk memakan daging dari spesies yang hidup di laut dalam hal ini termasuk jenis kelas Osteichthyes yang dagingnya mengandung protein tinggi dan banyak zat gizi, maka dari itu dilakukanlah praktikum ini untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi organisme yang tergolong Osteichthyes.

B.       Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi dari spesies-spesies yang mewakili Osteichthyes serta mendeskripsikan dan menyusun klasifikasikannya.















BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.      Tinjauan Ayat yang Relevan

Pada umumnya yang disebut ikan adalah ikan-ikan yang masuk kelas Osctheichthys. Tubuhnya berskeleton tulang keras, terbungkus oleh kulit yang bersisik, berbentuk seperti torpedo, berenang dengan sirip, bernapas dengan insang. Bermacam-macam spesies hidup didalam air tawar atau bergaram (air laut). Allah swt. berfirman dalam QS. Fathir/35: 12 yang berbunyi:

Terjemahnya:
Dan tiada sama (antara) dua laut, yang Ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur (Kementerian Agama RI, 2009).
Menurut tafsir Al-Misbah ayat di atas menunjukkan salah satu bukti kekuasaan Allah swt. Dan diantara bukti kekuasaan Allah adalah dua laut yakni sungai dan laut. Tiada sama (antara) dua laut itu yakni sungai dan laut. Kendati keduanya berdampingan dan dari masing-masing laut dan sungai itu kamu dapat memakan daging yang segar dari binatang yang hidup di sana walau di air asin itu dan, di samping makanan tersebut, kamu juga dapat secara bersungguh-sungguh mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya seperti mutiara dan marjan, dan pada masing-masing laut dan sungai itu kamu dapat senantiasa melihat kapal berlayar membelah lautan dengan cepat supaya kamu dengan kemudahan-mudahan yang dianugerahi Allah itu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur (Shihab, 2002).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah swt. memperlihatkan kekuasaannya yang mencakup segala aspek baik di darat maupun di laut dan dalam penciptaan segala jenis makhluk hidup yang ada di lautan, yang beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan manusia sebagai daging untuk dikonsumsi dan sebagai perhiasan untuk dipakai, semua itu agar kita dapat mencari keuntungan dari karunia-Nya dan supaya kita bersyukur.  Beberapa jenis hewan yang dagingnya dapat dikonsumsi termasuk dalam Osteichthyes yang merupakan spesies terbanyak pada filum vertebrata. Sungguh luar biasa segala apa yang telah diciptakan Allah swt. sehingga sudah sepatutnya kita mensyukuri nikmat itu.
Berdasarkan ayat dan tafsir di atas dapat diketahui bahwa Allah telah menciptakan beraneka macam hewan laut, yang diantaranya adalah ikan dari kelas Osteichthyes, yang dihalalkan untuk dimakan dagingnya dan mengandung protein hewani yang baik untuk metabolisme tubuh.

B.       Tinjauan Umum tentang Osteichthyes

Osteichthyes atau disebut juga ikan bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari pisces. Osteichthyes berasal dari bahasa Yunani, yaitu osteon yang berarti tulang dan ichthyes yang berarti ikan. Habitatnya di laut, rawa-rawa, atau air tawar. Semua jenis ikan yang termasuk dalam kelas Osteichthyes memiliki sebagian tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah pharyngeal tertutup (tidak terlihat dari luar) dan jantungnya hanya memiliki satu ventrikel. Jantung beruang dua, dengan darah berwarna merah pucat, mengandung eritrosit yang berinti dan leukosit. Ikan ini juga mempunyai sistem limfa dan sistem portas renalis. Mempunyai hati yang berkantong empedu, lambung dipisahkan dari usus oleh sebuah katup, mempunyai kloaka, tetapi tidak jelas adanya pankreas. Mempunyai indra mata dan telinga dalam dengan tiga saluran semi sirkuler dan memiliki otolit untuk keseimbangan. Bernapas dengan insang yang memiliki katup insang (operculum). Sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah, kulit licin karena sekresi mukus oleh kelenjar pada kulit, adanya gelembung renang yaitu kantong udara yang dapat digunakan untuk mengubah daya apung dan sebagai alat bantu dalam bernapas. Sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh, usus panjang dan ramping menggulung, fertilisasi terjadi di luar, mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar (Levine, 1995).
Adapun ciri-ciri umum Osteichthyes ialah memiliki mulut yang terdapat di bagian depan tubuh, celah insang satu di masing-masing sisi kepala, sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah, kulit licin karena sekresi  mucus oleh kelenjar pada kulit,  adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak begerak, sistem gurat sisik terdapat pada sisi tubuh, usus panjang dan ramping menggulung, fertilisasi terjadi di luar, mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar (Suwignyo, 2005). 
Ciri-ciri khusus Osteichthyes diantaranya kulit banyak mengandung kelenjar mukosa, biasanya diliputi oleh sisik (ganoid,cycloid atau ctenoid) beberapa spesies tidak bersisik, bersirip pada mediana, baik dorsal maupun ventral dan pada sebelah tubuh dengan beberapa pengecualian. Sirip (pinna) biasanya disokong oleh jari dari tulang rawan atau tulang keras,tidak berkaki. Mulut terletak diujung dan bergigi baik. rahang tumbuh dengan baik dan bersendi pada tempurung tulang kepala, mempunyai dua sacci olfactorius yang umumnya berhubungan dengan rongga mulut, bermata besar dan tidak berkelopak mata. Skeleton terutama tulang keras, kecuali beberapa jenis sebagian bertulang rawan, bentuk vertebrata bermacam-macam, sirip anus/belakang (pinna caudalis) biasanya bersifat homocerca, sisa-sisa notochord (perkembangan skleton masing-masing). Jantung (cor) terdiri dari dua ruangan (atrium dan ventrikel) dengan sinus venosus dan conus arteriosus yang berisi darah vena, terdapat empat pasang archus aorticus, sel darah merah berbentuk oval dan berinti. Pernapasan (respirasi) dilakukan dengan beberapa pasang insang yang terletak  pada archus branchius yang berada dalam ruangan celah insang pada kedua tepi samping dari pharing, tertutup oleh operculum, biasannya memiliki vesica pneumatica (gelembung udara) dan memiliki dustus pneumaticus. Terdapat sepuluh pasang nervi cranialis (saraf pusat). Suhu  tubuh bergantung dengan lingkungan sekitar. Memiliki sepasang gonad, umumnya ovipar (beberapa ada yang ovovivipar dan vivipar), fertilisasi atau pembuahan terjadi didalam tubuh, telur  kecil berukuran sampai 12 mm, kandungan kuning telur (yolk) bermacam-macam, segmentasi  biasanya secara meroblastis, tidak mempunyai membran embrio, hewan mudanya (post larva) kadang-kadang tidak mirip dengan yang dewasa. Sistem pencernaan merupakan serangkaian jalur yang melalui berbagai organ yang dimulai dari mulut, faring, esofagus, lambung, usus (intestine) anus, dan sistem urogenital (Hala, 2007).
Sistem urogenital dibagi menjadi dua yaitu organ genitalia dan organ uropoetica. Organ genitalia terdiri dari gonad (kelenjar kelamin) yang dibedakan menjadi jantan  (testis), betina (ovarium) dan saluran keluar dari gonad yang sangat pendek (Odo, 2012).
Osteichthyes atau ikan bertulang sejati terbagi menjadi tiga kelompok berbeda yaitu palenoniskoida, ikan paru-paru dan krospterigia. Palenoniskoida dibedakan dengan adanya sirip berjari (sirip yang tidak memiliki otot maupun tulang) dengan tidak adanya ventilasi paru-paru sehingga yang dilakukan melalui mulut (Kimbal, 1989).
Beberapa anggotanya dapat berpindah dari perairan asin ke perairan tawar, misalnya ikan salmon dan belut laut. Pada saat berada di air tawar, ginjal mengeluarkan urin yang sangat encer dan insangnya menyerap garam dari air dengan cara transfer aktif. Ikan yang sering dijumpai di air tawar seperti ikan nila dan ikan gabus (Hala, 2007).



BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A.      Waktu dan Lokasi Praktikum

Adapun waktu dan lokasi praktikum dilaksanakan yaitu pada hari Jumat, 9 Desember 2016 pukul 08.00-09.40 WITA di Laboratorium Zoologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata-Gowa.

 

B.       Instrumen Praktikum

1.      Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu alat bedah, papan seksi, kamera dan alat tulis menulis.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan nila (Oreochormis niloticus) dan ikan bandeng (Channos channos).

C.      Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu, untuk pengamatan morfologi, diambil bahan pengamatan. Kemudian diletakkan diatas papan seksi yang telah disediakan. Diamati struktur morfologinya lalu catat bagian-bagiannya dan diambil gambar dari masing-masing spesies yang diamati. Untuk pengamatan anatomi, diambil bahan pengamatan, diletakkan di atas papan seksi yang telah disediakan, bedah perlahan-lahan bahan, kemudian diamati struktur anatominya lalu dicatat bagian-bagiannya dan ambil gambar dari masing-masing spesies.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Ikan Nila (Oreochormis niloticus)
a.        

 
Morfologi









Text Box: Keterangan:
1. Sirip Celah mulut (Cavum oris)
2. Mata (Visus)
3. Katup insang (Operculum)
4. Sirip punggung (Pina dorsalis)
5. Sirip ekor (Pina caudalis) 
6. Sirip dubur (Pina analis)
7. Kloaka (Cloaca)
8. Sirip perut (Pina pelvicus)
9. Sirip dada (Pina pectoralis)
10. Gurat sisik (Linea lateralis)
 















b.        Anatomi









 








c.        
Keterangan:
1.    Mulut (Oris)
2.    Insang (Branchia)
3.    Kerongkongan (Esophagus)
4.    Lambung (Ventriculus)
5.    Usus (Intestinum)
6.    Rektum (Rectum)
7.    Anus (Anal)
 
Sistem Pencernaan











d.       
Keterangan
1.      Lubang pertukaran udara (Spiracle)
2.      Insang luar (Demibranchi)
3.      Lengkung insang (Holobranchi)
4.      Septa (septum)
5.      Rongga perut (cavum abdomen)
6.      Rongga kerongkongan (cavum esophagus)
7.       
 
Sistem Respirasi

  




e.        
Keterangan
1.      Pembuluh nadi terbesar (Aorta)
2.      Pembuluh nadi (Arteri)
3.      Serambi jantung (Atrium)
4.      Bilik jantung (Ventrikel)
5.      Pembuluh balik (Vena)

 
Sistem Sirkulasi


  



f.         Sistem Reproduksi
1)     
Keterangan
1.      Kelenjar kelamin jantan (Testis)
2.      Vas deferens (vasa deferentia)
3.      Kantung semen (Vesicula seminalis)
4.      Kloaka (Cloaca)
 
Jantan







2)     
Keterangan
1.      Indung telur (Ovarium)
2.      Tuba Fallopi (Oviduk)
3.      Muara saluran kelamin (ductus urogenital)
 
Betina







g.       
Keterangan:
1.      Ginjal (Ren)
2.      Anus (Anal)
3.      Kloaka (Cloaca)
4.      Insang (Branchia)
 
Sistem Ekskresi


  



2.      Ikan Bandeng (Channos channos)
a.        


 
Morfologi









Keterangan:
1.      Mulut (Oris)
2.      Mata (Visus)
  1. Sirip punggung (Pina dorsalis)
  2. Sirip ekor (Pina caudalis)
  3. Sirip dubur (Pina analis)
  4. Kloaka (Cloaca)
  5. Sirip perut (Pina pelvicus)
  6. Sirip dada (Pina pectoralis)
  7. Gurat sisik (Linea lateralis)
10.  Celah insang (Operculum)
 
 











b.       

 
Anatomi









Keterangan
1.                  Kerongkongan (Esophagus)
2.                  Ginjal (Mesonephros)
3.                  Limpa (Lien)
4.                  Usus (Intestinum)
5.                  Anus (Anal)
6.                  Lambung (ventrikulus)
7.                  Jantung (Cor)

 
 









c.        
Keterangan:
1.      Mulut (Oral)    
2.      Kerongkongan (Esophagus)
3.      Lambung (Ventriculus)
4.      Usus (Intestinum)
5.      Rektum (Rectum)
6.      Anus (Anal)

 
Sistem Pencernaan







d.       
Keterangan
1.      Lubang pertukaran udara (Spiracle)
2.      Insang luar (Demibranchi)
3.      Lengkung insang (Holobranchi)
4.      Septa (septum)
5.      Rongga perut (cavum abdomen)
6.      Rongga kerongkongan (cavum esophagus)
7.       
8.       
 
Sistem Respirasi
  






e.        
Keterangan
1.      Pembuluh nadi terbesar (Aorta)
2.      Pembuluh nadi (Arteri)
3.      Serambi jantung (Atrium)
4.      Bilik jantung (Ventrikel)
5.      Pembuluh balik (Vena)


 
Sistem Sirkulasi


  




f.         Sistem Reproduksi
3)     
Keterangan
1.      Kelenjar kelamin jantan (Testis)
2.      Vas deferens (vasa deferentia)
3.      Kantung semen (Vesicula seminalis)
4.      Kloaka (Cloaca)

 
Jantan







4)     
Keterangan
1.      Indung telur (Ovarium)
2.      Tuba Fallopi (Oviduk)
3.      Muara saluran kelamin (ductus urogenital)

 
Betina







g.       
Keterangan:
1.      Ginjal (Ren)
2.      Anus (Anal)
3.      Usus (Intestinea)
4.      Insang (Branchia)

 
Sistem Ekskresi


  




B.       Pembahasan
Adapun pembahasan dari hasil pengataman adalah sebagai berikut:
1.        Ikan Nila (Oreochormis niloticus)
Secara morfologi ikan nila (Oreochormis niloticus) memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut terletak di ujung hidung (terminal). Pada bagian mulut terdapat dua pasang sungut. Memiliki sirip ekor (Pinna caudalis), sirip punggung (Pinna dorsalis), sirip perut (Pinna pelvicus), sirip dada (Pinna pectoralis) dan sirip dubur  (Pinna analis) dengan struktur garis-garis vertikal berwarna hitam yang merupakan ciri khas dari ikan nila (Oreochormis niloticus). Sirip ini berfungsi untuk membantu dalam stabilitas dan keseimbangan ikan saat berenang. Pada bagian sirip ekor terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila (Oreochormis niloticus) adalah tipe ctenoid atau sisik sisir. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah. Ikan nila (Oreochormis niloticus) juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pun bagian analnya.
Anatomi ikan nila (Oreochormis niloticus) yaitu terdiri dari organ-organ internal berupa jantung, alat-alat pencernaan, gonad, kandung kemih, dan ginjal. Alat pencernanya terdiri atas kerongkongan (Esophagus), lambung (Ventriculus), usus (Intestinum), pankreas, hati dan anus. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh jaringan pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum merupakan selaput (membran) yang tipis berwarna hitam yang biasanya dibuang jika ikan sedang disiangi. Memiliki Jantung sebagai sentral yang mengontrol sistem sirkulasi, gelembung renang yang berfungsi untuk mengubah daya apung dan sebagai alat bantu dalam bernapa serta ginjal yang merupakan organ ekskresi dari ikan nila (Oreochormis niloticus).
Sistem pencernaan pada ikan nila (Oreochormis niloticus) terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria). Alat pencernaan pada ikan ini terdiri atas mulut (oris) berupa bibir yang berkaitan erat dengan cara mendapatkan makanan. Di sekitar bibir pada ikan nila (Oreochormis niloticus) tertentu terdapat sungut, yang berperan sebagai alat peraba. Mulut terletak di ujung hidung dan juga terletak di atas hidung. Di bagian belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mulut, masih ditemukan organ pengecap sebagai tempat proses penyaringan makanan, selanjutnya makanan akan masuk ke kerongkongan (esophagus) yang merupakan permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan (proses osmoregulasi), kemudian ke lambung (ventriculus) untuk dicerna secara kimiawi dengan enzim yang dihasilkan dari kelenjar pencernaan, pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil atau menyempit selanjutnya masuk ke usus yang merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan yang disini kemudian terjadi penyerapan sari-sari makanan. Sisa-sisa makanan hasil metabolisme kemudian akan dibuang melalui anus (anal).
Sistem respirasi ikan nila (Oreochormis niloticus) berupa insang, yang terdiri atas lengkung insang, lembaran insang, dan septa. Proses respirasi berlangsung dengan adanya pertukaran gas CO2 dan O2 yang terjadi secara difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemoglobin darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.
Sistem sirkulasi ikan nila (Oreochormis niloticus) berupa jantung (Cor) arteri, kapiler-kapiler, pembuluh darah vena dan darah. Jantung terdiri atas dua bagian yakni serambi jantung sebagai penerima darah yang mengandung CO2  dari seluruh tubuh dan bilik jantung yang menampung darah yang kaya akan O2 untuk diedarkan keseluruh tubuh. Sistem ini bekerja dengan mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, ke luar tubuh.
Alat reproduksi pada ikan nila betina berupa ovarium sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad. Ikan nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya.
Sistem ekskresi dari ikan nila (Oreochormis niloticus) yang pada umumnya hidup di air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit minum air. Sehingga urin yang dihasilkan banyak dan encer. Untuk mendapatkan air dan garam dari makanan, air masuk secara osmosis lewat permukaan tubuhnya. Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di lingkungan supaya mencegah masuknya air dan kehilangan garam agar tidak minum, kulit diliputi mucus, osmosis melalui insang, produksi urin encer, pompa garam melalui sel-sel khusus pada insang. Sistem saaraf dan hormon merupakan sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan. Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf. Saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan yang kemudian merangsang organ target dan aktivitas metabolisme  jaringan-jaringan untuk bergerak.
Habitat ikan nila (Oreochormis niloticus) yakni dapat hidup di kondisi perairan yang bervariasi mulai dari air tawar, air payau, bahkan mampu bertahan hidup di air asin, dengan nilai pH air berkisar 5-8.
Peranan ikan nila (Oreochormis niloticus) dalam ekosistem yakni mengurangi timbulnya epidemi penyakit malaria, sehingga genangan-genangan air yang ditanami ikan ini akan lebih terpelihara dengan baik.
Ikan nila (Oreochormis niloticus) termasuk dalam filum Chordata kaena memiliki ruas-ruas tulang belakang. Termasuk dalam kelas Osteichthyes karena termasuk ikan bertulang sejati. Termasuk dalam ordo Percimorfes karena warna sisik pada tubuh ikan ini cerah dan mengkilap keperakan. Termasuk dalam famili Cichilidae karena sirip ekornya memiliki panjang yang sama bagian atas dan bawah. Termasuk dalam genus Oreochromis karena memiliki dua lubang kecil di bagian anus. Adapun klasifikasi dari Ikan nila (Oreochromis niloticus) yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum      : Chordata
Classis    : Oateichtyes
Ordo       : Perciformes
Familia    : Cichilidae
Genus     : Oreochormis
Spesies   : Oreochromis niloticus (Jasin, 1992).
2.        Ikan Bandeng (Channos-channos)
Secara morfologi ikan bandeng (Channos-channos) mempunyai bentuk tubuh langsing dengan moncong agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih gemerlapan seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya. Ciri umum ikan bandeng adalah memiliki mulut yang terletak di dekat ujung depan kepala, mata tertutup lapisan lemak (Adipase eyelid) dan terletak di sebelah lateral tanpa kelopak mata, memiliki sirip ekor (Pinna caudalis), sirip punggung (Pinna dorsalis), sirip perut (Pinna pelvicus), sirip dada (Pinna pectoralis) dan sirip dubur  (Pinna analis). Pangkal sirip punggung dan dubur tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada dan sirip perut.
Secara anatomi ikan bandeng (Channos-channos) memiliki sistem pencernaan yang lengkap yang terdiri atas mulut merupakan organ yang digunakan untuk memakan makanan, esofagus merupakan saluran pencernaan yang menghubungkan antara mulut dan lambung, lambung sebagai organ yang berperan dalam pencernaan makanan dan dapat juga sebagai tempat penyimpanan makanan, dan usus yang merupakan saluran yang panjang, sebagai tempat penyerapan sari-sari makanan. Ikan bandeng juga memiliki insang sebagai alat pernapasan. Ginjal sebagai alat pembuangan ampas metabolisme protein terutama berupa urea. Empedu yaitu cairan kental yang dihasilkan oleh sel-sel hati dan mempunyai warna coklat tua dan pahit. Hati yang berperan dalam proses pencernaan makanan dan sebagai organ metabolisme yang menghasilkan empedu. Hati juga berperan dalam menetralisir racun yang masuk dalam tubuh. Gelembung renang berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara dalam darah.Vertebrae yaitu ruas tulang punggung pada ikan. Jantung organ yang berfungsi dalam proses peredaran darah di dalam tubuh. Kloaka merupakan organ saluran ekskresi yang mengeluarkan sisa metabolisme, saluran reproduksi. Saluran reproduksi yaitu saluran yang membawa sel telur atau sperma untuk dikeluarkan melalui kloaka.
Sistem pencernaan ikan bandeng (Channos-channos) tersusun atas organ-organ pencernaan yang lengkap yang terdiri dari mulut (oris), kerongkongan (esophagus), lambung (Venriculus), usus (Intestinum), dan anus. Esofagus merupakan permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rektum (proses osmoregulasi). Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Usus (Intestinum)  merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Usus (Intestinum) merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan, anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Usus (Intestinum) berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Anus berfungsi mengeluarkan sisa-sisa pencernaan yang tidak digunakan lagi di dalam tubuh.
Sistem repirasi pada ikan bandeng (Channos-channos) berupa insang. Insang pada ikan Osteichthyes operculum tersusun atas 4 potong tulang dermal, yaitu Operculum, Properculum, Interculum dan sub Operculum. Selaput tipis bekerja sebagai klep pada celah insang. Bagian depan dari selaput melekat pada operculum, sedangkan pada bagian belakangnya terlepas bebas. Selaput kulit tipis ini disebut membran Branchiostegii yang disokong oleh beberapa potong yang terletak pada dinding ventral pharing disebut Radii branchiostegii. Septum insang hanya satu saja dan tidak menonjol keluar dari lamela insang, serta kadang-kadang insang tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang untuk setiap lengkung insang ber-jumlah lima, tetapi lengkung insang satu dan lima berupa hemibranchia, hanya lengkung kedua, tiga dan empat saja yang berupa holobranchia. Lamela insang pada lengkung pertama hanya ada pada bagian belakang lengkung insang dan pada lengkung insang kelima pada bagian depan saja. Proses respirasi terjadi melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
Sistem peredaran darah ikan bandeng (Channos-channos) terdiri atas jantung, arteri, kapiler-kapiler, pembuluh darah vena dan darah. Jantung terdiri dari dua ruangan, yaitu satu atrium (serambi) dan satu ventrikel (bilik). Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang akan mengalirkan darah dari atrium ke ventrikel. Darah dari seluruh tubuh yang mengandung karbondioksida mengalir ke sinus venosus, kemudian masuk ke atrium. Sinus venosus adalah ruang atau rongga jantung yang terletak di antara ventrikel dan atrium. Pada saat jantung mengendur, darah mengalir melalui klep, masuk ke dalam ventrikel. Dari ventrikel darah diteruskan ke konus arteriosus, kemudian menuju aorta ventralis dan dilanjutkan ke insang. Kapiler-kapiler insang darah mengalir ke aorta dorsalis yang bercabang-bercabang lalu didistribusikan ke bagian tubuh untuk mengedarkan oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh tubuh.
Sistem reproduksi ikan bandeng (Channos-channos) terpisah anatar kelamin jantan dan betina. Alat kelamin jantan berupa sepasang testis berjumlah sepasang yang digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium dan beberapa vasa eferensia yang menuju vasa deferensia. Saluran itu terbentang di bawah ginjal dan berakhir pada papillae urogenitalia. Alat kelamin betina terdiri dari sebuah ovarium yang menggantung di sebelah dorsal dengan satu membran dan buah oviduk yang menjulur di sepanjang tubuh. Ikan bandeng jantan yang telah matang gonadnya memiliki 2 tonjolan kecil (papila) yang terbuka di bagian luarnya yang terdiri atas selaput dubur luar dan lubang pelepasan yang membuka bagian ujungnya. Ikan jantan mengeluarkan sperma dari testis yang disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka. Pada ikan betina sel telur akan keluar melalui ovary yang kemudian akan terjadi pembuahan diluar tubuh.
Sistem ekskresi ikan bandeng (Channos-channos) berupa sepasang ginjal sederhana yang mempunyai banyak fungsi diantaranya untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein. Ginjal ikan mas bertipe mesonepros ini merupakan sekumpulan tubulus yang pada awal perkembangan susunannya bersegmen dan akhirnya tidak setiap tubulus menggulung baik proksimal maupun distal, kemudian mengumpul arah longitudinal disebut duktus arkhinefridikus. Air, garam dan sisa metabolisme dalam aliran darah masuk kedalam kapsula dan mengalir kedalam tubulus ke Ductus arkhinepredikus dan akhirnya keluar tubuh. Selain itu, insang juga mengeluarkan CO2 dan H2O, saluran urogenitalia mengeluarkan urin melalui ureter dan kloaka sebagai alat ekskresi terakhir.
Habitat ikan bandeng (Channos-channos) yakni hidup pada perairan air payau maupun perairan laut. Ikan ini cenderung bergerombol disekitar pesisir dan pulau-pulau yang koral. Ikan bandeng muda yang baru menetes hidup di laut untuk 2-3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau. Ikan bandeng akan kembali ke laut saat sudah dewasa dan berkembang biak.
Peranan ikan bandeng (Channos-channos) dalam kehidupan sehari-hari yakni sebagai bahan makanan dimana dagingnya dapat diolah untuk dikonsumsi dan mencegah penyakit jantung coroner, meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi resiko hipertensi.
Ikan bandeng (Channos-channos)termasuk dalam filum Chordata karena memiliki ruas-ruas pada tulang belakang. Termasuk dalam kelas Osteichthyes karena memiliki tulang sejati. Termasuk dalam ordo Gonorynchiformes karena mata ikan ini tertutup oleh lapisan lemak. Termasuk dalam famili Chanidae karena berhabitat di air tawar dan air laut. Termasuk dalam genus Channos karena tubuhnya berbentuk gepeng dengan moncong agak runcing. Adapun klasifikasi dari ikan bandeng (Channos channos) yaitu :
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Classis             : Actinopterygii
Ordo                : Gonorynchiformes
Familia            : Chanidae
Genus              : Channos
Spesies            : Channos channos (Jasin, 1992).

 



BAB V

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum adalah ikan nila (Oreochormis niloticus) dan ikan bandeng (Channos channos) termasuk dalam kelas Osteochthyes. ikan nila (Oreochormis niloticus) memiliki struktur morfologi yang terdiri atas mata (vissus), tutup insang (operculum), rongga mulut (cavum oris), sirip punggung (pinna dorsalis), sirip anal (pinna analis), sirip perut (pelvicus), dan sirip dada (Pinna pectoralis) dengan struktur anatomi yang terdiri hati (hepar), ginjal (kidney), esofagus, lambung (ventriculus), pankreas, usus (intestinum) dan jantung (cor). Adapun ikan bandeng (Channos channos) secara morfologi terdiri atas mata (vissus), sirip perut (pelvicus) dan ekor (caudalis), secara anatomi tersusun atas hati (hepar), ginjal (kidney), esofagus, lambung (ventriculus), empedu, usus (intestinum) dan jantung (cor).

B.     Saran

Adapun saran dalam kegiatan praktikum sebaiknya para praktikan bekerja sama dalam melakukan langkah-langkah yang diintruksikan asisten, berkomunikasi dengan teman kelompok dan asisten agar mendapatkan hasil yang maksimal.








KEPUSTAKAAN

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta: Pustaka Agung Harapan, 2009.
Hala Y. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press, 2007.
Jasin M. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.
Kimball J W. Biologi Edisi kelima jilid 3. Jakarta: Sinar Wijaya, 1992.
Levine N D. Protozoologi Vertebrata. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995.
Odo. “The biology of Parachanna obscura (Osteichthyes: Channidae) in Anambra River, Nigeria” International Journal of Fisheries and Aquaculture. 4 No 8 (2012): 154-169.
Shihab M Q. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Suwignyo S. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya, 2005.










0 komentar:

Posting Komentar